Friday, November 25, 2022

Perjalanan Bersama Rumah Virus Literasi

 

Oleh Nuraini

 

Sahabat literasi,

        Secuil kisah tentang perkenalan saya dengan Bapak Much Khoiri, pendiri sebuah komunitas menulis. Sebuah komunitas yang kini memiliki anggota yang yang berkembang pesat dibandingkan dengan ketika saya masuk menjadi anggota komunitas ini. Komunitas ini bernama Rumah Virus Literasi. Sebuah nama yang  bagus. Nama bagus ini membuat komunitas ini berkembang pesat seperti cepatnya virus menyebar.

        Saya mengenal Bapak Much Khoiri melalui dunia maya dalam komunitas menulis yang dipimpin oleh Om Jay. Om Jay adalah sapaan akrab atau nama pena dari  Bapak Wijaya Kusimah. Bapak Bloger Indonesia. Tanggal 9 Februari 2020 terjadi perbincangan antara saya dengan Bapak Much Khoiri melalui dunia maya terkait dengan buku karya beliau. Inilah awal perkenalan saya.

        Saya tertarik pada buku karya dari Bapak Dosen UNESA, pegiat literasi, penulis buku juga dengan segudang prestasi lainnya dalam bidang kepenulisan. Keinginan saya untuk bisa menulis membuat saya memesan beberapa buku. Buku yang saya pesan antara lain,”Pagi Pegawai, Petang Pengarang, Sopo Ora Sibuk dan Writing is Selling.”

        Saya sangat berharap buku-buku yang akan tiba di tangan akan menghantarkan saya untuk mampu mengikuti teman-teman komunitas dalam menulis. Kemampuan menulis yang dimiliki teman-teman dalam grup membuat saya berdecak kagum. Saya membuat perumpaan tulisan mereka lancar mengalir bak air. Deras dan kencang namun tak berbahaya. Ibarat daging, isinya saja. Tak berselang lama sejak saya pesan, buku pun sudah di tangan.

        Saya kaget ketika membaca sebuah pesan masuk yang berasal dari bapak yang familiar dengan topinya ini. Pesan itu berisi tantangan yang ditujukan pada saya untuk membuat resensi dari sebuah buku beliau. Apabila resensi yang saya kirim nanti sesuai dan memenuhi kreteria, maka tulisan saya akan disertakan pada buku beliau berikutnya. Tantangan itu pun saya terima dengan sedikit keraguan dalam hati. Antara bisa atau tidak. Saya tidak pernah menulis sebuah resensi sebelumnya. Kalau tidak salah, buku yang akan dibuat resensinya adalah ,”Writing is Selling.”

        Saya membaca berulang-ulang buku tersebut sambil saya mencari informasi tentang resensi dengan berselancar di dunia maya. Saya memperoleh sedikit gambaran tentang resensi. Saya mulai membaca sub judul demi sub judul. Saya membaca dan saya menelaah buku bagus ini dengan kaca mata saya sebagai penulis pemula. Ibarat kata, sambal menyelam minum air. Sambil meresensi sambal belajar juga dari buku beliau. Rampung tulisan genre resensi,  saya langsung megirim ke alamat email Bapak Much Khoiri. Alhamdulillah, tulisan saya diikutsertakan dalam buku beliau yang berjudul,”Virus Emcho.”

        Itulah, awal pertemuan saya dengan pendiri rumah virus literasi yang telah memberikan ruang pada saya untuk menghasilkan karya. Komunitas rumah virus literasi yang dinakodai oleh Mr. Emcho sapaan akrab Bapak Much.Khoiri,   dibantu oleh Ibu Milati Masruroh (Milla Efendi). Anggota grup dibuatkan jadwal untuk menyetor tulisan dalam grup. Jadwal ini membuat saya merasa berhutang tulisan jika pada jadwal mengirim tulisan,  saya alfa. “Hutang tulisan dibayar tulisan,” begitu  pernyataan Mr. Emcho dalam sebuah tulisan pada buku beliau.

        Tulisan anggota yang diposting di grup awalnya hanya seperti pesan biasa, namun berkembang menjadi tulisan yang diposting dalam blog. Pembelajaran tentang blog juga terjadi pada komunitas ini. Saling berbagi pengalaman sehingga semua anggota bisa berkunjung ke blog para sahabat. Meninggalkan jejak pada blog tentu merupakan harapan yang punya blog. Ungkapan apresiasi seperti kata mantap, luar biasa, sukses, menginspirasi dan kata-kata sejenis lainnya selalu menjadi jejak yang ditinggalkan oleh pengunjung blog. Sebuah apresiasi dari seseorang yang tidak pelit pujian sebagai bentuk memotivasi bukan untuk mematahkan semangat penulis pemula. Seperti itulah yang saya rasakan.

        Perjalanan dalam komunitas rumah virus literasi membuat saya kala itu memiliki semangat yang tinggi untuk menulis. Banyak kalimat motivasi yang saya

baca dalam tulisan para sahabat. Om Jay memulai tulisannya dengan kalimat motivasi,”Menulislah dengan sepenuh hati.”

“Menulislah setiap hari, biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri,” begitu ungkapan Ibu Kanjeng, sapaan akrab untuk Ibu Sri Sugiastuti. Seorang pegiat literasi, motivator dan penulis banyak buku. Sementara pada blog spirit literasi milik Dr Ngainun Naim, saya membaca tentang beberapa tingkatan dalam menulis. Apa penyebab seseorang tidak menulis dan apa pula penyebab seseorang punya komitmen diri untuk menulis. Tulisan pada blog ini membuat saya mampu menilai diri.  Pada posisi yang manakah keberadaan saya di antara tingkatan dalam menulis tersebut.

        Pertemanan saya dengan sahabat literasi dalam beberapa komunitas menulis memantik semangat saya untuk menulis. Membakar nyali  untuk memberanikan jemari saya menari  menuangkan ide yang sudah tertulis dalam angan dan kepala. Berpikiran terbuka dan menerima saran maupun kritikan para sahabat terhadap tulisan saya pada blog.

        Perkenalan dan keberadaan saya tengah-tengah penulis hebat dalam grup membuat saya merasa kuat untuk belajar menulis. Meskipun hingga saat ini saya masih sangat fakir dengan ilmu kepenulisan tetapi setidaknya saya memiliki nyali untuk menerbitkan tulisan saya dalam bentuk buku solo. Keberanian ini muncul setelah beberapa tulisan saya diterbitkan dalam buku antologi. Buku adalah mahkota seorang penulis. Sangat tepat  pernyataan yang mengatakan,”Jika bergaul dengan pedagang minyak wangi, maka kita akan ikut menjadi wangi/harum. Jika bergaul dengan penulis, maka kita akan bisa menjadi penulis.”

        Buku yang sudah saya hasilkan merupakan kumpulan dari mesin penampung tulisan yakni blog. Dari tulisan dalam blog pribadi https://nurainiahwan.blogspot.com, saya himpun menjadi satu buah buku berjudul,”Rahasia Menulis Ala Penulis Hebat.” Merupakan kumpulan resume dari narasumber pada, “Komunitas Belajar menulis gelombang 2,” di bawah asuhan  Wijaya Kusumah.

        Lahirnya buku saya yang berjudul,”Rahasia Menulis Ala Penulis Hebat,” memberikan perasaan puas tersendiri pada diri saya. Terlepas dari buku itu menjadi buku yang diminati atau tidak oleh orang lain. Lahirnya buku ini  berpengaruh besar terhadap minat dalam diri saya untuk menulis dan menerbitkan buku. Keinginan ini bahkan jauh lebih besar dari keinginan saya ketika buku solo saya yang pertama terbit. 

        Selama bergabung dalam komuntias rumah virus literasi, menghantarkan saya menelurkan 2 buku solo. Buku pertama pada komumitas rumah virus lierasi, yang merupakan buku solo saya yang 3 berjudul,”Menghimpun yang Terserak,” juga merupakan kumpulan tulisan dalam blog. Tulisan ini merupakan tantangan menulis dari selama 28 hari tanpa jeda pada bulan Februari. Tantangan ini diberikan oleh Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan asuhan Bapak Thamrin Dahlan. Selanjutnya buku saya yang ke-4 berjudul,”Diari Seorang Kepala Sekolah.” Buku ini lahir pada masa covid 19 yang merupakan kumpulan kegiatan atau pengalaman Kepala Sekolah memimpin sekolah pada masa covid 19.

 

        Mulai bulan Agustus 2021 sampai 24 November 2022, saya absen menulis,  baik dalam blog maupun pada komunitas rumah virus literasi. Saya absen menulis namun  tidak pernah absen dalam aktivitas menyimak dan membaca postingan para sahabat dalam komunitas. Bahkan komunitas rumah virus literasi merupakan grup whatsaap yang pertama saya kunjungi setelah whatsaap grup kedinasan. Absen dari aktivitas menulis disebabkan karena banyaknya kejadian yang menimpa dan menguras pikiran. Ini bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Bapak Much Khoiri dalam beberapa kesempatan atau tulisannya. Masalah, kejadian bahkan musibah bisa menjadi sumber ide kita untuk menulis. Saya tidak bisa menjadikan masalah, musibah menjadi sumber ide tetapi justru saya terpuruk dan absen dalam banyak kegiatan.

        Moment peringatan hari Persatuan Guru Republik Indonesia ke-77 dan Hari Guru Nasional ke-23, tahun 2022 ini, saya gunakan untuk mulai menulis lagi. Tulisan ini  akan menandai kehadiran saya kembali pada komunitas rumah virus litarasi yang sudah lama tidak saya sapa. Komunitas yang membuat rindu saya melangit ketika diadakan kopi darat atau kopdar di bulan Oktober 2022 di Yogyakarta.

       

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 



Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...