Monday, June 29, 2020

Niat, Tekad, Nekat, Semangat dan Komitmen Awal Ibu Betti Risnalenni (Resume 22 gelombang 2))

Seorang Pendiri dan Pengelola Sekolah “Insan Kamil”
Oleh Nuraini Ahwan. 
 (Mas Menteri, Salah Satu Siswa Ibu Betti Risnalenni)

Sahabat literasi, kuliah online malam ini  menghadirkan narasumber hebat di tengah tengah kita. Beliau  adalah seorang wanita luar biasa yang telah berhasil mendirikan dan mengelola sekolah besar dan maju saat ini.
Beliau adalah Dra. Betti Risnalenni, MM. Alamat rumah: Jalan RA Kartini No G1, Kota Bekasi. Institusi : KB-TK-SD Insan Kamil. Email beliau juga dishare kepada kita yaitu betti.risnalenni1308@gmail.com.
Moderator yang memandu kelas online kali ini adalah seorang yang menyebut dirinya sebagai pelayan pelajar di MTs NU ITB Tedunan Wedung, Demak  Jawa Tengah.
Pelayan pelajar?........Bapak guru kah, Dosen kah? ...yang jelas saya berterima kasih kepada bapak moderator  yang telah menyapa anggota grup dengan ramah.
“Waalaikum Salam,” Bapak moderator, Faiq Aminuddin. Moderator pertemuan 10 pada gelombang 2.
Narasumber memulai kelas online dengan memberikan pilihan kepada peserta untuk kegiatan kelas dengan teknik langsung tanya jawab agar  lebih gampang dan interaktif, Sungguh pilihan yang sangat tepat.
Saya tidak banyak bertanya kepada narasumber, tetapi lebih banyak menyimak karena apa yang akan saya tanyakan nantinya akan muncul juga dari pertanyaan para sahabat di grup. Ada satu pertanyaan yang saya sampaikan kepada beliau,”Apa maksud dalam tulisan beliau yang mengatakan bahwa beliau semakin semangat untuk membuat anak-anak takut kepada angka”.
Meskipun banyak pertanyaan dari para sahabat, namun bunda Betti tak membuat peserta kecewa. Beliau  menjawab pertanyaan semua anggota. Beliau menjawab pertanyaan saya bahwa beliau tambah bersemangat untuk membuat angka itu tidak menakutkan buat anak..
Rupanya saya yang salah membaca kalimat dalam chat bunda Betti.
Dari cerita bunda Betti , begini kesimpulanyang dapat saya bungkus sepanjang tanya jawab kelas online malam ini,
*Catatan Kisah Bu Betti Risnalenni*

Beliau mengawali materi dengan mencertikan bagaimana beliau sewaktu mendirikan sekolah, sejak awal, tantangan, hambatan, solusi, sampai kepada bagaimana kisah sukses beliau dalam mengelola sekolah. Sukses beliau lah yang menghantarkan beliau sebagai kepala sekolah berprestasi dan mendapat penghargaan
Awal mendirikan sekolah didahului oleh mendirikan tempat kursus yang menginduk pada pusat kursus YAI....frienchise 10 Jt tahun 1996 dengan jumlah siswa sedikti. Tahun 1998 beliau membuat buku dan menjual sendiri hingga akhirnya dengan cepat tempat kursus beliau berkembang hingga 24 cabang. 

Pada tahun 2003 beliau bersama teman mendirikan TPA dan TK.  TK berjalan  selama 3 bulan teman beliau mundur karena dia rasa membuat sekolah itu rugi. Akhirnya beliau menjalankan TPA dan TK sendiri di sebuah kontrakan dengan jumlah murid 33 orang. Selanjutnya tahun 2004 beliau mendirikan sekolah dasar Insan Kamil.

Saat mendirikan sekolah, beliau berpikir," Siswa yang sekolah di tempat bagus hanya orang kaya, itu adalah biasa.....Orang miskin sekolah di tempat yang jelek, itu biasa. Orang miskin dapat belajar di tempat yang bagus...itulah  yang luar biasa. Dan gurulah yang bisa merealisasikannya”.

Karena beliau punya buku dan  masih dipakai beberapa kursus dan sekolah, beliau bisa mensubsidi sekolahnya sendiri. Untuk awal-awal gaji guru, diambil dari gaji suami  yang PNS. Karena kan beliau gajiannya setiap tanggal 1. Pagi kan sudah masuk rekening, siangnya buat gajian guru.

Untuk perizinan sekolah beliau bekerjasama dengan pihak pihak terkait sehingga semua berjalan lancar.

Motivasi beliau untuk tetap mendirikan dan mengelola lembaga ini adalah modal nekat dan beliau punya buku yang dicetak dan dijual sendiri.

Buku beliau produksi sendiri tanpa penerbit. Cetak sendiri. Pemasarannya dengan cara mendatangi sekolah-sekolah dan mempresentasikannya. Beliau membuat pelatihan gratis tapi bukunya harus beli. Dan kalau dikalangan masyarakat, banyak orang ingin bergabung , Dengan pelatihan gratis itu,  memancing mereka membeli buku buat siswa atau murid kursusnya. Beliau membuat  buku yang akan digunakan siswa dan mengisinya di buku tersebut. Nah, jadi kan bukunya gak bisa dipakai yang lain karena sudah terisi.

     *Menulis buku ini membuat beliau bisa menjadi guru teladan dan kepala sekolah berprestasi.

Sekolah yang didirikan atau yang di kelola harus mempunyai kekhasan sendiri, yang mampu dijual ke masyarakat. Inilah yang mebuat sekolah Insan kamil menjadi maju, Sering di undang untuk mengisi acara bahkan pada waktu menyambut Bapak Menteri..
Akhir kata dari saya pada pertemuan ke 10 di gelombang 2 adalah -------Nekat----tekad-----------.semangat------------dan komitmen awal, Tidak lupa cerdas dan ikhlas. 

Pertemuan 29 Juni 2020 yang menggabungkan kelas menulis dari gelombang 1 sampai gelombang 12 yang digagas oleh Bapak Wijaya Kusumah atau Om Jay juga menghadirkan kembali Ibu Betti Risnalleni sebagai narasumber. Narasumber kali ini adalah ibu Aam Nurhasanah.

Ada wawasan tambahan yang bisa diperoleh dari perbincangan dan tanya jawab dalam whatsaap grup yaitu bagaimana pembelajaran di masa pandemi. Tugas pada masa pandemi lebih kepada kegiatan yang membuat anak-anak senang seperti membuat kue, 
 Prosedur mendirikan sekolah menurut bu Betti adalah merupakan  keharusan untuk ijin ke RT.  RW. Pastikan ada murid terlebih dahulu baru ijin ke disdik. Adanya ijin dari disdik sebagai tindak lanjut dari proposal yang diajukan. Selanjutnya  akan ada uji dari berbagai bidang tingkat wilayah.

Selanjutnya beliau berbagi tips berupa prinsip dalam mengembangkan sekolah, harus survive dalam mengelola sekolah, menyusun rencana tahunan harus cermat. Mengelola sumber keuangan yang ada seperti koperasi  sekolah, membuka kursus prabayar termasuk beliau membuka kursus bahasa inggris. Jangan lupa tonjolkan unggulan dari sekolah yang dikelola. 

Demikian resume saya, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi.
Salam literasi
Hp. 081805597038

Sunday, June 28, 2020

Aplikasi Zoom Cloud Meeting, Pengobat Rindu ( Daring Seri 43)

Oleh Nuraini Ahwan

Sahabat literasi, setiap  memulai tulisan  saya tidak lupa mengutip kalimat inspirasi dari tulisan Bapak bloger ternama (Bapak Wijaya Kusumah), Pelopor Penggiat Literasi Nusantara (Bunda Sri Sugiastuti), Bapak Much Khoiri (Dosen Unesa), dan Bapak Ngainun Naim ( Dosen IAIN Tulungagung)," Menulislah setiap hari, Buktikan apa yang akan terjadi. Menulislah dengan sepenuh Hati. Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri. Cintailah kata agar ia mencintaimu. Ikatlah ilmu dengan tulisan dan membacalah agar mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna.

Sahabat literasi di manapun berada, Kalimat di atas saya tulis untuk memotivasi diri dan sahabat literasi,  untuk memperkuat  komitmen diri agar berusaha menyisihkan sedikit waktu untuk menyapa huruf, merangkai kata menjadi kalimat dalam bentuk tulisan yang bermakna.

Sahabat literasi, Ahad malam, 28  Juni 2020, Bapak Wijaya Kusumah  melalui whatsaap grup menulis bersama Om Jay gelombang 2 membagi tautan untuk bergabung atau Join Our Cloud HD Video Meeting berikut meeting  ID dan passwordnya. Dengan clik tautan tersebut lansung joss bisa bergabung dan bertemu dengan sahabat literasi dari selurung Indonesia. 

Zoom Cloud Meeting, pengobat rindu. Ada saja ide dari Bapak bloger ternama ( Om Jay)   untuk mempertemukan anggota grup meskipun melalui dunia maya. Bertemulah kami dengan anggota grup. Satu persatu saling menyapa, saling beradu tatap meski hanya melalui layar lattop atau handphone. Saling melempar senyum, saling da dahhh seperti kita sudah bertemu saja di dunia nyata. 

Saling berkunjung di blog tanpa saling bertemu. Saling sapa melalui tulisan tanpa pernah mendengar suara. Saling senyum sumringah saat membaca komentar dalam blog tanpa pernah melihat wajah wajah yang sedang tersenyum manis itu. Keakraban seakan mewarnai pertemuan virtual ini. Kegiatan yang sangat tepat sebagai bentuk memperkuat tali silaturrahmi dan sebagai bentuk pembelajaran jarak jauh bagi para pencinta literasi dengan teknik daring. 

Dalam kegiatan yang dirancang oleh om jay, Zoom cloud meeting yang sudah 2 kali dilaksanakan seingat saya.  Benar-benar bisa mengurangi rasa rindu kepada sahabat literasi dalam group. Bisa menghilangkan rasa penasaran anggota kepada wajah yang empunya nomor handphone atau pemilik blog.

Ada moderator, Ibu Aam dari Lebak Banten dan ibu Fatimah dari Aceh.  Dan Ada Cakinin dari Lamongan (Jadi rindu juga sama soto Lamongan).  Ada juga Pak Bambang, sosok penanda tangan sertifikat peserta. Dan banyak lagi peserta lainnya yang tak bisa saya tuliskan satu persatu.

Sahabat literasi, Bu Aam dari Lebak Banten, suaranta ternyata renyah serrenyah tulisannya dan saya boleh  menebak kalau bu Aam pribadi yang lincah dan ramah. Selincah saat memberikan pertayaan dan ucapan terima kasihnya pada Om Jay atas semua motivasi yang telah diberikan Om Jay.

Laain Bu Aam, lain pula bu Fatimah dari  Aceh, Serambi Mekah. Boleh saya tebak ya, Bu Faimah pribadi yang kuat, semangat, gesit dan lincah. Suaranya juga sangat lantang, menunjukkan semangatnya. Motivasi yang kuat diberikan kepada peserta. Beliau berada pada gelombang 8 dan kini sudah menulis banyak sekali dalam blognya ( maaf saya lupa jumlahnya). Akan segera menerbitkan buku. Bisa menyalip saya yang berada di gelombang 2 tapi masih stagnasi di resume ke 21. Tentunya ucapan selamat buat ibu moderator ya, Ibu Fatimah.

Sahabat literasi, menerbitkan tulisan boleh melalui penerbit andi, boleh juga melalui penerbit indi. Kalu bisa lolos di penerbit andi, sangat beruntung karena seluruh biaya di tanggung penerbit. Berbeda dengan penerbit indi. Terpenting adalah buku bisa terbit, ada menjadi catatan sejarah bahwa kita pernah berada dalamgrup sahabat literasi yang luar biasa. 

Zoom cluod meeting telah mempertemukan para sahabat literasi untuk saling memotivasi sekaligus  pengobat rindu dan penasaran dengan anggota grup. 

Salam kenal buat semua
Lombok, 28 Juni 2020


Friday, June 26, 2020

Sahabat Literasi, Munculkan Ide

Oleh Nuraini Ahwan

"Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati. Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri. Cintailah kata agar ia juga mencintaimu. Membacalah agar mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna."

Hari ini, tidak menulis tentang apa apa, tentang sesuatu yang menarik. Tapi hanya menulis tentang kondisi di saat jatuh ke bumi.
Kebuntuan ide sampai menjelang penghujung malam, sehingga belum saja mulai menulis. Kegiatan membaca hanya berpindah-pindah dari satu whatsaap grup ke whatsaap grup yang lain. Dari grup menulis gelombang 2 ke grup menulis gelombang 8 yang di gagas oleh Bapak Wijaya Kusumah. Narasumber saat malam ini adalah Bapak Dedi Dwitagama. Materi nya adalah tentang blog. 

Berpindah lagi ke grup menulis artikel yang sudah sampai ke menulis artikel kelas mahir. Di grup ini saya tertinggal, bukan karena tidak  konsisten tetapi tidak mampu mengikuti untuk setor tugas hanya sebatas menyimak dan medapat ilmu. Bukan karena serakah lho, tapi karena kehausan ilmu dan rasa ingin tahu serta takut kehilangan informasi. Akhirnya belum bisa tembus sampai diterbitkan di koran.

Selanjutnya di grup menulis yang digagas oleh Om Jay, sapaan untuk Bapak Wijaya Kusumah, saya belum bisa rutin membuat resume. Juga bukan karena tidak konsisten tetapi karena bolak balik dari grup yang satu ke grup yang lain. Sementara waktu, pilih menyimak saja...(tertampar dengan pernyataan,"Jangan menumbuhsuburkan kebiasaan menunda.")

Terakhir membuka RVL, ada tulisan sang motivator, Mr.Emcho yang berjudul"Jatuh"
Jatuh ke bumi dan jatuh sakit.  Simpulan dari tulisan itu dalam pandangan saya adalah sama -sama bisa menimbulkan rasa sakit. Kata jatuh pasti menimbulkan rasa sakit. Baik jatuh ke bumi seperti terpeleset, terjerembab dan jatuh jatuh yang lainnya maupun jatuh cinta..jatuh cinta di samping menimbulkan kebahagian tak jarang pula menimbulkan rasa sakit. Sehingga yang kita lihat juga simbol cinta adalah gambar hati tertusuk panah dan berlumuran darah. Jatuh ke bumi menimbulkan sakit, jatuh cinta menimbullah kegembiraan. Biasanya jatuh ke bumi atau jatuh sakit disebut ujian dan jatuh cinta yang menimbulkan kebahagiaan disebut anugrah. tetapi sebenarnya kedua-duanya  merupakan ujian.  

Sahabat literasi, yang tersebar di seluruh jagad nusantara bisa menjadi sumber ide dalam menulis. Seperti sekarang ini ketika saya tidak menukis tentang apa-apa, ada kalimat jatuh ke bumi dan jatuh cinta menjadi sumber ide dalam tulisan saya. Di saat kebuntuan ide menghinggapi pikiran, maka dengan buka-buka wa, baca tulisan teman melahirkan ide untuk di tulis.
Malam ini ide tentang jatuh  sakit. 

Pulang kerja, sudah sore. Terkejut melihat kondisi sang pemimpin keluarga yang terbaring sakit. Minta diantar ke rumah sakit. Tanpa ganti pakaian putar balik menuju klinik. Membawa ke klinik dengan penuh rasa khawatir dan takut, Bukan takut karena sakitnya sang ayahnya anak-anak tetapi takut berkunjung ke yang  namanya klinik, rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya akibat si corona. Tapi apa boleh buat, daripada di rumah tak bisa berbuat apa-apa.  Pada kejadian ini,.ada jatuh sakit dan jatuh cinta.

Lombok, 24 Juni 2020
Edisi Melemah, jadi menulis sekenanya saja
Level 3, Menulis tanpa rasa malu, pokoknya menulis saja.



Thursday, June 25, 2020

Perlukah Ranking Kelas: Di Titik Finish Pembelajaran Daring ( Daring Seri 41)

Oleh Nuraini Ahwan

"Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati. Biarkan tulisan itu yang akan menemukan takdirnya sendiri. Cintailah kata agar ia jua mencintaimu. membacalah agar mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna.  Jalani dan nikmati proses karena keajaiban akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses " kalimat inspiratif , pemompa semangat diri untuk senantiasa konsinten.  Kalimat inspiratif yang dikutip dari tulisan tokoh penggiat literasi dan dosen. Bapak Much Khoiri Dosen UNESA, Bapak Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung,Bapak Wijaya Kususmah, Bloger ternama dan Bunda Sri Sugiastuti, Kepala Sekolah sekaligus penggerak Asiasiasi penggiat Literasi Nusantara.

Kalimat itu, seakan menampar saya jika dalam satu hari saja saya tidak menulis. Apa yang saya tulis sudah barang tentu bisa ditulis oleh orang lain atau pembaca. Apa yang saya tulis adalah sesuka hati saya saja.  Tulisan yang  belum tentu benar secara aturan penulisan. Kriteria penulisan, keilmiahan tulisan dan aturan-aturan kepenulisan lainnya. Oleh karena itu, dalam ukuran  atau level  malu dalam menulis, saya boleh lah menyebut diri dalam level 3. Menurut  bapak Ngainun Naim pada  tulisan beliau dalam blog tertanggal, 24 Juni 2020, ada empat level malu dalam menulis."  Level dimaksud sebagai berikut: 
  1. Level 1,  Malu untuk menulis sehingga tidak menulis
  2. Level 2,  Sudah menulis tapi malu jika dibaca orang
  3. Level 3,  Menulis tanpa rasa malu, pokonya menulis saja
  4. Level 4,  Malu tidak menulis. Menulis jadi kebutuhan

Level 3, yaitu menulis tanpa rasa malu. Pokoknya menulis saja. Apapun tanggapan orang, siap menghadapi. Dipuji tentu menjadi bonus buat saya, di kriktik tentu sebagai bahan perbaikan terhadap tulisan saya.

Berangkat dari level 3 tadi, menulis tanpa rasa malu, maka saya akan melanjutkan menulis tentang rumah yang saya bangun bersama teman-teman untuk pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah bagi siswa di tempat saya betugas. Rumah yang saya bangun untuk wadah belajar siswa-siswi adalah whatsaap grup kelas. Rumah ini telah mengantarkan siswa-siswi sampai kepada penghujung jalan di titik finish yang mereka  tuju. Naik kelas ke jenjang yang lebih tinggi.  

Apa yang ada dalam rumah, pastinya banyak yang akan di ceritak. Titik finish  dalam setiap perjuangan pasti tak kalah seru dan  tentunya akan lebih banyak punya cerita berkesan. Kesan senang, kesan sakit, kesan kecewa, kesan menganggap diri benar, kesan seharusnya dia atau aku yang menjadi pemenang.  Sangat menarik  jika diceritakan. 

Kelelahan setelah sampai titik finish semestinya  perlu untuk rehat sejenak. Dalam rumah yang dibangun (whatsaap grup) sebagai titik start  tetap ramai.  Penghuni di dalamnya asyik bersenda gurau, bertanya jawab, mempertanyakan mengapa dan siapa. Pemimpin yang ada di rumah itu  (admin grup/guru kelas) hanya mendengarkan perbincangan sampai kepada perbincangan yang sedikit menghangat tentang hasil akhir di titik finish. Seperti itulah saya mengibaratkan whasaap grup  di akhir tahun atau kenaikan kelas. 

Cerita menghangat  dari orang tua mempertanyakan rangking atau peringkat kelas. Apakah perlu rangking dan mengapa harus di rangking. Tambah menghangat pertanyaan ketika  menghubungkan rangking dengan pembelajaran jarak jauh  di masa  covid-19. Saya tidak menguraikan jawabannya dalam tulisan ini. Karena masing-masing punya pendapat  tentang rangking kelas, perlu atau  tidak untuk dibuat. 

Terlepas dari rangking, yang ramai diperbincangkan dan membuat siswa penasaran, ada yang membuat saya terkesan. Saya  terkesan dengan dengan orang tua siswa yang mengucapkan terima kasih kepada guru melalui whatsaap grup. Ucapan terima kasih karena guru telah mendampingi putra-putri mereka selama covid-19 ini. Orang tua lupa bahwa mereka juga yang mendampingi  putra-putrinya. 

Rumah yang sudah dibangun (whatsaap), jangan ditinggalkan begitu saja. Paling tidak bawalah apa yang sudah diperoleh ketika berada di dalam rumah itu. Pelihara, benahi, lihatlah apa yang perlu diperbaiki, apa yang membuat kita senang berada di dalamnya agar pengguna berikutnya akan lebih merasa nyaman. Perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh penghuni rumah yang memiliki karakter kuat mencerminkan lima nilai utama karakter. 

Whatsaap  grup yang dijadikan sebagai rumah atau yang mewadahi belajar bagi siswa-siswi telah memperkuat nilai karakter pada diri siswa, orang tua dan guru.  Karakter apa saja yang terbangun semasa covid -19 pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dengan teknik daring?  Simak Saja dalam tulisan secara khusus tentang karakter pada blog https://nurainiahwan.blogspot.com


Lombok, 24 Juni 2020
Hp.081805597038

Belajar Ngeblog Bersama Dedi Dwitagama (Resume 21)

Resume 21 ( Lanjutan Gelombang 2)
Oleh Nuraini Ahwan

Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati dan tidak asal jadi. Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri. Cintailah kata agar ia juga mencintaimu. Membacalah agar mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna. 

Setiap hari banyak grup menulis yang saya ikuti, Satu di antaranya sudah terjadwal untuk menyetor tulisan setiap hari untuk membangun komitmen dan konsistensi untuk menulis. Lalu Grup menulis yang dibangun Bapak Wijaya Kusumah mempertemukan grup menulis gelombang  1 sampai gelombang  12 setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Dalam 3  hari tersebut kesempatan untuk membuat resume lebih terbuka lagi. ( Sayang saya belum mengirim untuk beberapa resume, insyaallah rafel)

Hari ini, rabu 24 Juni 2020, kuliah online kami menyebutnya, diisi oleh nara sumber hebat yang pernah juga mengisi pada gelombang 2 yang saya ikuti yaitu bapak Dedi Dwitagama. Materi beliau adalah tentang blogspot atau wordpress. Blog beliau ada di http://dedidwitaga.wordpress.com. dengan moderator malam ini, Ibu Aam Nurhasanah dari Lebak Banten.

Blog adalah catatan atau dokumentasi seseorang atau sebuah organisasi yang ditayangkan di internet berbasis web dan bisa diakses oleh orang-orang sedunia. Media blog pertama kali dipopulerkan oleh blogger.com, yang dimiliki oleh Pyra Labs sebelum akhirnya diakuisisi oleh Google pada akhir tahun 2002.

Semenjak itu banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan kepada perkembangan para penulis blog tersebut. Kami berharap semakin banyak guru membuat blog dan mengelolanya dengan baik.

Salah satu tips untuk konsisten dalam menulis adalah menulis saat ide itu muncul dimana pun berada. Seperti saat menunggu anak sekolah, sambil mendengarkan musik, menulis dengan menggunakan HP, tanpa diedit langsung ditayangkan.
Untuk memunculkan kalimat utama yang menarik perhatian, menulis langsung ide tulisan pada kalimat pertama dan dijabarkan dengan uraian yang diperlukan. Kalau bisa disertai dengan gambar atau video untuk lebih menarik. Tips untuk meningkatkan kualitas isi tulisan sebenarnya mudah, hanya  dengan usaha utuk sering menulis. 

Tulisan di blog tidak harus panjang-panjang. Tulisan  3 alinea dilengkapi dengan foto. Semakin sering dilakukan semakin pandai. Untuk foto dan video, bisa belajar dari blog "fotografer profesional dan chanel instagram maupun di cahnel youtube lalu praktekkan dah. 

Wordpres dan  kompasiana menyimpan  tulisan kita yang belum diterbitkan di folder draft, matangkan dan tayangkan  agar isi blog kita bertambah. Tulisan di blogspot dijadikan sebagai inspirasi, tulis lagi dengan perluasan dan bumbu agar lebih menarik, tayangkan di kompasiana. Blog seperti rumah kita sendiri, 
jadi boleh diedit sesuka kita.

Manfaat dari blog yang utama adalah mendokumentasikan kegiatan, perjalanan, ide-ide, keresahan, atau apa saja yang bisa disampaikan secara lisan pada rapat-rapat atau yang tak bisa disampaikan pada siapa pun. Jadi tidak hanya dalam bentuk tulisan, bisa dalam bentuk foto atau video.
Kumpulan dari beberapa tulisan di blog bisa dikelompokkan sesuai dengan tema dan bisa menjadi sebuah buku. Tetapi, agar buku lebih menarik untuk dibaca perlu dikonsultasikan dengan editor atau pihak penerbit.

Kesimpulan pada  kuliah online malam ini adalah manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat buat orang lain, seperti peribahasa gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama.
Menulis di blog sekarang bisa menggunakan handphone untuk mendokumentasikan apa saja yang terlintas, dan akan menikmati hasilnya di suatu hari kemudian.


Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.

Lombok, 24 Juni 2020
Hp 081805597038

Tuesday, June 23, 2020

Jangan Menumbuhsuburkan Mental Menunda ( Daring Seri 40)


Oleh Nuraini Ahwan

"Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati,. Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri. Cintailah kata agar ia juga mencintaimu. Membacalah agar dapat merangkai kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna." kutipan kalimat penyemangat dari para penulis hebat agar sennatiasa konsisten untuk menulis, membaca untuk menambah wawasan, masuk grup menulis untuk memperbanyak teman,  bisa mengamati dan belajar dari tulisan teman.  

Saya pernah mengatakan kepada teman yang membuat saya seditkit tersanjung. Ia menyanjung  karena saya mengirim tulisan melalui blog kepada grup dilingkungan kerja saya. Lantas saya tidak menanggai berlebihan sanjungan itu. Tulisan saya hanya berupa tulisan apa saja yang saya suka atau saya menulis sesuka hati saya. Saya hanya mengatakan bahwa saya menjalani dan menikmati  saja kegiatan ini, kegiatan  ketika saya menulis. Terpelas dari orang suka atau tidak, dibaca atau tidak. Konsistensi yang saya pelihara.

Malam ini, sebenarnya terasa pegal badan ini. Pulang dari kebun baru sore hari sejak berangkat dari pagi. Begitu melihat handphone, whatsaap grup rumah virus literasi yang saya buka. Ada centangan dari bu Milla yang super rajin untuk anggota grup yang sudah menyetor tulisan. Kadang saya membalas di grup dengan kalimat,"Ma'af setor tulisannya di penghujung malam, ya."

Saya langsung membuka blog miliknya Bapak Ngainun Naim. Bukan berarti blog teman yang lain tidak saya buka. Saya membaca tulisan beliau dan pas sekali dengan proses awal, saya mulai menulis.  Saya mengutip kalimat  dalam tuilsan di blog beliau beberapa waktu yang lalu dan saya jadikan kalimat pembuka dalam  setiap memulai menulis di blog. 

Bapak Ngainun Naim, sang inspirator adalah Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Literasi dari Brunei Darussalam (2020),  Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), dan Spirit Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019). Untuk komunikasi via email: naimmas22@gmail.com. WA: 081311124546, malam ini berbagi tulisan yang berjudul "Menulis: Jalani, Nikmati, Syukuri"

Berusaha   "menjalani" dan "menikmati" kegiatan menulis dengan  menyingkirkan hambatan dan tantangan.  Keengganan, malas, capek, letih, kebuntuan ide dan lain sebagainya wajar dialami. Tetapi,  "Jangan menumbuhsuburkan mental menunda karena keajaiban akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses." sepeti itu simpulan dari tulisan bapak yang kesehariannya sebagai dosen di IAIN Tulungangung.

Sementara waktu, dalam masa belum melandainya covid 19, kembali tulisan dalam blog https://nurainiahwan.blogspot.com akan diwarnai dengan tulisan sekitar whatsaap grup kelas. Ada apa di balik whatsaap grup  kelas? Akankah setelah kenaikan kelas atau kegiatan akhir tahun whatsaap grup akan bubar tanpa evaluasi?  Tentu saja tidak. Grup akan dievaluasi, akan dilirik karakter apa yang tertanam di balik whatsaap grup? Akan dicermati -hal yang akan diperbaiki? Akan dipetik pembelajaran oleh guru, orang tua, dan siswa.
Tunggu tulisan esok hari.

Salam semangat literasi dari SDN 1 Dasan Tereng (Sdensa Santer Apik0

Lombok, 23 Juni 2020
Hp.081805597038


Monday, June 22, 2020

Persiapkan Diri, Sambut Era New Normal ( Daring seri 39)

Oleh Nuraini Ahwan

"Menulislah  setiap hari dengan sepenuh hati. Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya  sendiri. Cintailah kata, agar ia juga mencintaimu. Membacalah agar mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi inda dan bermakna."

Budaya baca masyarakat Indonesia sudah ada. Budaya,  dengan daya baca masyarakat masih rendah, dan dengan minat baca yang  tinggi. Ini indikasinya adalah jika membaca whatsaap bisa berjam-jama, tetapi jika membaca buku yang tebal sedikit  lantas di skip atau bisa saja ditutup. Begitu pidato bapak Anis Baswedan pada suatu kesempatan. 
Pidato Bapak Anis menelusuk hati saya, lantas saya senyum-senyum sendiri membenarkan ucapan tokoh kharismatik di pandangan saya. Bicaranya selalu sejuk, adem dan selalu lemah lembut. Benar juga adanya, kalau sudah membaca chating di whatsaap dan membaca status teman di facebook, bisa jadi sampai panas handhopne yang di tangan. Kalau membaca sambil tidur-tiduran bisa jadi sampai berkali bolak-balik badan karena pegal. Tidak jarang pula handpone terjatuh mengenai wajah. Baru tersadar bahwa sudah kelamaan menjelajah dunia maya. 

Dalam sudut pandang saya secara personal, di masa pandemi ini, whatsaap merupakan aplikasi yang sangat membantu dalam rangka meningkatkan daya baca, jika saja yang dibaca adalah hal-hal yang bermanfaat. Whatsaap merupakan aplikasi sederhana yang bisa digunakan oleh orang kebanyakan mulai dari kalangan orang dewasa, orang di perkotaan, pedesaan bahkan sampai ke anak-anak usia sekolah dasar. Aplikasi ini tidak memnuhi memori handpone dan bisa digunakan untuk mengirim berbagai perpesanan. Foto, video, file, pesan suara, share lokasi dan lain-lain. 

Aplikasi ini di masa pandemi ini banyak digunakan oleh guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan membentuk grup kelas. Tidak hanya  untuk kepentingan pembelajaran antara guru dengan siswa bahkan aplikasi whatsaap ini dimanfaatkan oleh banyak orang dengan kepentingan yang sama seperti dalam komunitas menulis. Komunitas menulis diwadahi oleh aplikasi whatsaap bergabung untuk menelurkan karya sesama pencinta lierasi. 

Bolehlah, membaca whatsaap sampai berjam-jam, bolak balik dari satu grup menulis ke grup menulis yang lainnya. Memperbaiki letak kaca mata pada posisi yang tepat untuk membantu memperjelas penglihatan karena kepenatan mata membaca chat di whatsaap. Chat bukan sembarang chat, tetapi chat dari teman-teman grup menulis yang luar biasa, hebat dengan segudang karya dan selalu saling memotivasi. Chat dari narasumber yang tak kalah hebat dalam memberikan kuliah online untuk membuat anggota grup produktif  dari rumah. Membaca  di whatsaap  dan menghasilkan karya di masa pandemi covid 19.

Teknologi,  lagi-lagi memainkan perannya untuk mendukung dan memperlancar aktivitas, tugas kedinasan dengan bekerja dari rumah. Peran teknologi ini sangat dirasakan oleh guru, orang tua dan siswa alam situasi darurat covid 19 ini. Akankah teknologi akan ditinggalkan jika keadaan sudah menjadi new normal?

Menurut sumber yang saya baca, dari status seseorang di dunia maya facebook, bahwa memasuki era new normal, akan terjadi pola kerja aparatur sipil negara (ASN) , baik PNS maupun PPPK ( pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja).  Menurut Bapak Bima Haria Wibisana (Kepala BKN), akan mengevaluasi sejumlah jabatan atau bidang pekerjaan lingkup ASN setelah kurang lebih 3 bulan penerpan Work From Home (WFH). 
" Akan ada sejumlah pekerjaan atau jabatan ASN yang digantikan dengan teknologi. Apalagi penerapan WFH akan terus berlangsung, meski nanti COVID -19 sudah melandai. Tentunya diimbangi dengan Work From Office (WFO).

Melanjutkan membaca, apa yang disampaikan oleh Bapak Bima Haria, saya sempat memikirkan para pencari masa depan sebagai PNS karena dalam lanjutan yang saya baca, "Banyak jabatan atau pekerjaan digantikan oleh teknologi dan akan berpengaruh terhadap jumlah formasi CPNS dan PPPK. Segala pekerjaan yang tidak relevan dengan kondisi era new normal akan hilang digantikan teknologi sehingga otomatis kebutuhan ASN dan PPPK akan berkurang tidak sebanyak tahun-tahun sebelumya." tandas Pak Bima.  

Saya menjadi bertanya-tanya, apakah pada era new normal nanti, akan terjadi work from home (WFH) yang diimbangi dengan  work form school (WFS)? Setingannya seperti apa ya? 

Memasuki era new normal perlunya bersiap-siap. Tidak hanya mempersiapkan diri dengan imun tubuh yang kuat tetapi juga mempersiapkan dengan imun teknologi yakni kemampuan teknologi. Kita banyak mendengar pada era new normal keadaan diserahkan kepada rakyat atau masyarakat. Siapa yang kuat dia yang bertahan, siapa yang lemah dia akan binasa.  Persiapkan diri dengan imun tubuh yang cukup, terapkan pola hidup  sehat agar mampu berahan jika tidak maka corona virus akan melenyapkan. Sungguh suatu keadaan  yang sangat menakutkan. Memasuki era new normal banyak kita lihat orang yang sudah abai dengan protokol kesehatan. Inilah yang perlu diwaspadai.  

Imun teknologi yang cukup, perlu juga dipersiapkan memasuki era new normal. Jika imun teknologi tidak dipersiapkan bisa jadi kita hanya menjadi penonton saja atau mampu beraktivitas hanya sekedar saja. Berkaca dari apa yang disampaikan oleh Bapak Bima bahwa WFH akan terus berlangsung diimbangi dengan WFO meskipun COVID -19 melandai. Intinya,  jangan abai dengan teknologi ketika akan memasuki era new normal sebagaimana banyal orang abai dengan protokol kesehatan. 
Bagi guru, edaran tentang waktu awal tahun pelajaran sudah dikantongi. Ini artinya bahwa waktu belajar tatap muka sudah ditentukan. Lantas bagaimana nasib teknologi yang sudah banyak membantunya dalam pembelajaran jarak jauh semasa covid? Apakah akan mengucapkan selamat tinggal kepada teknologi? Berharap jangan tinggalakan teknolgi. Masih teramat banyak yang belum diketahui dari semua fitur yang yang ada.  

Mengambil hikmah saja dari apa yang disampaikan oleh Bapak Bima  untuk lebih mengakrabkan diri dengan teknolgi yang mendukung pembelajaran, Berpesan kepada teman untuk memanfaatkan jeda waktu mengajar atau hari libur ini untuk produktif dari rumah. Mengajak teman untuk menjelajah dan mengotak katik handpone android mereka. Jalan-jalan di  youtube untuk memperoleh inovasi pembelajaran. Googling untuk menambah wawasan. Membuat blog untuk menuangkan ide, gagasan dan berbagi  atau sharing pengalaman kepada orang lain. Kata kuncinya adalah mau, komitmen dan belajar dengan sepenuh hati.

Semasa pandemi, dengan perpanjangan waktu belajar dari rumah, siswa menngunakan teknologi untuk belajar secara daring.  Saat jeda waktu mengajar, guru-guru hendaknya menggunakan teknologi atau secara daring,  meningkatkan kemampuannya untuk produktif dari rumah. 

Kini saatnya guru menjadi murid,"Banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya." 
Mari produktif dari rumah.
Salam semangat literasi dari SDN 1 Dasan Tereng (Sdensa Sante Apik)

Lombok, 22 Juni 2020
Hp 08180597038. 

Sunday, June 21, 2020

Korelasi Pendidikan Dengan Hasil Karya, Mau dan Alasan ( Daring Seri 38)

Oleh Nuraini Ahwan

"Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati. Buktikan apa yang akan terjadi. Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri. Cintailah kata agar ia juga mencintaimu. Membacalah agar mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna." Rangkaian kalimat ini merupakan pelecut diri yang sengaja saya tulis pada setiap mengawali tulisan saya di blog. Saya bermasksud menyemangati diri dan pembaca agar memberikan sedikit waktu untuk yang namanya menulis dan membaca.

Alhamdulilah. bisa melepas sejenak  tulisan yang berputar-putar sekitar kegiatan pembelajaran jarak jauh bagi siswa karena sudah kegiatan akhir tahun pelajaran.  Grup whatsaap kelas  yang sudah beberapa bulan belakangan ini memenuhi memori handphone saya dan memunuhi  memori kepala saya. Grup yang membuat kepala cenat-cenut. Perasaaan rada-rada gemes menghadapi anggota grup yang terdiri dari orang tua siswa dengan latar belakang beragam. Dengan segala celoteh di luar konteks pembicaraan.  Yang sibuk memposting sesuatu yang tidak berkaitan dengan pembelajaran. Meskipun diingatkan berkali-kali.

Kini saatnya blog,  diwarnai dengan  tulisan tentang pembelajaran jarak jauh bagi saya melalui grup menulis yang sudah saya ikuti maupun dari media sosial facebook. Belajar  dari blog teman grup dan dari status teman di facebook. Tulisan ini merupakan hasil jalan-jalan saya di blog teman dalam anggota grup menulis yang diwadahi oleh aplikasi whatsaap grup.  Tulisan teman yang saya baca sangat menyentuh hati, sesuai dengan perasaan saya, sesuai dengan pengalaman sebagai pencinta literasi yang baru mulai belajar menulis. 

Saya berkunjung ke blog miliknya Bapak Ngainun Naim , https://spirit.blogspot.com/2020. Judul tulisan beliau adalah "Kunci dan Alasan." Tulisan beliau berisi tentang  begitu sulitnya  konsistensi seseorang untuk menulis.  Konsistensi itu memerlukan perjuangan. Beliau juga memaparkan tentang kehidupan yang sesungguhnya bergerak di antara dua kutub: idealitas dan realitas. Jika kita seperti berlari dari angka 0 menuju  100 , maka angka 0 adalah realitas dan angka 100 adalah idealitas. Jika impian kita terpenuhi, mungkin derajatnya mendekati 100.

Perspektif di atas digunakan untuk memotret tradisi menulis dan realitas yang dihadapi tidak seperti idealitas yang diharapkan. Hanya sebagian saja yang mau dan mampu untuk menulis. Sesungguhnya semua mampu menulis karena latar belakang pendidikan yang jauh dari cukup untuk menulis bahkan berlebih. Ada yang S1, S2 dan S3 jika melihat kenggotaan dalam grup. 
Ini membuktikan pendidikan tidak berkorelasi secara signifikan dalam menghasilkan karya. Persoalannya adalah  Mau.  

Bapak Ngainun Naim, menyebut nama penulis terkenal dalam paparan beliau, Ajib Rosidi, satrawan yang banyak menghasilkan buku ternyata tidak tamat SD hanya lulusan SMP, D.Zanawi Imron juga lulusan SMP, Ahmad Tohari, hanya lulusan SMA.

Tulisan bapak Ngainun Naim yang telah memunculkan nama penulis terkenal dengan latar belakang pendidikan yang tidak tinggi,  membuat semangat saya untuk menulis semakin tinggi. Saya pernah  merasa berkecil hati ketika bertemu seorang teman yang sedang menempuh pendidikan pasca sarjana. Ketika bincang-bincang kami mengarah kepada kegiatan menulis, ia menyebut pendidikan sangat berpengaruh kepada orang yang mau membaca. Begitu melihat gelar pendidikan yang disandang oleh penulis, maka tulisan mereka akan di kesampingkan. Dikatakan tidak layak untuk jadi referensi. Pasca sarjana akan merujuk atau mejandikan buku karya S1 untuk referensi, masak ya?

Mengakhiri perbincangan bersama teman, apakah  saya mengatakan akan berhenti menulis saat itu? Tidak!
Saya mengatakan bahwa saya menulis tentang apa saja yang saya lihat, saya dengar, saya rasakan, saya baca dan saya pikirkan. Tulisan saya tidak ilmiah. Saya hanya bertutur atau bercerita lewat tulisan sederhana. . Jadi boleh memberikan saran tetapi tidak untuk dikritik karena tulisan yang tidak  berdasarkan referensi yang jelas,  tulisan  tidak memenuhi kreteria, mungkin tidak jelas alurnya, tidak menunjukkan adanya "kegelisahan akademik" tidak ada metodologi, sistematika  tidak jelas, kerangka tidak jelas dan sebagainya. Seperti yang diungkap oleh bapak Ngainun Naim dalam blog beliau pada tulisan yang berjudul "Kalau Sekedar Kritik, Semua Orang Bisa"

Barangkali  saja,  tulisan sederhana dari seorang yang tidak berpendidikan tinggi ini, akan ada pembacanya  dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Meskipun secara jujur saya mengakui bahwa ada keraguan saat saya mengajak teman-teman untuk menulis. Melihat pendidikan teman-teman yang tinggi. tapi ada Ajib Rosidi, D. Zarwan dan Ahmad Tohari ynag membuktikan bahwa pendidikan tidak ada korelasi secara signifikan dengan karya seperti yang dicontohkan oleh Bapak Ngainun Naim. Yang penting ada kemauan, tidak perlu banyak berdebat tentang teori dan jangan banyak alasan

Meskipun pendidikan tidak berkorelasi secara signifikan terhadap karya berupa tulisan, namun pendidikan tinggi bagi saya sangat mempengaruhi kepercayaan diri dalam menulis. Jika ada kemauan dan tidak banyak alasan. Suatu contoh dengan perasaan diri yang hanya lulusan S1. Berbagi tulisan kepada teman yang pendidikannya lebih tinggi terasa garing saja bagi saya. Saya merasa tidak pantas. Sampai berpikir, mungkinkah karena saya hanya lulusan S1 sehingga tulisan saya tidak dibaca? Ah...lepas buang perasaan  buruk sangka. Menulislah sebagai suatu kebutuhan. Jika orang tidak membaca tulisan yang dipublish, ya tidak apa-apa. Jika ada yang membaca dan suka , maka itu adalah bonus.. 

Apakah tidak ingin melanjutkan pendidikan karena usia?
Tidak!
Sangat ingin melanjutkan pendidikan, tetapi banyak hal yang dipertimbangkan. tentunya bukan karena usia. Saya melihat status teman dalam facebook tanggal 19 Juni 2020. Statusnya tentang tokoh bangsa yang menyelesaikan pendidikannya di usia yang tidak lagi muda. "Alumni UT: Bapak Djoko Suyanto, Almarhumah Ibu Any SBY, Ibu Linda.A.Gumelar, Bapak Wiranto, Bapak Moeldoko, dan Inu Mooryati Soedibbjo. Ibu Moer lulus UT saat berusia 69 tahun, lulus S2 UNS ketika berusia 71 tahun, dan lulus S3 UI ketika berusia 81 tahun. "UT: Making higher education open all."
Akun fb milik bapak Minhajul Ngabidin, yang membagikan status milik Maximus Gorky Sembiring bersama Ojat Darojat dan Tian Belawati
Termotivasi untuk melanjutkan studi, melihat tokoh penting dengan usia menjelang senja masih haus dengan pendidikan.


Tulisan Bapak Ngainun Naim menjadi pelecut semangat untuk menulis dan status yang ada pada akun Fb milik Bapak Minhajul Ngabidin menjadi  pembakar semangat untuk pendidikan. Untuk Bapak Ngainun Naim, Insyaallah saya akan konsisten untuk menulis. Untuk bapak Min, semoga saya bisa melanjutkan pendidikan meskipun tidak sekarang.

Salam Semangat Literasi dari SDN 1 Dasan Tereng, (Sdensa Santer Apik)

Lombok, 21 Juni 2020
Hp. 081805597038

Saturday, June 20, 2020

Apapun Ceritanya, Berbuat Terbaik Untuk Anak Negeri ( Daring Seri 37)

Oleh Nuraini Ahwan.

Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati. Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri. Membacalah setiap hari agar kalimat demi kalimat akan tersusun indah dan bermakna. Cintailah kata, agar ia juga mencintaimu.

Kali ini, saya akan mengurai tentang kegiatan akhir tahun pelajaran di masa darurat corona virus disease 19 atau covid-19 yang  punya cerita dan selalu ada cerita. Kegiatan akhir tahun pelajaran yang biasanya dirayakan dengan meriah tetapi tidak  dengan tahun ini. Kegiatan akhir tahun yang sangat berbeda sebagai dampak dari corona virus 19 dan ini akan menjadi catatan dalam hidup setiap insan  pendidikan  mulai dari kepala sekolah, guru dan siswa. 

Sabtu, 20 Juni 2020, menorehkan  catatan bagi insan pendidikan di tempat saya bertugas juga bagi insan pendidikan yang sedang menyelenggarakan kegiatan yang sama. Pembagian raport akhir tahun atau kenaikan kelas meskipun dengan cara atau  teknik  yang berbeda. Semua yang dilakukan dengan tetap mempertimbangkan keselamatan, keamanan dan tentunya berpedoman pada protokol kesehatan. 

Di tempat saya bertugas, pembagian rapor dilakukan dengan teknik yang sama dengan pelaksanaan penilaian akhir semester 2 atau penilaian akhir tahun yaitu dilakukan di posko. Koordinator posko melanjutkan tugasnya ketika sebagai koordinator penialian akhir semester 2. Prosedur kerja koordinator pembagian raport sebagai berikut:
  1. Kepala sekolah mengingatkan kembali tentang posko dan lokasi masing-masing posko
  2. Koordintor bertugas membagikan raport kepada kelas 1-6 yang berada di poskonya masing-masing
  3. Semua guru kelas (Kelas 1-6) menyerahkan nama siswa sesuai poskonya berdasarkan kedekatan tempat tinggal
  4. Sehari sebelum pembagian raport, koordinator posko menerima raport dari masing-masing guru kelas.
  5. Pada hari pelaksanaan pembagian raport atau kenaikan kelas di posko, semua koordiantor berangkat ke posko masing-masing setelah diberikan pembekalan oleh kepala sekolah
Apa isi pembekalan kepala sekolah sebelum koordinator berangkat ke poskonya?
Pembekalan kepala sekolah sarat dengan pesan protokol kesehatan. Memastikan protokol kesehatan harus dilaksanakan sebelum pelaksanaan pembagian raport. Menggunakan masker hadir di tempat pembagian raport merupakan bentuk kasih sayang pada diri sendiri dan orang lain. Menyampaikan pesan moral juga tidak kalah pentingnya. Membudayakan antre  pada saat penerimaan raport merupakan awal dari pencegahan kebiasaaan mengambil hak orang lain.  Mengatur jarak pada saat akan mengambil raport merupakan awal pembiasaan antre. Semua aturan dalam posko merupakan cara mematuhi protokol kesehatan dan sesungguhnya ada nilai karakter yang tertanam.

Pesan kepala sekolah yang paling dirasakan menyentuh hati adalah ketika kepala sekolah  meminta kami untuk menyampaikan permintaan maaf kepada siswa-siswi,"Maafkan bapak dan ibu guru karena tidak bisa melakukan kegiatan meriah di akhir tahun. Pasti anak-anak sudah mengetahui apa sebabnya."

Kepala sekolah juga berpesan agar pembagian raport di posko jangan sampai kehilangan makna. Jangan sampai tidak ada kesan indah yang terekam di hati siswa-siswi. Membuat acara yang berkesan di masing-masing-masing posko menjadi permintaan kepala sekolah. Atur sedemikian rupa, agar siswa-siswi merasa senang, pembagian raport lebih berkesan meskipun tidak di sekolah. Jangan lupa semua kegiatan diabadikan atau didokumentasikan. D i saat sempat tulislah moment itu menjadi sebuah tulisan atau karya yang layak di kenang. 


Ragam foto kegiatan di masing-masing posko  dengan cepat meramaikan whatsaap grup kelas. Beda koordinator beda pula cara merancang kegiatan pembagian raport di poskonya. Warna-warni pakaian siswa menambah warna-warni cerita . Mereka sayang dan rindu untuk memakai baju kelasnya masing-masing. Hari ini, terakhir bagi mereka untuk disebut sebagai siswa kelas sekian. Hitungan jam mereka sudah akan berada di kelas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, mereka diberikan kesempatan untuk menggunakan baju seragam kelas mereka. Warna -warni posko pun menjadi indah.

Lain di tempat saya bertugas, lain pula ceita di tempat lain. Meramaikan dunia maya, facebook, whatsaap, IG dan lainnya. Secara personal, saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada pejuang pendidikan . Karena pembatasan social distancing dan psycikal distancing yang tidak mengharuskan  siswa-siswi hadir ke sekolah untuk mengambil raport. Pejuang pendidikan inilah yang rela mengantar raport siswa dari rumah ke rumah, jalan yang mereka lalui tidak semua mulus, tidak semua jalan hotmik,  tidak beraspal panas dan sejenisnya. Jalan yang mereka lalui adalah jalan berliku, pematang sawah bahkan jurang yang terjal. 




Dunia maya pun ramai.  Para sahabat yang mengisi status dengan kegiatan seputar kenaikan kelas di masa covid 19. Berharap juga dunia maya akan mengingatkannya kembali kelak tentang apa yang mereka lakukan pada waktu ini, tanggal dan bulan ini.  Sebut saja status di media sosial facebook yang saya baca menyebut guru yang mengantar raport berkeliling dari rumah ke rumah dengan sebutan "gojek raport online." Sebutan ini sama sekali bukan untuk menganggap rendah profesi guru juga gojek online, tetapi pengabdian yang tak kenal lelah, terus berjuang sebagaimana kerasnya perjuangan hidup gojek online.  Saya pikir ini adalah bahasa kegembiraan dapat melakukan hal terbaik bagi siswa-siswi meskipun berat.
Apapun ceritanya, tetaplah mendedikasikan diri untuk pendidikan anak negeri. Berbuat yang terbaik untuk anak negeri.

Lombok, 20 Juni 2020
Hp: 081805597038



Friday, June 19, 2020

Ketika Kita Akrab Dengan Teknologi ( Daring Seri 36)

Oleh Nuraini Ahwan.

Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati. Biarkan tulisan itu yang akan menemukan takdirnya sendiri.

Komitmen untuk memenuhi apa yang saya tuliskan di setiap pembuka blog https://nurainiahwan.blogspot.com."Menulislah setiap hari" membuat saya membuang semua rasa capek, penat dan berusaha mengatasi setiap kendala yang terjadi setiap kali saya akan menulis. Kendala kehilangan ide misalnya, karena pada tulisan sebelumnya pernah saya tuliskan bahwa ide itu tersebar di mana-mana. Apa saja bisa digunakan sebagai bahan tulisan. Apa yang kita lihat, kita dengar, kita baca, kita pikirkan dan kita rasakan, bisa menjadi bahan tulisan. 

Ingin membuat tulisan tentang seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama pandemi covid 19 melanda  negeri. Bagaimana dampak terhadap dunia pendidikan khususnya di sekolah tempat bertugas. Kelebihan, kelemahan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan pun termasuk hikmah yang dapat diambil dari wabah covid 19 ini terhadap peningkatan kompetensi guru. Tak lepas pula dalam tulisan nanti akan dipaparkan uraian tentang  peran orang tua terhadap pendidikan putra-putri mereka di masa darurat covid 19 ini. 

Nilai karakter yang terlihat, berkembang dan membudaya pada semua lapisan mulai dari tenaga pendidik, orang tua, siswa dan masyarakat juga akan menjadi bahan tulisan. 

Hari ini, saya berbicara panjang lebar tentang ini dan tentang pentingnya mengakrabkan diri pada teknologi agar teknologi bukan menjadi penghalang tetapi akan menjadi pendukung dalam kegiatan kepenulisan. "Saatnya menjadi murid, banyak bertanya, banyak mencoba dan banyak karya."   

Saya menyampaikan ini kepada teman-teman berangkat dari kendala yang saya hadapi saat saya akan menyelesaikan surat untuk pengumunan peserta didik.  Printer ngadad. Ketika print surat muncul tulisan dalam bahasa inggris. Mulai kepala pusing tidak  paham artinya. Berkali-kali buka katrige, isi tinta, lap pakai tisu, di tiup, dipasang lagi dan mencoba print. Tetap saja tidak bisa. Muncul lagi tulisan bahasa Inggis, lagi-lagi saya tidak paham artinya.  Karakter kinerja, tidak gampang menyerah memainkan perannya dalam hal ini. Buka google, cari terjemahan, perhatikan printer. Apa yang terjadi dengan printer?  Ternyata penutup katrige masih terbuka. 
Alhamdulillah, surat pun bisa diprint dan langsung melesat ke whatsaap grup  kelas masing-masing. Kembali saya ditampar dengan kalimat,"Mengakrabkan diri dengan teknologi."
Rupanya saya belum akrab dengan teknologi, sangat tidak akrab. 

Di sela-sa perbincangan, masih sempat memperhatikan  kesibukan di sekolah.  Masih sibuk tentang kegiatan menjelang pembagian raport besok pagi, Sabtu 20 Juni 2020 dan pengumuman peserta didik baru yang akan di terima tahun pelajaran 2020-2021. Masih saja teknologi yang menjadi pusat kendala. Bukan salahnya teknologi, tetapi salahnya pengguna yang kurang akrab dengannya. Ketika bertemu dengan printer jenis lain dan muncul suruhan lain pada printer maka akan terasa asing di telinga dan merasa sulit untuk dilakukan. Banyak bertanya dan mencoba, adalah solusi mengatasi semuanya.  Siapa saja adalah guru meskipun  itu teman kita sendiri. Kerjasama dan gotong royong mampu menyelesaikan semuanya. Sehingga rencana pembagian raport pun bisa dilaksanakan keesokan harinya. 

Intinya, mengakrabkan diri dengan teknologi artinya meningkatkan terus kemampuan diri terhadap penggunaan teknologi. Teknologi mempunyai peranan besar dalam mendukung kegiatan kita sehar-hari dalam melaksanakan tugas. Baik itu dalam pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran jarak jauh. Dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, penilaian, pengolahan nilai, pelaporan, pemantaun dan kegiatan terkait lainnya. Akrab dengan teknologi memudahkan kita dalam melaksanakan tugas, memudahkan kita mengembangkan kemampuan, menjadi peluang menambah wawasan. Kemampuan dalam bidang IT merupakan salah satu literasi yang harus dikuasai .
Ketika akrab dengan teknologi, berusaha manfaatkan keakraban itu untuk mempermudah kita dalam melaksanakan tugas dan mengembangkan kompetensi diri.

Pola pembagian raport yang akan dilaksanakan di sepuluh posko yang sudah dibentuk sejak pelaksanaan penilaian akhir semester 2 atau penilaian akhir tahun. Kami bukan tidak mematuhi edaran dinas bahwa pada tanggal tersebut anak-anak masuk untuk mengambil raport. Banyak hal yang menjadi pemikiran kami mengambil keputusan pelaksanaan seperti itu. Pertama kami khawatir protokol kesehatan yang belum bisa kami lalukan maksimal dan banyaknya chat masuk dalam whatsaap grup yang mengindikasikan bahwa orang tua masih khawatir jika putra-putri mereka masuk sekolah (mereka belum siap)

Di samping itu, koordinator masing-masing posko siap melaksanakan tugas di posko masing-masing. Prosedur kerja koordinator posko adalah hadir ke sekolah untuk mengambil raport siswa sesuai poskonya, berangkat ke posko, membagikan dan memastikan semua raport sudah terbagi,  terakhir
kembali ke sekolah untuk rapat pembagian tugas tahun pelajaran 2020-2021.

Keadaan yang membuat siswa -siswi untuk menerima raport di posko, mungkin tempat yang kurang layak, tetapi demi kebaikan bersama. Ini akan menjadi catatan tersendiri bagi siswa bahwa dalam hidupnya mereka pernah menerima raport di posko bukan di sekolah. Tidak dengan acara yang meriah, senyum terkembang. Mereka menerima raport dengan euporia kegembiraan yang tersembunyi. Senyum yang tersembunyi dalam balutan masker. Tanpa jabat tangan ucapan selamat. Bersabarlah, Allah SWT punya rencana indah untuk kita. Aamiin YRA.

Selamat bekerja koordinator posko, selamat naik ke jenjang kelas yang lebih tinggi siswa-siswi. Bersabar bagi yang belum naik kelas.

Lombok, 19 Juni 2020
Hp yang bisa dihubungi . 081805597038

Thursday, June 18, 2020

Cerita Jelang Tutup Tahun Pelajaran (Daring seri 35)

Oleh Nuraini Ahwan

"Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati. Biarkan tulisan itu menemukan takdirnya sendiri. Perbanyaklah membaca agar mampu menyusun kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna. Cintailah hurup agar ia juga mencintai kita." Kutipan kalimat yang belakangan ini selalu saya gunakan untuk mengawali tulisan saya. Kalimat yang saya kutip dengan merangkum dari pesan penggiat literasi, motivator dan dosen sekaligus penggerak beberapa grup menulis secara online. Beliau adalah Bapak Wijaya Kusumah (Om Jay), Bunda Sri Sugiastuti (Bu Kanjeng), Bapak Much Khoiri ( Pak Emcho) dan Bapak Ngainun Naim. 

Saya sengaja menempatkan kalimat itu di awal seakan menjadi lied setiap tulisan  dengan maksud memotivasi diri sendiri dan pembaca  untuk melanjutkan membaca sampai tuntas dan menumbuhkan semangat berliterasi.

Tulisan saya kali ini di seri 35 masih  pada pembelajaran jarak  jauh yang selalu punya cerita dan tak akan habis untuk diceritakan. Dari cerita tentang sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua, siswa., orang dewasa yang ada di rumah dan semua yang terkait dengan pembelajaran jarak jauh. Termasuk cerita tentang si corona virus disease yang menjadi awal penyebab pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ini.

Kesibukan guru di akhir tahun pelajaran juga selalu penuh cerita. Ada tidak ada covid 19, pembelajaran tatap muka maupun jarak jauh, akhir tahun pelajaran selalu saja penuh cerita. Saat yang ditunggu-tunggu oleh siswa apapun kondisinya. Mereka akan menerima hasil perjuangan mereka selamat satu tahun pelajaran. Inilah yang membuat guru-guru sibuk mempersiapkan raport untuk diserahkan kepada siswa sebagai laporan kepada orang tua.

Apapun keadaannya, meskipun pandemi covid-19 belum usai, new normal belum diketuk palunya oleh pemerintah daerah dan sekolah belum dibuka tetapi raport haruslah tetap diselesaikan dan diserahkan. Bagaimana dengan nilainya? Nilai tentunya diperoleh dari hasil pembelajaran jarak jauh yang sudah dilaksanakan. Penilaian diserahkan kepada guru dengan tetap memperhatikan payung hukum untuk penilaian yaitu permendikbud No 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Dalam permendikbud tersebut djelaskan pengertian dari  standar penilaian pendidikan, penilaian, pembelajaran, ujian sekolah/madrasah dan kreteria ketuntasan minimal. Dijelaskan pula bahwa penilaian pendidikan pada pendidikan dasar terdiri dari penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Dalam masa darurat pandemi covid-19 ini, guru tetap mengadakan penilaian terhadap tugas yang diserahkan siswa melalui whatsaap grup kelas masing-masing. Guru mempunyai rekafitulasi setor tugas siswa. hal ini untuk meminilalisir bahkan  menghentikan label guru ngaji (Ngarang biji). Tentunya penialian tidak bisa dilaksanakan sama seperti pada masa normal. Ketercapaian kurikulum bukanlah menjadi fokus sekolah atau guru.

Mari kita perhatikan kembali pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada peringatan hari pendidikan nasional, 2 Mei 2020 yang ditanyangkan di TVRI dan youtube Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," Fokus pembelajaran pada masa covid-19, tidak ada keharusan untuk mengejar ketuntasan kurikulum, daripada kejar taynag semua topik, mungkin ini kesempatan emas untuk menguatkan konsep-konsep fundamental yang mendasari kemampuan murid-murid untuk bisa sukses di mata pelajaran apa pun. Contonya di literasi, numerasi dan pendidikan karakter."

Tanggung jawab guru untuk memberikan penilaian pada siswa dan melaporkan hasil penilaian kepada orang tua dan sekolah di akhir tahun merupakan pekerjaan rutin guru. Kerja sama, kerja bersama-sama dalam satu ruangan sehingga suasana ruang guru menjadi ramai. Yang menjadi idola dan incaran semua guru adalah printer. Semua guru ingin segera bisa duduk di samping printer agar semua tugas selesai. Menjadi kendala ketika jumlah printer di sekolah terbatas. Andai saja printer di akhir semester dan akhir tahun bisa berbicara, maka ia akan berkata," Saya capek, dipakai non stop mengeluarkan kertas berlembar-lembar. Tidak kah kau paham bahwa saya juga bisa capek sepertimu?"

Benar juga ya, printer di hari -hari lainnya tidak diidolakan oleh banyak guru seperti ini.
Selalu printer yang menjadi kendala setiap jelang pencetakan raport. Printer yang tidak sesuai dengan jumlah pemakai dan pemakaian secara bersamaan dalam jumlah banyak membuat printer cepat menyerah. Guru menunggu giliran ngeprint. Siapa yang sudah selesai mengolah nilai akan mencetak raport terlebih dahulu. .
Karakter guru yang bisa diamati pada saat guru berjuang menyelesaikan  tanggung jawab terhadap penilaian ini adalah karakter kinerja. Karakter kinerja yang  dimaksudkan adalah kerja keras, ulet, tangguh, tak mudah menyerah, dan tuntas dengan kompetensi yang diperlukan adalah berpikir kritis, kreatif, komunikati dan kolaboratif (4K)
Karena tidak sedikit guru yang menyerahkan tugasnya kepada orang lain ketika tugas itu bersentuhan dengan penggunaan teknolgi.

Kesibukan guru saat ini kembali bersentuhan dengan teknologi. Bayangkan saja jika guru tidak menguasai teknologi. Bagaimana mereka akan mengolah nilai yang begitu banyak jika dikerjakan atau diolah secara manual.  Bagaimana akan menulis raport dengan deskripsi yang begitu banyak.
Untuk bisa mengakrabkan diri pada teknologi, maka inilah saatnya guru seperti murid," Banyak tanya, banyak coba dan banyak karya." seperti yang disampaikan oleh mas menteri tentang tips pembelajaran jarak jauh pada masa covid -19, mengakhiri pidato beliau  pada peringatan hari pendidikan nasional lalu.

Salam semangat literasi  dari SDN 1 Dasan Tereng (Sdensa Santer Apik)
Semangat Jelang New Normal Covid -19.

Lombok, 18 Juni 2020
Hp yang bisa dihubungi 081805597038

Wednesday, June 17, 2020

Penghargaan Luar Biasa Untuk Karya Yang Biasa ( Daring Seri 34)

Oleh Nuraini Ahwan

Menulislah setiap hari, biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri.
Menulis tentang penghargaan luar biasa untuk karya saya yang biasa. Masih harus terus berinovasi  agar benar-benar bisa mewujudkan kerja terbaik, praktik terbaik.  Merasa belum maksimal membuat diri akan selalu berusaha dan tidak cepat berpuas diri. 

Corona Virus Disease 19 (Covid 19) memunculkan  banyak ide untuk menulis. Kalimat ini pernah saya tuliskan dalam mengisi blog sebelumnya. Corona juga memunculkan kreativitas dan inovasi guru dalam pembelajaran. Menjadikan tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan keprofesian guru. Ini terkait pula dengan beberapa isi blog saya sebelumnya tentang bagaimana guru yang ketar ketir ketika pembelajaran pada masa covid 19 ini. Ketar-ketir, dan kalang kabut ketika pembelajaran akan bersentuhan dengan teknologi. Ketar-ketir itu menjadi berkurang karena komitmen guru untuk terus belajar, berinovasi dan mengeluarkan segala jurus kreativitasnya dalam pembelajaran jarak jauh. Kegundahan perlahan-lahan sirna karena guru Bekerja Dari Hati, Work From Heart (WFH). Ini istilah yang saya buat sendiri, ma,af jika kurang tepat. 

Pembelajaran jarak jauh bukan merupakan pilihan tetapi merupakan keharusan di masa darurat covid 19. .  Ketika pembelajaran jarak jauh dilaksanakan, maka akan terpikir oleh guru, pola pembelajaran apa yang tepat dilaksanakan agar protokol kesehatan tetap bisa dipatuhi. Tidak cukup sampai itu saja, ketika pola pembelajaran sudah bisa tentukan, apakah teknik daring atau luring, maka akan  diperhitungkan  apa saja sarana yang diperlukan termasuk ketersediaannya. Barulah sampai kepada kemampuan guru dalam menggunakan pola pembelajaran dan pemanfaatan sarana yang digunakan.

Satu contoh,  ketika sekolah melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah dengan pola daring atau dalam jaringan, tentunya penggunaan teknologi yang paling dominan. 
Tidak pernah disebutkan teknologi diperuntukkan atau diwajibkan untuk guru yang lahir pada jaman milenial, atau guru yang masuk generasi y, generasi z dan generasi apa lah istilahnya. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran di era sekarang ini bagi guru adalah sebuah keniscayaan. Karena  teknologi sangat mendukung pembelajaran  di masa covid 19. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dipandang lebih baik dalam pemutusan penyebaran virus corona tekait dengan protokol kesehatan. Psysical distancing, sosial distancing dan hindari kerumunan. Teknologi seakan bisa  memperpendek jarak meskipun lewat dunia maya, mempercepat informasi melalui pesan singkat, sms atau chat di whatsaaf, bisa bertatap muka meskipun secara virtual, bisa bercakap-cakap melalui pesan suara dan sebagainya. Teknologi bisa memunculkan kreativitas dan inovasi bagi guru sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.

Ketika kreatifitas dan inovasi pembelajaran benar-benar nyata dilakukan oleh guru  , kebermanfaatan, keunggulan dari kreativitas dan inovasinya bagus,  baik bagi siswa, orang tua /wali dan orang dewasa yang ada di rumah pada masa pandemi ini,  maka pembelajaran yang dilakukannya menjadi sebuah parktek baik   atau best practices bagi guru tersebut. 

Bagi guru, jangan membiarkan praktek baik itu hanya menjadi milik sendiri atau digunakan sendiri, tetapi berikan kepada orang lain  atau guru lain. Barangkali praktek baik itu bisa digunakan di sekolahnya dengan teknik adopsi, tiru, modifikasi (ATM). Oleh karena itu, menulis praktek baik sangat diperlukan untuk penyebaran inovasi-inovasi yang membuat pembelajaran lebih menarik.  Berbagi pengalaman baik, akan menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT.

Banyak sekali guru yang sudah melaksanakan tugasnya dengan baik bahkan sangat baik. Guru yang memiliki kreatifitas tinggi, menemukan inovasi-inovasi dalam pembelajarannya. Kreatifitas dan inovasi yang belum tentu orang lain sudah melakukannya. Tetapi tidak banyak guru yang menulis apa yang sudah mereka lakukan. Mereka membiarkan praktek baiknya berlalu begitu saja.  Sangat disayangkan, bukan? 

Sulitkah menulis itu? Saya menjawabnya tidak, karena menulis bukanlah merupakan keahlian tetapi merupakan kebiasaan yang dilatih secara terus menerus. Banyak orang yang mampu menulis tetapi belum berani menampilkan tulisannya. Banyak orang yang pandai berbicara atau bercerita, tetapi tidak pernah menulis apa yang diceritakan. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa menulis itu perlu keberanian. Keberanian untuk membiarkan tulisannya dibaca oleh orang lain. Membiarkan tulisannya menemukan takdirnya dengan mengikutsertakan dalam lomba, mempublishnya melalui dunia maya, mengirimnya ke dunia cetak dan seterusnya.

Ada banyak manfaat ketika praktek baik yang kita lakukan didokumentasikan dalam tulisan. Bermanfaat untuk orang lain bermanfaat pula untuk diri sendiri.  Apabila ada lembaga yang hendak menginisiasi kegiatan lomba praktek baik guru, maka kita bisa mengikutsertakan prkatek baik kita dalam lomba tersebut. Juara bukanlah tujuan utama tetapi berbagi pengalaman, tukar pengalaman menjadi orientasi yang terpenting.

Setiap pelaksanakan lomba, tentunya akan memilih yang terbaik di antara yang terbaik, Seperti apa yang dilakukan oleh LPMP DIY baru-baru ini. Mengadakan lomba kreatifitas dan inovasi pembelajaran di masa darurat Covid 19. Pengumuman juara sudah dilaksananakan. Euporia kegembiraan pada sang juara terlihat dari senyum dan anggukan kepala di layar lattop. Penghargaan yang luar biasa dari LPMP DIY. Mengabadikan tulisan  untuk 20 peserta dan mungkin beberapa peserta lainnya  dalam sebuah buku  dan ber -ISBN. Menjadi sebuah buku yang insyaallah, semoga bisa digunakan oleh bapak dan ibu guru. Menjadi  hadiah  istimewa  bagi peseta

Penghargaan juga datang dari keluarga, teman kerja  dan sahabat baik secara langsung maupun  tidak langsung. Ucapan selamat mengalir di dunia maya, baik melalui whatsaap maupun melalui facebook.
Inilah yang saya sebut sebagai karya saya yang biasa dihargai luar biasa. Terima kasih buat semua yang telah memberikan apresiasi  terhadap hasil ini.

Apresiasi memang sangat besar pengaruhnya terhadap tumbuhnya dan terbangunnya motivasi dalam diri. Ketika hasil sudah bisa diraih, tidak harus menjadi the best  lalu diberikan apresiasi maka motivasi  yang muncul akan semakin kuat untuk terus berbuat menjadi lebih baik.

Tulisan ini saya sengaja publish di blog untuk menjadikan motivasi bagi pembaca, bahwa karya yang biasa diapresiasi luar biasa. Saya yakin, pembaca juga mampu membuat  karya yang lebih baik.
Salam literasi dari SDN 1 Dasan Tereng. 

Lombok, 17 Juni 2020
Hp yang bisa dihubungi 081805597038

Tuesday, June 16, 2020

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DIY, Apresiasi Kinerja Guru di Masa Darurat Covid-19 (Daring Seri 33)

Menulislah setiap hari, dan biarkan tulisan itu yang akan menemukan takdirnya sendiri. Membacalah setiap hari agar dapat merangkai kalimat demi kalimat menjadi  indah dan bermakna.

Hari ini, saya membidik kegiatan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Daerah Istimewa Jogjakarta untuk menjadi bahan tulisan. Tulisan yang mengapresiasi guru-guru atas kerja kerasnya dalam melaksananakan pembelajaran di masa covid 19 ini.
Kegiatan yang  dilaksanakan oleh LPMPDIY terkait dengan pelaksanaan lomba bagi guru dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional. Kegiatan yang memberikan ruang kepada guru untuk berkarya. Mengabadikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di masa pandemi covid 19 dalam bentuk tulisan. Tulisan berupa praktek terbaik yang guru-guru sudah lakukan dalam pembelajaran di masa pandemi ini. Kreatifitas dan inovasi yang guru-guru lakukan dalam pembelajaran jarak jauh. 

Lembaga yang pimpin oleh Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si menginisiasi kegiatan yang dimulai dari bulan Mei lalu yakni kegiatan lomba penulisan praktek terbaik (Best practices Kreatifitas dan Inovasi Pembelajaran dalam  Masa darurat  Covid-19 bagi guru. Menurut beliau, kegiatan ini bertujuan untuk:
  1. Mendorong kreatifitas  dan inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh dalam kondisi darurat COVID-19
  2. Menghimpun dan mempublikasikan best practices pembelajaranOVID -19 sebagai bagian dari pengembangan keprofesian guru
  3. Memberikan penghargaan atas perjuangan guru dalam melaksanakan pembelajaran di masa penademik COVID-19
Kegiatan ini merupakan kegiatan  yang sangat tepat untuk memberikan ruang berkreasi dan berkarya bagi guru. Suatu kejadian luar biasa yang diabadikan dalam tulisan guru yang tak pernah berhenti berjuang dan  berinovasi meskipun dalam masa sulit seperti ganasnya virus corona ini.

Tahapan kegiatan yang dilakukan  dari promosi sampai ke penilaian akhir berlangsung dari bulan Mei  2020 sampai bulan Juni 2020. Dengan rincian kegiatan mulai dari sosialisasi dan promosi tanggal 2 Mei sampai 2 Juni 2020, batas akhir pengumpulan naskah 2 Juni 2020 pikul 23.59 WIB. Penilaian naskah mulai tanggal 3-8 Juni 2020 dan Seminar, wawancara ( seleksi akhir) dan pengumuman pemenang tanggal 16 Juni 2020


Peserta yang berkempatan mengirim naskah lomba tidak hanya berasal dari wilayah yang merupakan binaan LPMP Jogjakarta saja tetapi berasal dari 20 provinsi. Dari 20 provinsi tersebut peserta yang mengirim naskah melalui email maupun link  google  drive   yang disiapkan panitia tercatat sebanyak 269 peserta. Antusias yang luar biasa dari para guru. Membludaknya jumlah peserta dari yang diperkirakan membuat pengumuman 20 besar tertunda Sedianya pengumuman dilaksanakan tanggal 8 Juni  2020 diundur menjadi tanggal 16 Juni 2020
Penjurian atau penilaian tentunya dilaksanakan dengan selektif, dan objektif mengingat jumlah peserta yang begitu banyak. Menurut paparan bapak Kepala LPMP yang biasa disapa dengan pangggilan Pak Min, ada tiga hal  yang dinilai terkait dokumen yang dikirim peserta. Penilaian  itu meliputi:
  1. Aktualisasi kegiatan benar-benar  dilaksanakan dalam rangka penanganan pembelajaran di masa pandemi COVID 19
  2. Unsur kreatifitas  dan inovasi
  3. Kebermanfaatan, keberhasilan dan keunggulan pembelajaran yang dilakukan
Setelah dilakukan penilaian terhadap naskah atau dokumen 269 peserta, ditetapkan sebanyak 20 peserta terbaik sebagai finalis. Peserta yang berhasil masuk menjadi finalis diberikan kesempatan atau diundang mengikuti wawancara dan seminar secara daring  melalui aplikasi zoom cloud  meeting.

Alhamdulillah, bisa berada  dalam 20 peserta yang diundang oleh LPMP DIY untuk seminar, merupakan suatu kebahagiaan yang luar biasa. Seperti apa yang disampaikan oleh bunda Sri Sugiastuti" Biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri." Mungkinkah ini bagian dari tulisan saya yang merangkak perlahan menemukan takdirnya? Aamiin YRA. 


Selasa, 16 Juni 2020, peserta yang masuk 20 besar diberikan kesempatan untuk memaparkan best practices yang disusunnya secara virtual melalui zoom cloud meeting. Selanjutnya diadakan tanya jawab untuk menggali lebih dalam tentang potensi yang ada dan lebih memperkaya praktek baik yang sudah dilakukan.  Melalui wawancara ini pula penilai hendak melihat kreativitas, inovasi, manfaat dan keunggulan pembelajaran yang dilakukan, termasuk respon siswa, orang tua dan orang dewasa di rumah. 

Saya sudah mempersiapkan semua sarana untuk mengikuti kegiatan ini.  Bahkan saya siapkan sarana agar kegiatan seminar melalui  zoom cloud meeitng bisa disaksikan oleh teman-teman guru di sekolah. Berharap semua bisa saya ikuti dengan lancar. Namun apa yang kita rencanakan belum tentu  semuanya berjalan mulus sesuai yang kita inginkan.  Ada kendala yang terjadi di luar keinginan kita seperti sambungan yang tiba-tiba terputus, sinyal yang timbul tenggelam bahkan arahan untuk un mute pun luput dari perhatian. Sehingga suara  muncul saat peserta lain sedang presentasi. Kendala yang dirasakan sangat besar adalah ketika lattop tidak bisa digunakan, sementara aturan harus mengunakan lattop. Apalah daya, tak ada rotan akar pun jadi. Handpone android menjadi penyelamat meskipun tidak bisa presentasi dengan masksimal. 

Berada dalam deretan peserta seminar bersama guru-guru hebat membuat bangga hati, tapi tidak sombong diri. Harapan posisi-posisi seperti ini akan membuat virus literasi cepat menyebar dan membuat orang lain terutama guru-guru termotivasi dan tertantang untuk mengembangkan keprofesian mereka. Memposting hasil  atau membuat tulisan tentang keberhasilan juga bukan bermaksud riak,  tinggi hati dan memamerkan diri, tetapi semata-mata ingin agar teman-teman, guru-guru semakin termotivasi.

Dalam sambutan bapak Kepala LPMP DIY, beliau mengapresiasi semua peserta yang mengirim naskah. Kepada finalis yang berjumlah 20 orang, beliau menyampaikan bahwa semua juara tetapi nanti diantara 20 akan ditentukan juara 1, 2 3 dan seterusnya.  Bagi finalis akan mendapat penghargaan  termasuk peserta yang berjulah 269 orang akan mendapatkan piagam penghargaan. 

Tulisan saya, hanya mampu menemukan takdirnya di urutan ke-4.   Menambah pengalaman, menambah ilmu, menambah teman dan akan membentuk whatsaap grup  melalui kegiatan ini merupakan hadiah dan penghargaan yang sangat berharga bagi saya. Silaturahmi dan diskusi akan tetap bisa terlaksanan dalam wadah grup yang akan terbentuk ini, 

Hadir pada acara penuntupan sekaligus memberikan pengarahan,  Bapak Asep Sukmayadi (Kapuspresnas) dilanjutkan dengan menutup kegiatan dan menyerahkan piagam secara simbolis kepada pemenang. 

Kepala LPMP DIY, Minhajul Ngabidin, pada kesempatan yang sama  juga menyampaikan Best Practices 20 peserta setelah melalui proses perbaikan dan penyempurnaan , akan dikoordinsikan dengan Pusat kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk dapat dipublikasikan sehingga diharapkan bisa bermanfaat sebagai inspirasi bagi guru lain untuk dapat diadopsi , diadaptasi dan dikembangkan. 

Mendapatkan ilmu, dapat bersilaturrahmi dengan reman dari 20 provinsi, dan akan diterbitkannya best practices peserta dan ber ISBN merupakan harapan kami. Karya kami yang biasa diberikan penghargaan yang luar biasa.
Semoga semua berjalan lancar dan segera terlakasana, Terima kasih Bapak Kepala LPMP dan jajaran atas kesempatan berharga ini.

Terima kasih teman-teman SDN 1 Dasan Tereng (Sdensa Santer Apik) atas bantuan dan kerjasamanya  sehingga nama sekolah kita sudah sampai di LPMP DIY. Terima kasih 

Lombok, 16 Juni 2020
Hp yang bisa dihubungi: 081805597038

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...