Thursday, August 27, 2020

Ingin Aman: Tulis Rencana, Lakukan yang Direncanakan, Laporan Jangan Fiktif.

Oleh Nuraini Ahwan

Rapat Kerja Kepala SDN dan SMPN se-Kabupaten Lombok Barat, Hotel Aruna, Senggigi, 27 Agustus 2020

Bapak dan ibu Kepala Sekolah hebat dan sahabat literasi, izinkan saya menulis resume singkat hasil kegiatan kita di Aruna pagi ini. Resume ini singkat dan tak memuat semua paparan dari pemateri. Ini semua disebabkan karena keterbatasan saya dalam menyimak dan menyerap semua yang disampaikan pemateri. 

Saat itu, saya juga menggunakan aplikasi writer plus untuk mendokumentasikan materi tetapi tetap saja masih mengalami kekurangan dalam menyerap materi.  Oleh karena itu, saya berharap kekurangan ini dilengkapi oleh Bapak dan Ibu Kepala Sekolah hebat semuanya. 

Bapak, ibu hebat dan sahabatl literasi 

Penyelenggara kegiatan adalah Kelompok Kerja  Kepala Sekolah kabupaten Lombok Barat, hadir  kepala sekolah berjumlah. 221 orang dan pejabat lingkup Dinas Dikbud Lobar dan Bupati  Lombok Barat, Sekda  dan Rektor Pascasarjana Universitas Negeri Mataram disertai rombongan

Kegiatan diawali dengan doa yang dipimpin oleh Bapak Sudirman, S.Pd, Kepala UPT Dinas Dikbud Kecamatan Batu layar.

Sementara laporan panitia disampaikan oleh ketua panitia penyelenggara, Bapak Tajudin, S.Pd, Kepala SMP 2 Lingsar,, yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua PGRI  Kabupaten Lombok Barat.

Pengarahan disampaikan oleh orang nomor 1 di Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Barat, yakni Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak H. M. Nasrun, S.Pd., MM. 

Dalam arahan beliau mengucapkan terima kasih kepada panitia yang telah mengagendakan kegiatan ini dalam 2 tahapan mengingat banyaknya jumlah Kepala Sekolah Dasar dan Kepala SMP yang ada di Lombok Barat.

Tujuan utama pelaksanaan kegiatan adalah  meningkatkan kompentensi kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah dan pengelolaan keuangan.

Dalam arahan, Kepala Dinas juga memohon ijin kepada  Bupati untuk menggandeng pihak perguruan tinggi sebagai upaya memajukan pendidikan di Lobar. Dalam hal ini kapasitas peruruan tinggi  sebagai konsultan pendidikan.

Permohonan ijin untuk kerjasama dengan pihak perguruan tinggi diwujudkan langsung dengan penandatanganan MOU antara Dinas Dikbud dan Rektor pascasarjana Unram.

Di akhir arahan, Kepala Dinas mengharapkan Kepala Sekolah menyampaikan hasil rapat kepada guru yang ada di sekolahnya.

Bupati Lombok Barat  Bapak H. Fauzan Khalid, S.Ag., M.Si  berkesempatan membuka kegiatan  sekaligus menyampaikan arahan kepada peserta. Beliau menghimbau agar kepala sekolah, guru dan orang tua berdiri di garda terdepan untuk memberikan tauladan, sosialisai tentang pelaksanaan protokol kesehatan. 

Inti dari apa yang disampaikan oleh Bapak Bupati adalah:

  1. Di masa pandemi covid 19, pembelajaran tidak boleh terhenti. Lakukan dengan berkelompok, kunjungan rumah , daring, luring atau kombinasi.
  2. Tetap jaga protokol kesehatan. 
Pemateri berikurnya, Bapak Sekda Kabupaten Lombok Barat. Bapak H. Baihaqi, S.Si., M.Pd., MM

Ada 4 tipe manusia


1. Hidup dalam kehidupan.

2. Mati dalam kehidupan

3. Hidup dalam kematian

4. Mati dalam kematian.

Jadilah kepala sekolah yang hidup dalam kehidupan, yang mampu memberikan solusi dan  menjadi panutan. Jangan menjadi kepala sekolah yang matidalam kehidupan. Mati dalam kehidupan artinya tidak membrikan manfaat, tidak bisa menjadi contoh dan keberadaannya tidak berarti bagi orang lain.

Tugas guru adalah menciptakan insan yang berguna. 

Demikian juga dengan kepala sekolah sebagai pemimpin, ada 2 hal yang harus dimiliki yakni

1. Self evaluation

2. Self driving

Secara manajemen profesional, kuncinya ada 4. Dua di antaranya adalah:

1. Transparansi.

2. Akuntabilitas

Dalam bekerja kepala sekolah bekerja secara siddiq, amanah, tabliq dan fatonah. 

Mulailah dengan disiplin. Disiplin ini seperti musuh bagi semua orang. Menurut saya mari kita melawan musuh ini sehingga kita menjadi orang yang disiplin.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Insfektur dari Inspektorat Kabupaten Lombok Barat, Bapak Ilham, S.Pd., MPd. Pada kesempatan ini beliau mengawali penyampaiannya dengan memaparkan tupoksi kepala sekolah. Beliau sangat paham dengan tupoksi kepala sekolah karena beliau mengawali karier dari guru, kepala sekolah, kadis dikbud dan saat ini menjabat sebagai Insfektur. Tupoksi yang dimaksud  seperti yang tercantum dalam emaslim.

Beberapa catatan penting terkait dengan arah birokrasi perubahan dan temuan Insfektorat terhadap pengelolaan  keuangan di sekolah.

Temuan yang dimaksud adalah:.

  1. Sistem pengendalian intern  dari kepala sekolah belum memadai seperti lingkup pengelolaan (strukur organisasi kepala sekolah) dengan job discription, dan fakta integritas untuk semua yang ada di struktur organisasi sekolah bermaterai 6000
  2. Penilaian resiko, perlunya sekolah memiliki RKJM, dengan visi dan misi yang jelas, dengan urutan, strategi, melahirkan kebijakan, berikutnya kebijakan melahirkan program dan kegiatan berakhir pada out put dan out come.
  3. Pengendalian kegiatan dan pengendalian resiko artinya kegiatan harus sesuai dengan program, jangan membuat atau melaporkan hal-hal yang bersifat fiktif. 
  4. Koordinasi dan komunikasi
  5. Kepatuhan kepala sekolah pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
Akhir kegiatan ditutup oleh Kepala Dinas Dikbub Lombok Barat dengan kalimat renungan diri
"Tulis apa yang akan dilakukan, lakukan apa yang sudah ditulis dan laporkan apa yang telah ditulis dan dilakukan"

Lombok Barat, 27 Agustus 2020



Mari Membaca Curahan Hati Penulis Pemula

Oleh Nuraini Ahwan.

Saya bukanlah penulis handal yang sudah malang melintang dalam dunia tulis menulis. Pengalaman menulis sangat kurang bahkan saya menyebut diri sebagai orang yang fakir pengalaman menulis. Meskipun demikian, saya punya  keinginan yang besar untuk menebar semangat literasi baca dan tulis. Tak putus asa untuk mengajak teman-teman guru di mana saja berada. 

Berbagai cara yang saya lakukan untuk menebar semangat literasi kepada teman-teman.  Berbicara langsung atau sekedar  memposting tulisan sendiri sebagai sarana memotivasi teman-teman. 

Ketika saya memposting tulisan di media sosial atau sekedar memposting buku antologi atau hasil karya dan penghargaan yang saya terima,  bukanlah bermkasud ria dan rekan-rekannya. Astagfirullah hal azim, Tetapi semata mata saya bermaksud untuk memotivasi teman-teman bahwa tulisan yang saya ragukan  pada awalnya ternyata tulisan itu menemukan takdirnya. 

Mungkin setiap orang yang menulis tak akan pernah mengatakan tulisannya sendiri hebat, apalagi penulis pemula. Penulis pemula cenderung menyembunyikan tulisannya karena malu dibaca orang. Sebenarnya biarlah pembaca yang menilainya, baik, buruk, suka, tidak suka, dibaca tuntas atau tidak.

Kita hanya menulis  atau menyiapkan tulisan dan  menyiapkan diri untuk dapat menerima komentar pembaca tentang baik dan buruknya tulisan kita.  Lalu  perlahan-lahan menjadi editor tulisan sendiri dan publish.  Biarkan orang lain yang membacanya. 

Kali ini, saya berusaha menebar semangat literasi. Saya ingin semangat ini dengan cepat menular kepada teman-teman. Mengadopsi cara kerja komunitas menulis adalah solusi yang saya pilih. 

Mengadopsi cara kerja komunitas menulis "Rumah  Virus Literasi" dalam memotivasi anggota grup untuk  menulis cukup manjur.  Rumah virus literasi di bawah asuhan Bapak Much. Khoiri (Penggerak literasi, trainer, editor, dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya) menujuk Bu Milla Masruroh yang dikenal dengan nama pena Milla Efendi sebagai penanggung jawab. Setiap hari sampai penghujung malam, Bu Milla menanti anggota yang menyerahkan tulisan dalam grup. Setiap anggota yang sudah mengirim tulisan diberi tanda centang atau ceklis.  Seperti itulah pola kerja Rumah Virus Literasi yang saya adopsi.

Teknik ceklis untuk anggota yang sudah mengirim tulisan pada deretan nama sesuai jadwal kirim rupanya berhasil. Anggota sepertinya ingin segera memposting atau mengirim tulisan sebelum pergantian hari. Seperti inilah yang saya juga rasakan. Ingin segera setor tulisan sebelum pergantian hari. Tak jarang saya minta toleransi waktu pada ibu Milla, sampai menit -menit terakhir agar tidak lolos atau bolong centangan tanda sudah setor tulisan.

Ketika saya mencoba menerapkan pola kerja RVL, teman-teman di tempat saya bertugas diberi tantangan  untuk menulis. Memberi batas waktu, memberi ceklist untuk  teman yang sudah setor tulisan. Yang menjadi bedanya dengan RVL adalah, kalau anggota  RVL menyerahkan tulisan dalam grup dan dikomentari sesama anggota bahkan dikirim juga grup yang lain sedangkan dalam grup di tempat saya bertugas, tulisan diserahkan  kepada saya melalui wa pribadi tidak melalui grup.  Ini saya lakukan agar teman-teman mau dan tidak malu untuk menulis pertama kalinya. Memgingat mereka  masih pada tipe 1 dalam urutan tipe malu menurut Bapak  Prof Ngainun Naim.

Benar juga, belum genap hitungan hari, teman-teman sudah banyak yang mengirim tulisan. Alhasil, adopsi pola kerja RVL memyentuh kepada teman-teman guru dan berhasil.

Apa reaksi dan komentar guru-guru keesokan harinya ketika bertemu saya di sekolah?

Bertemu saya pagi hari di sekolah (22 Agustus 2020) dengan wajah  penuh senyum. Saling lempar senyum kepada temannya yang lain. Menggerakkan gagang sapu dibarengi dengan obrolan seputar tulisan mereka sampai tak disadari pekerjaan bersih-bersih di sekolah pun selesai.

Melanjutkan merawat tanaman sekolah yang sudah mulai berbunga. Ada mentimun, cabe, buncis, ada juga bayam, pepaya, kates dan beraneka ragam tanaman obat. Teman-teman masih saja membicarakan perihal tulisan mereka  masing-masing. Membicarakan tentang tulisan yang masih tersimpan di handphone saya. Tak satu pun guru yang pernah membaca tulisan temannya.

Salah seorang guru senior  yang biasa kami panggil "nenek guru"  berkomentar tentang tantangan atau PR menulis yang saya berikan. Saya sendiri lebih sering memanggilnya dengan sebutan *mbok* bahasa Bali  yang artinya kakak.

Berikut deretan komentar guru," Ada saja cara ibu memberikan kita tugas untuk menulis (PR) dengan tantangan menulis,. Saya malu kalau gak tercentang di grup., Tulisan saya sedikit, itu saja sudah saya ulang berkali-kali tetap saja kalimatnya  mutar-mutar dan berantakan., Saya menulis cerita saja, rapat juga saya tulis.

Memulai untuk menulis memang dirasakan berat, sampai suami turun tangan. Ada guru yang berkomentar begini," Saya minta suami ngajarin saya nulis,  Suami baca tulisan saya, katanya kalimatnya tidak enak dibaca."

Ada juga yang mengatakan bahwa ia menulis dulu di kertas, baru  diketik di hp.

Tak hanya itu, ada guru yang berkomentar seakan malu membaca tulisannya sendiri,"Ibu, saya ketik, tidak saya baca langsung  kirim. Kalau saya baca, saya hapus lagi sehingga tidak selesai-selesai. Saya pernah buat tulisan di buku, sampai  beberapa lembar, begitu saya baca ulang, saya coret-coret yang tidak enak dibaca. Coretan banyak....akhirnya jadi berantakan. Saya tidak jadi melanjutkan tulisan.

Komentar terakhir dari yang sudah pernah menulis dan menghasilkan beberapa buku antologi," Ma.af belum saya kirim, baru dapat 4 halaman."

Beragam komentar dari teman-teman yang baru memulai menulis. Saya hanya mengatakan, kita sudah menulis banyak untuk pembelajaran. Menulis RPP, menulis materi, menulis laporan dan berbagai  tulisan untuk kegiatan pembelajaran. Lalu kapan kita menulis untuk diri kita sendiri? Menulis sesuatu yang bisa menghasilkan karya  seperti penelitian, cerita, jurnal dan lain sebagainya. Menghasilkan tulisan yang bisa dibukukan sehingga bisa bermanfaat bagi diri untuk kenaikan pangkat misalnya. Bermanfaat sebagai warisan ilmu kepada anak cucu kita. 

Memberikan PR atau tantangan menulis kepada teman-teman, kini menjadi berbalik. Teman-teman  guru seakan memberikan PR atau tantangan kepada saya untuk mengumpulkan tulisan mereka. Mengedit tulisan mereka dan menyerahkan kembali tulisan hasil editan kepada mereka.

Wahh......berat nih, belum pernah melakukannya. Menjadi editor tulisan sendiri saja belum bisa.  Tetapi demi memotivasi teman, saya akan berusaha bila perlu mengandeng editor dari grup menulis apabila tulisan teman-teman sudah banyak.

InsyaAllah.....


Lombok, 27 Agustus 2020

Edisi curhat.

Tuesday, August 25, 2020

Profesiku Kebanggaanku 3

Bagian dari Kebanggaanku

Oleh Nuraini

"Menulislah setiap hari, biarkan tulisan yang akan menemukan takdirnya sendiri" Tulisan pada blog hari ini seputar kegiatan pagi hari bersama guru-guru di tempat saya bertugas. 

Kegiatan kami, SDN 1 Dasan Tereng pagi ini, Selasa, 25 Agustus 2020 adalah menyambangi kebun sekolah. Menyapanya terlebih dahulu dengan membawa sapu untuk membersihkan sekeliling kebun sekolah. . Membersihkan atau mencabut gulma yang tumbuh di antara tanaman sayur dan tanamam obat. Kegiatan rutin selama pandemi covid 19. 

Rutinitas ini dilakukan sebelum guru melaksanakan perannya sebagai guru kunjung sejak 13 Juli 2020 lalu. Guru kunjung dimaksudkan untuk memastikan siswa-siswi yang kesulitan mengakses pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online dapat menerima haknya terhadap layanan pendidikan.

Memamg ada saja siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan belajar dari rumah atau BDR dengan cara daring disebabkan karena  tidak memiliki handphe android apalagi latop. Diupayakan melalui penerapan multilevel tanpa laba, pun tak menyelesaikan masalahnya disebakan karena tempat tinggal yang berjauhan dengan teman sekelasnya. Contoh siswa  yang tinggal di luar pemukiman atau berumah di tengah sawah atau dalam kebun.

Tidak hanya itu saja, guru kunjung mencari tahu penyebab  timbulnya masalah anak yang tergabung dalam grup tidak mengirim tugas. 
Guru kunjung berangkat ke posko masing-masing yang terletak di beberapa dusun sumber murid paling lambat pada pukul 08.30 wita. Ini artinya  ada waktu di sekolah sebelum berangkat untuk menyapa kebun sekolah yang isinya tanaman sayuran dan obat-obatan.

Tanaman sayur-sayuran dan obat-obatan ditanam pada lahan yang terletak di depan sekolah. Lahan ini dulu berupa kolam yang telah mengering karena kurangnya debit air seiring banyaknya pemukiman di sekitar sekolah. Saluran air yang dulu ada, sekarang semua ditutup berubah menjadi halaman rumah warga.

Kolam kering itulah yang kami manfaatkan dengan terlebih dahulu membuat kolam tersebut rata dengan halaman sekolah. 

Kami menimbun dengan puluhan dam tanah urug. Tanah bongkaran rumah yang roboh akibat gempa bumi Lombok dan Sumbawa, kami gunakan untuk menimbunnya. Agar bisa ditanami, kami tambahkan tanah urug dari kebun pada bagian atas kira-kira setinggi akar tanaman sayur. Semua terlaksana dengan kerjasama bersama warga yang akan membuang tanah bongkaran rumahnya yang roboh.

Kini, lahan yang dulu berupa kolam kering, tak berfungsi bahkan kadang menjadi tempat  membuang sampah bagi orang yang kurang peduli dengan kebersihan, sembari mereka melintas di pinggir kolam.  Mereka melintas karena letak sekolah kami di pinggir jalan negara yang sehari-harinya lalu lintasnya sangat ramai.

Setiap pagi, kadang sebelum masuk ruang guru , motor diparkir, tas diletakkan di tempat duduk dekat kebun sekolah langsung melihat kebun sambil memegang sapu. Perasaan senang ketika bisa bersama-sama berada di kebun. Bersama-sama dari awal menyiapkan tempat, menanam, merawat dan memetik hasil tanaman.

Berbagai cerita teman-teman sambil tangannya dengan cekatan memetik sayur. Ada yang bercerita memetik sayur bayam buat masakkan cucu, ada yang mengatakan kalau sayur sawi enak dicampur mie, ada pula yang mengatakan bahwa ia setiap hari memetik sayur di sekolah. Guru yang sudah usia lanjut, berusia 56 tahun tidak berani makan sayur bayam. Katanya takut rematik. Benarkah?
Ini adalah bagian dari kebanggaan saya menjadi guru.  

Bangga bisa bersama teman-teman yang mempunyai visi yang sama. Teman yang mau diajak bekerja sama. Teman yang tidak alergi dengan inovasi untuk membawa sekolah ke arah yang lebih baik.

Lombok, 25 Agustus 2020
Guru SDN 1 Dasan Tereng
Yotube. Nuraini Ahwa 
Fb. Nuraini Ahwan.

Monday, August 24, 2020

Sinyal Virus Literasi

Oleh Nuraini Ahwan

Menulis tidak semudah kita berbicara. Kalimat yang klise dari seseorang yang belum berkecimpung dalam dunia kepenulisan. Lebih tepatnya adalah dikatakan oleh orang yang belum memulai menulis.

Dari beberapa tipe malu dalam menulis seperti yang disampaikan oleh Bapak Prof. Ngainun Naim, ada 4 tipe malu dalam menulis. Ya, ...orang pada tataran tipe yang pertama yang cenderung mengatakan kalimat klise seperti di atas. Sehingga ia tak  pernah punya kemauan untuk menulis. Ia malu menulis dengan berbagai alasan sehingga ia tak mau memulai menulis. Alasan bisa jadi karena memang tak pernah berani mencoba untuk menulis  (tidak punya nyali), takut di katakan tulisannya jelek, takut tulisannya tidak disukai orang, takut tulisannya tak dibaca orang, bahkan parahnya lagi seseorang tidak  menulis -menulis sampai seterusnya karena takut jika tulisannya di kritik orang. 

Seseorang lupa bahwa kritik orang lain atau pembaca terhadap tulisan kita  merupakan keberuntungan bagi kita. Kritikan itu menjadi bahan  untuk perbaikan tulisan demi kesempurnaan tulisan tersebut. Seseorang yang mau menerima kritikan ibarat payung. Payung akan berguna jika ia terbuka. Demikian juga dengan pikiran. Ia akan  terbuka jika mau menerima kritikan orang lain. Jika terbuka terhadap kritikan, maka wawasan akan semakin luas. Kritikan itu pula bermanfaat terhadap tulisan kita.   Pengibaratan ini saya kutip dari tulisan Bapak Much Khoiri (Pegiat Literasi, Editor, penulis 42 buku dari Unesa Surabaya) pada buku"Writing is Selling yang selanjutnya pada cetakan berikutnya menjadi "Sopo Ora Sibuk atau SOS"

Mengajak seseorang yang berada pada tipe malu yang pertama dalam menulis, tidak mudah sehingga  memerlukan kesabaran. Apalagi yang kita ajak adalah seseorang yang berusia lanjut. Sebut saja guru yang berusia lima puluh tahun ke atas.  Usia atau masa kerja dalam hitungan satuan seperti 5 tahun, 4 tahun atau menghitung bulan untuk purnabakti. Menggerakkan dengan berbagai cara juga tak bergerak. Kalau diumpamakan bak kereta api.  Lambat panasnya. Akan tetapi  masih bersyukur meskipun lambat panasnya tetapi ia akan berjalan walaupun pelan atau agak lambat. Bukankah seperti itu kereta api? Kereta api panasnya lambat tapi tetap berjalan dan jalannya  atau larinya kencang.  Benarkah kereta api lambat panasnya? Ehhh.....saya belum pernah cek....hanya menggunakan istilah yang sering digunakan orang saja. Ma.af kalau salah.

Saya pernah  mengisi blog sebelumnya tentang bagaimana menyebarkan semangat literasi. Menyebarkan semangat literasi tak secepat menyebarnya virus corona. Andai saja sama cepatnya , wahhhh....bisa jadi semua akan menjadi penulis. 

Merupakan suatu keberhasilan , jika ada teman yang mau untuk  mengabadikan apa dirasa, dilihat, didengar, dipikirkan dan dilakukan dalam tulisan. Meskipun tidak berlembar-lembar seperti penulis hebat yang mampu menulis dengan sekejap. Satu paragraf bahkan kurang dari satu pargaraf jugatidak apa-apa. Intinya merekaada kemauan untuk mencoba. 

Saya sendiri mengajak teman di tempat tugas, untuk menulis. Lama dan lama saya menunggu tak ada pergerakan. Tak ada respon secara signifikan. Jawaban klise kembali saya dengar. Bukankah menulis itu bukan merupakan keterampilan tetapi merupakan pembiasaaan ynag dilatih secara terus-menerus. Bukankah kegiatan tulis menulis merupakan kegiatan yang sangat dekat dengan dunia guru? Bukankah setiap hari guru menulis? 

Entah apa yang membuat teman teman hari ini mau mengikuti tantangan menulis yang saya posting di whatsAap grup sekolah. Saya mengajak mereka menulis apa saja yang dilakukan, di lihat, didengar dan dirasakan terkait tugas  mereka selama pandemi covid 19 ini.  Saya minta mereka menulis secara bebas, tak perlu pikirkan kalimat, kosa kata, disksi, ejaaan dll yang menurut mereka berat atau terbebani seperti yang mereka sampaikan kepada saya.  Tulis dan tulis saja. Yang terpenting tulisan tidak mengandung unsur sara. 

Saya motivasi mereka dengan kalimat, jangan takut tulisan jelek, diolok, atau sejenisnya. Kirim tulisan ke wa pribadi saya. Saya beri batas waktu sampai pukul 24.00 wita. Lalu dalam whatsap grup guru, saya akan isi list siapa yang sudah setor tulisan.  Teknik komunitas menulis "umah virus literasi (RVL),  yang saya adopsi.

Saya tak menyangka, 21 Agustus 2020 dari 17 guru, sampai pukul 12 siang, sudah masuk 8 orang guru setor tulisan. Tulisan mereka lumayan bagus dalam tahap awal untuk kategori baru memulai. Sungguh kebahagiaan yang  luar biasa bagi saya. Seakan ada titiik cerah. Teman satu sekolah bisa menghasilkan karya berupa buku antologi seperti impian saya. 

Saya memberikan acungan jempol untuk mereka melalui wa pribadinya. Dan saya mengatakan tulisan guru-guru bagus. Pernyataan tulisan bagus sebagai chat saya di watsaap grup di samping melalui whatsaap pribasi guru. Menurut kaca mata saya, tulisan guru-guru yang masih sebagai penulis  pemula memang bagus. 

Lanjut saya memotivasi guru dengan mengatakan  izin bapak dan ibu guru, tulisan bapak dan ibu guru saya akan edit tanpa keluar dari isi tulisan awal. Pada tahapan berikutnya tulisan hasil editan saya kembalikan kepada bapak dan ibu di samping tulisan aslinya.  Silahkan ditambahkan agar menjadi lebih banyak. (dalam hitungan lembar) 

Respon yang signifikan dari guru di tempat saya bertugas merupakan pertamnda ada sinyal virus literasi sudah  menyentuh  beberapa orang guru. Saya akan menunggu setoran tulisan berikutnya sebagaimana Bu Mlila Efendi menunggu setoran tulisan dari teman-teman RVL.

Lombok, 24 Agustus 2020

Chanel Youtub. Nuraini Ahwan

Fb. Nuraini Ahwan.

Monday, August 17, 2020

Antara Daring, Multilevel dan Motivasi Siswa

 Oleh Nuraini Ahwan  

Mengenang kembali kejadian tahun 2018, ketika bumi Lombok dan Sumbawa diguncang gempa    dengan kekuatan yang sangat dahsyat, tetapi pembelajaran tidak boleh terhenti, demikian      juga dengan keadaan sekarang, meskipun wabah Covid-19 melanda negeri kita, tetapi         pendidikan anak-anak kita tidak boleh terhenti. Semua sekolah merasakan dampak dari corona virus disease ini.  Sekolah pun  melaksanakan edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk melaksankan pembelajaran jarak jauh, daring, luring atau kombinasi keduanya. 

             Pelaksanaan edaran ini tidak mudah, mengingat protokol kesehatan yang sudah ditentukan pemerintah antara lain sosial distanching dan psysical distanching. Di samping itu, pembelajaran jarak jauh khususnya secara daring atau dalam jaringan menuntut kreatifitas dan inovasi yang tinggi dari guru, membutuhkan media, biaya atau kuota internet dan jaringan internet yang cukup. Penggunaan teknologi informasi dan media online sangat dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran ini. Meskipun media online bukanlah sesuatu yang mutlak bagi guru.

            Satuan pendidikan perlu memikirkan pola yang tepatmis, kondisi sekolah yang terletak di pedesaan, dengan latar belakang pendidikan wali murid rendah (sebagian besar tamat sekolah dasar), taraf ekonomi masih golongan ekonomi menengah ke bawah, kepemilikan handpone android oleh wali murid  sebagai teknologi sederhana masih sedikit,  sehingga menjadi permasalahan yang harus dipecahkan.

            Sementara jika dilakukan pembelajaran secara luring dengan mengantar tugas kepada siswa di rumahnya merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan. Mengingat adanya aturan/protokol kesehatan yang harus dipatuhi.

            Permasalahan-permasalahan di atas menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau Belajar Dari Rumah (BDR). Perlu dipertimbangkan atau digali peluang yanng memungkinkan pelaksanaan pembelajaran pola daring karena itulah yang lebih tepat jika kita berpegang pada aturan protokol kesehatan. Peluang sekecil apapun berusaha dilaksanakan denganmaksimal seperti kepemilikan handphone android oleh orang tua wali meskipun jumlahnya sedikit. Peluang berupa karakter warga sekolah termasuk wali murid seperti memiliki karakter tolong menolong, gotong royong dan berbagi. Dua peluang ini bisa dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembelajaran daring, dalam jaringan atau online.

     Sebut saja pembelajaran daring yang kita laksanakan dengan mengambil atau mengadopsi pola kerja perbisnisan mulltilevel. Pola kerjanya kita ambii tetapi tujuannya kita bedakan, Jika multilevel dalam perbisnisan bertujuan mencari anggota sebanyak-banyaknya, di manapun berada  untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Akan tetapi multilevel dalam pembelajaran daring ini polanya, guru kelas memberntuk admin kelas atau ketua kelompok dari beberapa wali murid yang sudah punya handphpne android di setiap dusun/kampung sumber murid. Admin atau ketua kelompok mencari anggota tidak sebanya-banyaknya, tetapi anggota  berjumlah maksimal 5 orang, merupakan teman sekelas putra-putrinya, dan tempat tinggalnya sekitar rumahnya.  Admin atau ketua kelompok dipastikan memilki karakter kuat untuk berbagi, gotong royong dan tolong menolong tanpa mengharapkan imbalan jasa berupa uang atau dana kuota internet. Jika diberikan tak apa apa. Admin atau ketua kelompok berharap ridho Allah SWT sebagai balasan dari karakter baik yang sudah dilakukannya. 

     Admin atau ketua kelompok bertugas memberikan atau menginformasikan tentang tugas dari guru kepada anggota grupya, Selanjutnya anggota mengerjakan dan mengirim, boleh melalui handphone ketua kelompok, boleh juga dikumpulkan sekalligus dalam bentuk kumpulan tugas. Guru merancang tugas yang menyenangkan dengan mempertimbangkan pula kuota yang diperlukan oleh orang tua murid. Artinya tugas yang diberikan merupakan tugas yang tidak boros kuota. Pembaca tentu tahu, tugas yang bagaimana yang memerlukan kuota banyak? 

Untuk  menyenangkan hati siswa, pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa dan tidak lupa memberikan penghargaan kepada siswa baik verbal maupun non verbal.  Mersepon setiap siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas merupakan cara yang tepat untuk memotivasi siswa. Apalagi jika tugas yang merka kumpulkan dibuatkan atau disatukan dalam video, maka mereka akan sangat senang. Mereka antusias menonton dirinya sediri dan teman-teman sekelasnya. Menguploud video mereka dalam youtube merupakan cara mereka menghargai hasil kerja siswa. Mereka akan meminta guru untuk memvideokan semua tugasnya. Penghargaan semacam ini sangat efektif memotivasi dan membuat siswa senang dalam menyelesaikan tugas. Tidak hanya siswa bahkan orang tua menjadi semangat sampai menanyakan video anaknya jika tidak tampak dalam video yang diupload. 

Semoga tulisan  ini bisa  menjadi salah satu  pola pembelajaran daring yang menyenangkan sehingga semua anak bisa terlayani haknya untuk memperloleh pendidikan. Meskipun dalam kondisi darurat pandemi covid 19.

Lombok, 17 Agustus 2020


Friday, August 14, 2020

Perlunya Awig-Awig dalam Suatu Komunitas

Oleh Nuraini Ahwan

Berada dalam suatu komunitas perlunya menetapkan awig-awig atau aturan. Awig-awig dalam bahasa sasak berarti aturan yang dibuat dalam masyarakat. Biasanya di buat di kampung atau dusun dengan sebutan awig-awig gubuq atau aturan-aturan dusun. Awig-awig ini seperti awig-awig remaja, awig-awig pernikahan sesama warga dusun sendiri dll awig-awig yang dibuat untuk ketentraman dan kedamaian dusun atau kampung. Awig-awig ini disepakati oleh seluruh warga sehingga apabila ada yang melanggar, maka sanksi yang sudah disepakati akan dijatuhkan kepada si pelanggar.

Berangkat dari demi ketentraman bersama ini pula, maka dipandang perlu juga membuat awig-awig atau aturan dalam komunitas atau whatsaap grup kelas.

Mengapa ini dipandang perlu?

Empat bulan telah dilaksanakan belajar dari rumah (BDR) merupakan waktu yang tidak sebentar untuk merekam bagaimana aktivitas anggota whatsaap grup. Aktivitas anak-anak sekaligus orang tua yang mendampingi anak anak dalam grup.

Empat bulan bergabung dalam grup tanpa ada awig-awig yang jelas membuat postingan dalam grup menjadi ramai dengan postingan yang tak terkait pembelajaran. Bahkan ada postingan yang tak mendidik. Postingan yang menimbulkan perdebatan sesama grup, saling jawab, saling bantah dll. Terkait dengan bahasa yang tak layak untuk dibaca oleh anak-anak bukan bahasa yang tak senonoh atau sejenisnya tetapi bahasa yang bisa membuat orang lain tersinggung. Contoh bahasa yang dimaksud antara lain menyapa teman sendiri dengan nama julukan yang jelek atau menyapa teman dengan menyebut nama orang tuanya. Memanggil dengan nama orang tua kalau di tempat kami sangat tidak disukai oleh anak-anak. Entahlah apa yang menjadi sebabnya.

Kembali kepada awig-awig tadi yang dipandang cukup ampuh untuk membuat kondusip grup. Setelah dibuat awig-awig dalam grup, ada perubahan yang terjadi. Wahtsaap grup menjadi lebih terkontrol, tugas menjadi lebih tertata, pertanyaan yang serupa tidak diulang berkali-kali, etika bertanya menjadi perhatian pun begitu dengan etika menjawab jika ada sesama grup membantu menjawab.

Awig-awig atau aturan grup antara lain dapat dituliskan seperti di bawah ini dan diposting di whatsaap grup kelas.

Mohon bersama - sama kita perhatikan aturan dalam whatsaap grup:

  1. Whatsaap grup dibentuk untuk kepentingan belajar. Jadi tidak diperkenankan memposting hal hal di luar pembelajaran.
  2. Kita sama sama memperhatikan etika, sopan santun dalam bahasa tulisan baik orang tua dan guru kepada anak atau sebaliknya.
  3. Jika terjadi pembicaraan yang menyebabkan grup menjadi kurang kondusif seperti perdebatan dan lain sebagainya, maka admin akan segera mengunci grup.
  4. Apabila ada ketidakpuasan orang tua kepada pelayanan guru atau terhadap postingan sesama grup, supaya tidak diperdebatkan dalam grup tetapi bisa menghubungi whatsaap pribadi guru atau kepala sekolah. Hal ini untuk lebih menjaga grup tetap nyaman.
  5. Apabila terjadi komunikasi yang diperkirakan akan membuat grup tidak kondusip, maka admin (guru kelas dan kepala sekolah ) akan mengunci grup sementara. 
  6. Setelah guru memberikan tugas, grup juga akan dikunci agar tugas tidak tertindih oleh postingan anggota dan siswa yang akan mengirim tugas dipersilahkan melalui whatsaap pribadi guru kelas.
  7. Kerjasama dan saling percaya antara guru di sekolah dan guru dirumah yakni wali murid dapat memperlancar kegiatan belajar dari rumah.
  8. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya bapak dan ibu wali murid.

Budaya literasi yang masih kurang atau belum baik membuat awig-awig yang dibuat pun belum sepenuhnya bisa diikuti. Dari chat yang dikirim secara pribadi, bisa dirangkum dan dibuatkan semacam jawaban untuk dikirim ke whatsaap grup semua kelas. Berikut cuplikan simpulan yang dibuat berdasarkan chat masuk dari anggota grup atau wali murid.

Ass.wr.wb.

Selamat pagi

Selamat siang, 

Selamat malam. Ucapan salam yang lengkap ini dituliskan karena anggota grup tidak semuanya membuka whatsaapnya pada pagi hari.

Bapak dan ibu wali murid  yang kami hormati dan anak anak yang ibu sayangi. Melalui whatsaap grup ini ingin kami sampaikan bahwa:

  1. Kami sedang mencari cara atau format yang tepat untuk pengelolaan whatsap ini menjadi lebih teratur dan komunikatif.
  2. Pemberian tugas melalui whatshap juga akan kami cari cara yng memungkinkan tidak terjadi tumpang tindih antara tugas dari guru dengan anak yang menyerahkan tugas.
  3. Berada dalam grup harus membangun toleransi yang tinggi. (Ada yang cepat, lambat, kuota selalu siap, kuota terbatas dst) menyebabkan tugas tak serentak dikirim. Terjadinya tumpang tindih.
  4. Keberagaman keinginan. Ada ynag minta  tugas sesering mungkin, ada yang minta jarang jarang karena kuota. Jadi mohon pengertian sesama anggota untuk tidak cepat menilai negatif kebijakan guru. Kebergamanan  ini menjadi pertimbangan. 
  5. Hasil evaluasi grup akan disampaikan kepada bapak dan ibu wali murid untuk diambil langkah yang dirasa lebih tepat.

Demikian sekelumit awig-awig yang dibuat untuk whatsaap grup yang di buat di tempat kami. Semoga bermanfaat

Lombok, 14 Agustus 2020

Mohon kritik dan saran teman -teman.

Dilema Guru Kunjung (Seri Daring, Transisi)

 Oleh Nuraini Ahwan.

Memantau pelaksanaan kegiatan guru kunjung di masa transisi menuju masa new normal atau masa tatanan baru sungguh penuh dengan cerita. Guru kunjung bermaksud mengobati rasa rindu siswa kepada guru atau sebaliknya dan mengetahui sampai sejauh mana  penyerapan siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan secara daring. luring atau kombinasi antara keduanya bukan merupakan perkara yang mudah. Memerankan diri sebagai guru kunjung tidak mudah. Mengapa?

Pertama, guru melepaskan semua perasaan was-was, ragu-ragu terhadap ketakutannya pada musuh yang tak terlihat ini (covid 19) Mereka memberanikan diri berkunjung ke posko tatap muka tanpa berpikir adakah di antara siswa atau wali murid yang hadir adalah orang tanpa gejala.

Kedua, ketakutan terhadap kesalahan pemilihan tempat untuk posko mereka bertemu dengan siswa seperti waktu pertama memilih tempat di balai desa atau polindes yang merupakan tempat umum.

Ketiga, ketakutan karena masih sulitnya masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan terutama wali murid yang ikut serta mendampingi putra-putrinya pada kegiatan guru kunjung seperti hanya memakaikan masker untuk putra-putrinya sementara mereka yang mendampingi bertelanjang muka. 

Pemantauan juga  dilaksanakan dalam rangka menyerap informasi  perkembangan penyebaran covid 19 di lingkungan sekolah. Selain informasi dari guru, informasi juga bisa diperoleh dari masyarakat.  Hal ini juga dilakukan agar pimpinan satuan pendidikan dapat dengan segera mengambil langkah yang tepat tentang keberlanjutan kegiatan guru kunjung ini. Lanjut atau hentikan sementara. 

Sepanjang melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan guru kunjung ini, banyak hal yang ditemukan. Mulai dari bagaimana guru bekerjasama dengan wali murid untuk menyiapkan tempat atau posko mereka bertemu, peralatan yang disiapkan sampai kepada bagaimana siswa-siswi mengikuti pembelajaran tatap muka di posko termasuk protokol kesehatannya/  Meskipun pelaksanaan guru kunjung ini telah disosialisasikan kepada perwakilan wali murid seperti kepala dusun, RT atau pemuka msayarakat, tetapi masih saja ditemukan kendala tempat dan  ketidakpatuhan warga terhadap protokol kesehatan. 

Kegiatan guru kunjung ditunda atau disitirahatkan sementara akibat kondisi  yang tiba-tiba berubah. Dari lingkungan posko yang awalnya aman menjadi tidak aman dari segi kesehatan karena ada warga yang diindikasikan dalam status reaktif covid 19 dan ODP. Ini terjadi  di salah satu posko

Ini sungguh merupakan dilema bagi guru kunjung dan dilema pula bagi pimpinan satuan pendidikan antara tetap diam di sekolah dengan segudang pertanyaan tentang pembelajaran siswanya atau tetap memerankan diri sebagai guru kunjung.

"Mengutamakan keselamatan, kesehatan siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah dalam mempertimbangkan pelaksanaan kegiatan BDR dan melakukan apa yang terbaik untuk generasi bangsa" seperti inilah antara lain prinsip pembelajaran jarak jauh di masa pandemi  covid 19 ini

Lombok, 14 Agustus 2020

Tuesday, August 11, 2020

Awali Pagi dengan Menyapa

 





Senyum Sumringah Kebun Sekolah.

Oleh Nuraini Ahwan.

Mengawali pagi ini dengan melihat, dampak  dari turunnya hujan kemarin sore. Tanaman sayur tampak sumringah, gembira dan bahagia. Dahaganya yang telah lama dirasakan kini sudah terobati. Hijau, segar dengan tanah disekelilingnya tak lagi berwarna putih akibat debu. Tapi yakin dan percaya tanah di sekelilingmu tak kan  dibiarkan memutih warnanya. Narmada kota air, air awet muda akan selalu mengerti kebutuhanmu.

Ikut merasakan bahagiamu saja hari ini.
Kalimat syukur terucap dari kami segenap pendidik melihat jerih payah menata lahan yang tadinya gersang hanya ditumbuhi tanaman liar, kini berubah menjadi lahan bernilai ganda. Menjadi taman yang indah menyejukkan pandangan. Menjadi lahan yang hasilnya bisa dinikmati untuk konsumsi guru di sela-sela rehat mereka atau dibawa pulang untuk konsumsi di rumah.

Tak rugi rasanya jika sebelum melaksanakan tugas pagi atau kegiatan pagi, menyapa tanaman merupakan aktivitas rutin. Siram-siram, menyabut tanaman liar atau memungut dedaunan yang jatuh menimpamu. Karena ada tumbuhan besar yang tumbuh menaungimu tentunya tumbuhan besar itu tak mengerti bahwa daunnya akan mengganggumu.

Ada kebahagian tersendiri telah mampu membuatkan tempat subur untukmu tumbuh. Jika mengenang atau mengingat seperti apa dulu tempatmu yang sekarang ini. Berbatu, tandus, berdebu dan merana.
Selamat dan terima kasih teman teman yang selalu tidak keberatan jika diajak untuk berbuat sesuatu yang bernilai lebih setiap harinya. Meskipun kecil. Mungkin kurang berarti bagi sebagian orang tapi setidaknya ada nilai baik  yang tertanam dari yang kita lakukan.

Lombok, 11 Agustus 2020
Di sekolahku, Sdensa Santer Apik.

Monday, August 10, 2020

Ketika Jatuh Ke Sungai Berlumpur, Bangkitlah dengan Membawa Ikan.

 Oleh Nuraini Ahwan.

"Ikatlah Ilmu dengan tulisan" begitu kalimat indah dari HR. Al Hakim.


Menuntut ilmu  lewat webinar, sama dengan sedang berburu. Ketika sudah mendapat  buruan dalam hal ini ilmu, maka jangan biarkan ia lepas. Tangkap dan ikatlah dia. Buruan adalah ilmu dari para narasumber, sharing pengalaman dari narasumber, maka setelah mendapatkan, ikatlah ia dengan cara menuliskannya. Dalam tulisan ini merupakan sekilas rekaman perjalanan webinar serie 4 LPMP NTB tahun 2020

Sahabat literasi dan guru hebat, 

Kegiatan webinar series 4 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat,  memang ditunggu oleh semua peserta webinar sebelumnya dan peserta pendatang baru. Ma,af jika saya mengatakan pendatang baru,karena banyak teman-teman dari kalangan guru yang baru saja mendapatkan informasi tentang webinar ini bahkan ada yang baru saja mendonload aplikasi zoom meeting. 

Sudah bisa dipastikan jumlah peserta yang sangat banyak melebihi kapasitas zoom. Dari aplikasi grup telegram yang digagas oleh panitia kegiatan tercatat anggota lebih dari 500 orang. Belum lagi peserta yang tidak tergabung dalam grup telegram. Kapasitas zoom yang tidak mampu menampung tidak menjadikan penghalang bagi peserta untuk mengikuti kegiatan webianar. Peserta bisa menyaksikan livestreaming dichanel youtube LPMP NTB. Peserta yang mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir baik yang mengikuti lewat zoom maupun youtube memperoleh hak sama, mendapat ilmu dan berkah ganda berupa sertifikat apabila segala kewajiban dipenuhi. Mengikuti dengan tertib, mengisi daftar hadir dengan benar.  Berkah tambahan lagi jika mendapat hadiah kejutan dari pertanyaan yang diajukan panitia tentang isi materi narasumber. 

Kegiatan webinar series 4 LPMP NTB dengan tema "Blended Learning  BDR di Masa Pandemi,   mempertemukan 2  narasumber dari LPMP.   Dua Petinggi LPMP ini, masing-masing Kepala LPMP NTB ( Bapak Mohamad Mustari, Ph.D dan Kepala LPMP DIY (Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si). Narasumber lainnya berasal dari kalangan kepala sekolah dan dari duta rumah belajar. Nuraini, S.Pd  Kepala SDN 1 Dasan Tereng, Ibrahim S.Pd Kepala SMP dan Dian Susanti,S.Pd dari Duta Rumah Belajar, guru SMP 8 Mataram. Acara dipandu oleh bapak Yuda Purwaka, M.Pd dan dimoderatori oleh Endang Supiatun, Guru SDN Lantan.

Webinar dibuka oleh Kepala LPMP NTB sekaligus menyampaikan materi tentang "Kebijakan Pembelajaran di Era New Normal" 

Sapaan hangat dari Bapak Kepala LPMP NTB, dengan ucapan terima kasih kepada peserta, widiaiswara dan narasumber yang akan berbagi pengalaman atau praktek baik di masa covid 19.  Beliau menyampaikan bahwa separuh siswa dan mahasiswa mengalami atau belajar jarak jauh akibat pandemi. Demikian juga dengan Indonesia berdasarkan data kemdikbub. Kebijakan tentang PJJ sudah dikeluarkan oleh Kemdikbud. Sepanjang Maret sampai saat ini banyak kendala yang dihadapi, baik oleh guru, orang tua dan siswa. Untuk mengatasi atau mengurangi kesulitan  guru, dilakukan webinar untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi guru. Bapak Kepala LPMP juga menyampaikan bahwa siswa merasa jenuh bahkan banyak siswa yang menyalahgunakan pemanfaatan HP untuk bermain game. Di samping itu kendala yang di hadapi adalah kendala kuota internet. Saat ini ada relaksasi untuk penggunaan dana bos dan pemerintah sudah menyiapkan pembelajaran melalui media TVRI, RRI dan plaform seperti rumah belajar dengan berbagai fitur. 

Di samping itu, Kepala LPMP menyampaikan juga tentang kurikulum darurat yang telah diluncurkann oleh pemerintah. Kurikulum dengan penyederhanaan KD. Menetapkan KD esensial. Untuk sekolah yang bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka sesuai dengan kebijakan pemerintah yang disampaikan Mendikbud, semoga bisa ditindaklanjuti pemerintah daerah.

Sementara,  Kepala LPMP DIY, Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd.,M.Si, yang dulunya pernah menjabat sebagai Kepala LPMP NTB selama kurang lebih 18 bulan sebelum kepindahan beliau ke LPMP DIY menyampaikan materi pada sesi ke 2. Beliau  menyampaikan materi tentang,"Memaknai Merdeka Belajar di Masa Pandemi dengan Perjuangan dan Inovasi Tiada Henti." Sebelum sampai kepada pemaparan materi, beliau menyapa peserta webinar yang berasal dari pulau Lombok, dengan bahasa daerah."berembe khabar?" dalam bahasa Indonesi artinya apa khabar. Mengingatkan beliau akan pulau Lombok di mana beliau pernah bertugas. Beliau juga menyapa Kepala LPMP NTB dengan sapaan Kakak. Menunjukkan beliau sosok ramah dan santun. Begitulah Pak Min, sapaan akrab beliau dalam menyapa narasumber dan peserta webinar.

Materi yang disampaikan oleh Kepala LPMP NTB sangatlah menarik, "Bagaiama Memaknai Merdeka Belajar di Masa andemi dengan Perjuangan dan Inovasi Tiada Henti. 

Ketika mendengar kata  merdeka, kita mengartikannya dengan langsung berpikir dalam konotasi bebas atau kebebasan.  Dalam kontek materi ini, merdeka belajar diartikan sebagai mandiri. Penting artinya kolaborasi dalam merdeka belajar. Apakah guru dan murid sudah merdeka belajar sekarang ini?   Tentunya masing-masing dari kita bisa memaknainya sendiri apakah saat ini kita sudah merdeka belajar? Bagaimana guru  memaknai dan mengimplementasikannya?  Di masa ini pemerintah sudah mengatur sedemikian rupa. Tetapi gurulah yang lebih mengetahui pembelajaran yang tepat. Mau daring, luring atau kombinasi. Tugas guru adalah punya komintmen, mandiri dan rajin melakukan refleksi,  banyak memotivasi siswa, mendorong mereka untuk mempunyai mimpi setin. Guru jangan menunggu dari pemerintah untuk meningkatkan keprofesionalnya  melalui diklat yang diadakan pemerintah, tetapi buat tiem work atau membangun jaringan, komunitas, membagun jaringan antara teman yang satu dengan yang lain, komunikasi.

Perlunya pembagian peran dalam pembelajaran saat ini atau kondisi saat ini. ini.Ap kita mengganggap kondisi saat ini keras sekeras kotak yang tidak dapat diubah? Kotaknyang disajikan dalam gambar, tanpak keras kaku dan sepertinya sulit untuk dipindahkan . Kondisi kotak itu hanya kita yang tahu, apakah ia sebuah plastisin yang bisa diubah atau tidak? Mari memaknai kondisi ini.

Pesan motivasi dari Pak Min adalah kondisi saat ini ibaratkan kita jatuh ke sungai berlumpur, begitu bangkit kita membawa ikan. Kalau boleh saya menerjemahkan makna dari kalimat motivasi ini adalah pandemi covid 19 ini adalah lumpur yang didalamnya ada ikan kita jatuh atau berada di dalamnya, tetapi jika kita mampu mengambil peluang disaat kejatuhan kita dengan melihat ada ikan  atau peluang di sekeliling kita maka yakin begitu keluar dari pandemi ini atau lumpur iti, kita akan membawa ikan atau kita akan mempunyai banyak inovasi, kreatifitas dan karya yang bisa kita peroleh. Jadi jangan  biarkan berlalu begitu saja. Gunakan kesempatan ini untuk menghasilkan karya seperti best practices. 

Dua narasumber berikutnya dari unsur Kepala SDN 1 Dasan Tereng. Nuraini, S.Pd, berbagi pengalaman tentang praktek baik yang dilakukan di masa pandemi. Praktek baik atau best pactices ini sudah diikutkan lomba di LPMP Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta yang mengirim naskah saat itu berjumlah 269 orang dari 24 provinsi. Dari 269 peserta diseleksi mengasilkan 20 finalis. Selanjutnya untuk menentukan 6 besar, para finalis diundang seminar virtual untuk mempertanggungjawabkan tulisan tersebut.

Judul best practices yang disampaikan oleh Kepala SDN 1 Dasan Tereng ini adalah."Pembelajaran Pola Kooperatif Multilevel Tanpa Laba melalui Penggunaan Aplikasi Whatsaap untuk Mempermudah Siswa Belajar Dari Rumah." 

Dalam paparannya, disampaikan alasan penggunaan whatsaap seperti whatsaap merupakan aplikasi yang sudah umum digunakan oleh kebanyakan orang termasuk anak-anak. Sehingga memungkinkan orang tua yang akan mendampingi putra-putrinya tidak ,mengalami kesulitan. Tujuan penggunaan aplikasi whatsap. Bagaimana peran admin  grup kelas, peran guru, peran orang tua dan peran kepala sekolah. Semua terekam mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. sampai kepada kesimpulan. 

Narasumber berikutnya berturut-turut adalah bapak Ibrahim menyampaikan tentang penggunaan Radio/HT dan narasumber dari Duta Rumah Belajar  provinsi NTB yakni ibu Dian Susanti SMP 8 Mataram. Ibu cantik ini memperkenalkan fitur-fituryang ada di rumah belajar. Memotivasi dan merekomendasikan kepada peserta bahwa rumah belajar ini sangat membantu siswa belajar saat pandemi ini. Rumah belajar ini juga merupakan aplikasi milik pemerintah dan tidak berbayar. 

Kegiatan quis yang dilaksanakan di sela-sela pemateri,  sangat menarik. Ini pemantik peserta webinar untuk tetap menyimak kegiatan di samping link presensi yang dishare menjelang kegiatan akan berakhir. Bagi pemenang quis diberikan hadiah dari LPMP NTB. Alhamdulillah  bisa menghadiahkan buku tunggal saya kepada peserta yang berhasil menjawab quis dan beberapa buku hasil karya bersama teman-teman di komunitas menulis pegiat literasi nusantara dan pendidik kreatif Lombok Barat, 

Tanya jawab mencairkan suasana dan memperjelas  materi yang masih samar-samar di pandangan peserta. Peserta yang jumlahnya sangat banyak dengan chat dan raisehand untuk bertanya memungkinkan ada pertanyaan yang tak terjawab. Pertanyaan yang dijawab semoga mewakili pertanyaan-pertanyaan lain. Jika tidak, maka pertanyaan untuk materi ibu Nuraini bisa dilayangkan ke   email:ahwan.nuraini69@gmail.com dan WA ke nomor.  081805597038. Materi juga sudah dishare ke panitia yang akan melanjutkan ke peserta seminar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran di SDN 1 Dasan Tereng terekam dalam tulisan https://nurainiahwan.blogspot.com. Peserta bisa berkunjung ke blog milik  Kepala SDN 1 Dasan Tereng (Nuraini)

Sederet foto:

Lombok, 8 Agustus 2020


Sunday, August 9, 2020

Tanpa Judul, Tanpa Berita

 Oleh Nuraini Ahwan

Ini,  edisi tidak akan menulis dalam blog, Penyebabnya bukan karena tidak ada ide atau bukan karena malas melainkan karena tampilan  blog yang berubah tiba-tiba. Mencoba untuk mengembalikan ke tampilan semula juga tak bisa cepat. Maklum masih fakir ilmu teknologi. Banyak yang belum saya pahami dengan ilmu perblogan. Menulis ya menulis saja dalam blog, Publikasikan ya publikasikan saja begitu ada tampilan yang tersedia di blog. Tetapi begitu blog berubah tampilannya sedikit saja, saya menjadi kebingungan sehingga tidak menulis apa-apa selain pengalaman yang menunjukkan kekurangan diri dalam dunia teknolagi.

Kena juga dengan tulisan sendiri sebelumnya. Kini saatnya guru harus belajar, banyak tanya, banyak coba dan banyak karya. Siapa saja adalah guru, di mana saja adalah sekolah dan belajar di mana saja. 

Lakukan....lakukan....

Ini juga saya akan coba publikasikan, semoga tidak salah.

Mohon masukan saran

Thursday, August 6, 2020

Pengabdian Tiada Batas (Daring 54)

 Oleh Nuraini Ahwan. 

Saya kunjungi lagi blog sendiri setelah beberapa hari tidmenuliskan apa yang ada di kepala, apa yang dilakukan, didengar dan dilihat belakangan ini. Terakhir membuka blog, 2 Agustus 2020. Hari itu saya isi blog dengan tulisan yang berjudul"Sudah Sampai Titik Jenuh." Sebuah tulisan yang berisi tentang kejenuhan orang tua yang membimbing putra-putrinya belajar dari rumah pada masa pandemi corona virus disease 19 ini. Berbagai alasan yang menimbulkan kejenuhan pun saya ulas dalam tulisan tersebut,

Mengurangi kejenuhan orang tua dan mengobati kerinduan antara guru dengan  siswa  atau sebaliknya, maka guru-guru di tempat saya bertugas turun kampung. Memerankan dirinya sebagai guru kunjung. Lama sudah keinginan ini terpendam. Memikirkan bagaimana siswa di rumah dengan perpanjangan waktu BDR yang terus-menerus. Apa yang dilakukan di rumah? Belajarkah? Bermain-main saja kah? Atau belajar  dengan rajin.   Pertanyaan-pertanyaan mengguratkan kekhawatiran di benak guru. Kunjungan ini sedikit tidak bisa mengobati kerinduan di antara mereka. 

Senyum sumringah terpancar dari seluruh guru mengawali hari pertama mereka berangkat dan memerankan dirinya sebagai guru kunjung. Seakan mereka hendak bertemu dengan pujaan hati. Dibekali nasehat dari seorang ibu sebelum berangkat. Begitu juga dengan guru-guru yang akan berkunjung ke rumah siswa, mereka dibekali dengan pesan-pesan tentang apa yang harus dilakukan di rumah siswa. Pesan disampikan oleh kepala sekolah. Terutama dengan protokol kesehatan. 

Dalam satu hari bisa jadi satu guru berkunjung ke beberpa tempat. Kelompok memang dibagi dengan jumlah anggota yang tidak terlalu banyak atau melebihi 10 orang. Bahkan kalau bisa, satu kelompok terdiri dari 3 sampai 5 orang.  Banyak cerita yang dibawa guru-guru setiap kali pulang dari kegiatan berkunjung. Guru kunjung membawa kesan. Begitu ungkap mereka setiap kali kembali ke sekolah.  Terutama cerita tentang masih banyaknya siswa dan orang tua yang tidak menghiraukan protokol kesehatan. Mereka bahkan beranggapan virus  corona tidak ada. Masih pagah dan pengkong kah? (Pagah artinya keras kepala dan pengkong artinya tidak mau menurut. Pagah dan pengkong adalah bahasa daerah suku sasak di pulau Lombok). Tulisan saya dalam blog terdahulu.

Bertambah lagi pekerjaan guru, yakni sosialisasikan kembali kepada siswa dan orang tua yang kebetulan  ada pada saat guru berkunjung. 

Guru........pengabdianmu tiada batas,













Meskipun ragu menggelayut di hati

Meski resah sedang mendera

Meskipun khawatir menjadi penyerta

Tapi kau babat habis demi cintamu

Dedikasimu kau junjung tinggi

Hingga kau lupa keselamatan diri

Kau pun lupakan cinta buat sang kekasih hati

Demi pendidikan anak negeri. 




Lombok, 6 Agustus 2020

Email. ahwan.nuraini69@gmail.com



Sunday, August 2, 2020

Apakah Sudah Sampai ke Titik Jenuh? ( Daring seri 51)

Oleh Nuraini Ahwan

" Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati!"

Mungkinkah dirasakan lama dan bahkan sangat lama oleh orang tua?. Menjalankan tugas yang memang bukan bidang tugas pokok dan fungsinya. Begitulah orang biasa menyebutnya. Biasa pula orang menyebutnya dengan istilah tupoksi. Lupa dengan sejatinya bahwa saya, dia, kami, kita dan mereka adalah seorang guru. Tanpa disematkan  ijazah dari sekolah keguruan. Tetapi memang sebelum tanggung jawab mendidik anak-anak diserahkan kepada yang berijazah keguruan,  orang tualah yang menjadi guru pertama buat buah hati kita, anak-anak kita. Apakah di antara kita ada yang lupa lupa?

Para sahabat literasi, para guru dan para orang tua. 
Kurang lebih empat bulan sudah berlalu, tatanan pendidikan kita berubah pola pelaksanaannya karena ulah pandemi covid 19. . Ruang belajar berpindah tempat. Awalnya  anak-anak kita belajar di lembaga yang disebut sekolah dengan gedung khusus yang memang dipersiapkan untuk anak-anak kita. Gedung dengan ruang kelas berbentuk segi empat yang di dalamnya berjejer meja bangku, dilengkapi dengan papan tulis terpajang di depan tempat duduk anak-anak. Guru berijazah sekolah keguruan juga siap mendampingi anak-anak sepanjang jam sekolah. 

Kini sejak corona virus disease 19 (covid 19 ) melanda negeri kita bahkan melanda dua pertiga belahan dunia, pembelajaran dilaksanakan dari rumah.  Menempatkan orang tua sebagai pengganti guru yang di sekolah. Guru pertama saat pandemi ini memegang peran penting dalam mendukung pembelajaran putra-putrinya. Sebagaimana dulu ketika orang tua mengajarkan anak-anak untuk berbicara, bersosialisasi, berjalan,  makan dan pembelajaran lainnya. Tempat belajar yang tak lagi berupa gedung atau ruangan khusus. Tidak ada lagi bangku berjejer berikut meja dan papan tulis. Situasi dan tempat yang sangat berbeda. Keadaan yang tidak sebentar, bermingu-minggu dan berbulan-bulan. 

Tugas mendampingi anak-anak belajar beralih dari guru kepada orang tua. Bagaimana tingkah polah orang tua dalam pendampingan anak-anak mereka?  Telaten, tekun, sabar, emoasi, menggerutu atau bahkan cendrung menyerah?  Adakah di antara orang tua yang menyalahkan pemerintah, menyalahkan guru, tidak percaya tentang adanya virus corona atau praduga lainnya. Saya yajin di antaranya tentu ada. Bahkan ada orang tua yang mungkin sok pintar, usul ini usul itu ke oihak sekolah dengan dasar hanya mengukur dari anak mereka sendiri (ma.af tulisan ini berasal dari pengamatan pribadi penulis

Banyak hal yang dapat kita lihat, kita baca dan kita dengar  tentang curhatan, keluh kesah bahkan hujatan orang tua terhadap situasi pendidikan saat ini. Mungkinkah penyebabnya karena kejenuhan mendampingi putra-putrinya di rumah? Mungkinkah karena kekurangmampuan orang tua dalam membimbing putra-putrinya? Mungkinlah karena merasa pembelajaran daring yang dilaksanakan ini mahal karena harus menyiapkan kuota? Entahlah!  Masih banyak kemungkinan-kemungkinan  lainnya.

Semua kemungkinan itu menyebabkan orang tua berkomentar miring kepada pemerintah, ketika pemerintah menutup sekolah. Mereka membandingkan  antara sekolah dan mol. Sekolah tutup mengapa mol buka?  Mereka tidak memikirkan tentang dampak terhadap anak-anakmereka jika sekolah dibuka pada situasi pandemi yang tak menentu ini.  Orang tua juga berkomentar miring kepada guru. Komentar yang melukai hati guru. Komentar sinis yang hanya bisa dijawab dengan kata sabar dari para guru.  Bahkan ketika sekolah menunjukkan prestasi sekolah kepada anggota whatsaap grup, ada di antara orang tua yang mengatakan," Saya akan lebih bangga jika guru mengatakan tidak ada corona." Astagfirullah hal azim.

Ada komentar yang melukai hati guru pernah ditayangkan disiaran televisi dan diperkarakan oleh PGRI. Komentar itu mengatakan kalau guru menerima gaji buta di masa pandemi ini. Mungkinkah ini juga disebabkan karena kejenuhannya mendampingi putra-putrinya belajar di masa pandemi ini?

Banyak lagi ujaran-ujaran  dalam whatsaap grup kelas yang menunjukkan bahwa orang tua sudah kelelahan, kewalahan dan sepertinya jenuh.
"Ma.af ibu guru, saya mendampingi sebatas kemampuan. Saya tidak bisa membantu mengerjakan tugas,." ujaran orang tua dalam grup. Ini bisa dimaklumi karena tidak semua orang tua lulusan SMP, SMA atau perguruan tinggi. Jika sekolah berada dipedesaan.

Postingan orang tua dalam whatsaap grup kelas memang tak jarang membuat kepala cenat cenut ketika dibaca. Postingan yang menunjukkan adanya indikasi mereka sudah jenuh dengan kondisi belajar dari rumah. 
Apakah saat ini, orang tua sudah sampai kepada titik jenuh dalam membimbing putra-putrinya belajar dari rumah?
Semoga ada hikmah dibalik semua ini. Orang tua akan lebih menyadari bagaimana beratnya tugas guru. 

Lombok, 2 Agustus 2020

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...