Friday, February 26, 2021

Kembali Work From Home

 Oleh Nuraini Ahwan

Pandemi covid 19 belum juga berakhir hingga memasuki bulan Maret 2021. Menunggu sebentar lagi menjadi ingat saat pertama kali pembelajaran jarak jauh dilaksanakan. Tanggal 18 Maret 2020 merupakan awal pelaksanaan PJJ. 

Berharap Maret 2021 ini pelaksanaan pembelajaran bisa dengan pola tatap muka. Harapan itu rupanya hanya tinggal harapan.

Edaran baru saja diterima dari pejabat berwenang tentang sistem kerja aparatur sipil negara di wilayah kami. Terhitung tanggal 3 sampai 28 Februari 2021 sistem kerja ASN dengan sistem WFH. Edaran berikutnya terhitung tanggal 1 Maret 2021 pelaksanaan kerja ASN di wilayah kami menjadi WFO atau Work From Office. Corona benar-benar membuat tenaga pendidik harus mampu menyesuaikan diri dengan semua sistem kerja yang tidak menentu ini.

Pembelajaran tetap dilaksanakan dengan pola dalam jaringan, luar jaringan atau kombinasi keduanya. Kurun waktu satu tahun ini bukan hitungan waktu yang singkat untuk memetik pembelajaran tentang bagaimana pola pembelajaran yang menarik untuk siswa. Bagaimana merancang pola pembelajaran baik daring , luring atau kombinasi keduanya yang menarik. Terutama pembelajaran daring yang bersentuhan langsung dengan teknologi informasi dan dunia internet.

Saya menjadi tersentuh dan merefleksi diri setelah sekian lama pembelajaran dilaksanakan dengan pola jarak jauh. Ditambah lagi dengan pendapat seorang penulis buku best seller yang senada dengan yang saya pikirkan juga. "Jika dalam satu tahun ini pembelajaran pada masa pandemi ini, masih begitu-begitu saja, maka ini artinya kita tak memperoleh apa-apa"

Pernyataan di atas kalau boleh secara pribadi saya terjemahkan berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa yang dimaksud kita tak memperoleh apa apa adalah tak memperoleh tambahan pengetahuan terutama terkait dengan  pembelajaran yang menggunakan pola daring atau online. Strategi pembelajaran masih menggunakan cara monoton seperti memanfaatkan  aplikasi whatsaap saja. Banyak aplikasi pembelajaran online yang tersedia tetapi enggan mempelajarinya. Contoh ini hanya sebagian dari keengganan guru sehingga belajar daringnya begitu begitu saja dalam satu tahun ini.

Atau seberapa banyak aplikasi atau model pembelajaran yang sudah kita bisa terapkan pada saat pembelajaran pola daring (online) ini?

Masih ada kesempatan belajar karena pola PJJ ini masih belum pasti berakhirnya. Kita tetap berharap pandemi segera ada akhirnya. Sistem kerja ASN termasuk guru bulan Maret khususnya di wilayah kami menggunakan WFO dengan pola pembelajaran masih menggunakan daring, luring atau kombinasi antara keduanya.

Memanfaatkan sistem kerja WFO dengan memperbanyak kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan diri untuk terus mencoba dan berkarya.  Kegiatan peningkatan kemampuan ini banyak tersedia melalui pertemuan online dengan memanfaatkan zoom cloud metting misalnya. Bertemu dengan para pakar, diskusi dengan teman sejawat dan akan lebih seru lagi jika pelaksanaannya di tempat kerja atau kantor, sekolah pada jam kerja.

Bagaimana perasaan ketika mendengar tentang WFO?

Tentu saja senang karena bisa  bertemu teman semuanya,  sekolah atau tempat kerja menjadi ramai tidak seperti WFH yang menghadirkan 3 guru setiap hari.  Selanjutnya bagaimana membuat WFO ini menjadi berarti, baik bagi guru maupun siswa.

Mari menjadikan  pandemi ini ibarat kita jatuh di lumpur, tetapi begitu bangkit kita membawa ikan. Jadi guru yang terus berinovasi tiada henti.

Lombok, 26 Februari 2021

Thursday, February 25, 2021

Hambatan dalam Menulis

Oleh Nuraini Ahwan

Hambatan dalam menulis banyak sekali. Hambatan ini menjadi alasan untuk tidak menulis. Hambatan ini banyak diungkapkan oleh orang yang belum pernah merasakan bagaimana menulis itu. Tidak bagi para penulis. Para penulis dengan entengnya mengatakan menulis itu mudah. 

Bahkan ada penulis mengatakan bahwa menulis itu semudah membuat telur ceplok (menurut ibu Lilis). Membuat telur ceplok siapa pun bisa. Anak-anak kecil juga bisa membuat telur ceplok. Seperti itulah penulis yang sudah andal mengumpamakan mudahnya menulis.

Apa saja hambatan yang diungkapkan oleh orang yang tak pernah menulis?
‌1. Susah memulai
‌2. Tidak tahu apa yang harus ditulis
‌3. Kalau menulis kata-katanya itu-itu saja
      4. Sulit mendapatkan kata-kata
      5. Malu kalau tulisannya dibaca orang
      6. Tidak ada waktu, tidak sempat.

Bagi penulis pemula seperti saya misalnya, hambatan-hambatan itu ada benarnya tetapi tak sedikit salahnya. Mengapa?

Mari coba kita memberikan beberapa alasan mengapa membenarkan hambatan yang diungkapkan oleh orang yang belum pernah menulis. Mengapa juga penulis andal membantahnya.

Susah memulai, kata-katanya itu-itu saja, sulit mendapatkan kata-kata, merupakan alasan yang bisa jadi ya, karena mereka tidak banyak membaca atau bahkan tidak pernah mencoba menulis. Berbicara atau bercerita mereka lancar tanpa hambatan. Jika diminta menulis apa yang diceritakan, maka jawabannya sulit atau tidak bisa.

Tidak tahu mau menulis apa, merupakan hambatan yang tidak bisa dibenarkan karena bahan tulisan sangat banyak terbentang di alam. Seluruh yang kita lihat, dengar, rasakan, dan lakukan bisa menjadi bahan tulisan. Hanya saja ide mungkin yang belum bisa mereka gali.

Hambatan berikutnya adalah malu tulisan dibaca orang. Jika ini alasannya maka seseorang tidak akan menulis. Padahal kalau sudah menulis dan dishare atau dibaca orang tidak ada komentar negatif tentang tulisan kita. Atau jika ada komentar negatif maka itu menjadi bahan perbaikan bagi tulisan kita berikutnya. Komentar yang mengandung perbaikan justru akan membuat kita belajar menjadi editor sendiri buat tulisan sendiri sebelum dishare ke orang lain.

Lalu hambatan berikutnya , tidak ada waktu. Saya menjadi ingat buku karya Bapak Much. Khoiri yang berjudul SOS atau Sopo Ora Sibuk? Siapa tidak sibuk. Kalau tidak salah artinya seperti itu karena saya bukan dari jawa. Kalau menunggu waktu khusus untuk menulis maka banyak orang tidak punya waktu. Menulis tidak membutuhkan waktu khusus tetapi menulis bisa di sela-sela kesibukan.

Bagi orang yang sudah mulai merambah dunia tulis menulis apalagi sudah masuk pada kategori penulis andal, mereka bisa mengatasi segala macam hambatan.  Jika susah memulai maka menulis bisa dimulai dari hal-hal yang paling disukai. Jika ide sulit dicari, maka penulis juga tentu sudah punya balon tulisan atau bakal calon tulisan. Balon tulisan ini biasanya disimpan di notebook atau catatan di handphone. Biasa juga di tulis di writer plus dengan free writingnya.

Sulitkah mendapatkan kata-kata atau kata-katanya itu-itu saja? Jawabannya tidak bagi penulis karena perbendaharaan kata akan semakin kaya jika gemar membaca. Penulis adalah pembaca juga. Dosen IAIN Tulungagung, Bapak Ngainun Naim, mengatakan dengan kalimat indahnya, "Membacalah agar mampu merangkai kata."
Jadi jika merasa kekurangan kata-kata maka perbanyaklah membaca.

Merasa tidak ada waktu, maka dapat dibantah dengan mengatakan bahwa menulis tidak membutuhkan waktu khusus. Menulis bisa di sela-sela kesibukan. Misalnya jika sudah penat di depan lattop mengerjakan tugas maka bisa membuka balon tulisan yang ada di handphone. Tulis sedapatnya saja tidak harus selesai. Terpenting adalah komitmen untuk.menulis.

Hambatan-hambatan yang ditulis di atas semuanya bisa diatasi. Cara mengatasinya beragam. Bangun minat membaca dan tingkatkan daya baca. Baca cathing di whatsaap ya, baca buku mengapa tidak? Terpenting adalah ada kemauan untuk menulis, pegang komitmen dan perkuat konsistensi.

Lalu GILA, (Gali Ide Langsung Action)

Lombok, 25 Februari 2021

Wednesday, February 24, 2021

Tulisan dalam Blog Menjadi Buku

 Oleh Nuraini Ahwan

"Selamat pagi. Apa yang dapat saya lakukan dengan blog ini. Bila saya diizinkan untuk boleh "obrak-abrik" isinya agar dapat mengambil artikel yang perlu."

Siapa yang  tidak kaget dengan kalimat di atas?
Kalimat ini saya baca di whatsaap. Chating dari salah seorang teman. Kaget? Tentu saja, ya! Bagaimana tidak kaget membaca kalimat yang di dalamnya ada kata-kata obrak-abrik?

Saya berpikir, apa yang salah dengan tulisan saya dalam blog.  Kekagetan saya reda ketika membaca lanjutan kalimatnya. Ada kalimat yang menyatakan akan mengambil artikel yang perlu.

Chating itu berasal dari salah seorang teman yang sudah banyak malang melintang di dunia kepenulisan. Pernah menjadi penilai lomba blog yang diadakan oleh PGRI.  Saat itu saya adalah salah satu peserta. Hasil penilaian tim menempatkan saya pada urutan ke-4 dari 10 besar terpilih.  Peserta lomba mencapai ratusan orang. Rupanya beliau mengirim pesan lewat whatsaap yang membuat saya kaget beberapa saat.

Harusnya saya tidak kaget karena sebelumnya telah ada diskusi bersama. Beliau mengajak kolaborasi untuk menerbitkan buku dari tulisan-tulisan saya di blog. Memilah dan memilih artikel terbaik lalu digabung dengan tulisan beliau. Ajakan itu saya sanggupi karena merasa beruntung bisa menerbitkan buku bersama penulis hebat.  Di samping itu, ajakan ini merupakan kepercayaan besar bagi saya. Ini juga sebenarnya yang menjadi awal kekagetan saya. Kaget bercampur perasaan senang dan tersanjung mendapat tawaran atau ajakan dari seorang penulis hebat Heronimus Bani. Penulis asal negeri di belahan timur Indonesia, Nusa Tenggara Timur.

Beliau sering blogwalking ke blog saya sehingga beliau mengetahui bagaimana tulisan saya di blog. Memberikan apresiasi positif lalu mengajak kolaborasi dalam satu buku.  Membayangkan jika buku terbit dari dua daerah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur akan menjadi menarik.

Kalimat pada pembuka tulisan ini rupanya maksud baik dari Bapak Heronimus Bani. Saya yang menyanggupi kolaborasi tak jua memilah dan memilih artikel yang akan disatukan dengan tulisan beliau. Gerakan saya lambat oleh berbagai sebab. Blog pun tidak saya kunjungi dalam beberapa hari. Khabar pun tidak saya berikan kepada Bapak Roni. Hingga akhirnya beliau mengirim kalimat yang membuat saya berdebar dan memacu detak jantung saya.

Diskusi lewat whatsaap pun kami lanjutkan. Saya menyetujui usulan Pak Roni untuk memilih sendiri artikel yang perlu menurut beliau. Saya serahkan semua mulai dari pemilihan tulisan, editing, dan lain-lain terkait dengan penerbitan buku kolaborasi kami.

Semoga buku bersama Bapak Heronimus Bani segera terbit dan bernilai manfaat untuk kami, diri sendiri dan orang lain.

Lombok, 24 Februari 2021

Kolaborasi dalam Menulis

 

Oleh Nuraini Ahwan

Menjadi anggota komunitas menulis di berbagai nama grup membuat jejaring pertemanan semakin banyak. Semakin banyak teman semakin luas cakrawala berpikir, berdiskusi, berbagi dan berkolaborasi. Percaya atau tidak tentang pernyataan ini,  tentu saja membutuhkan sedikit pembuktian.

Kolaborasi yang diperoleh dari pertemanan lewat whatsaap grup menulis tentu menjadi bukti bertambah luasnya cakrawala atau jangkauan pandangan kita .Kolaborasi yang merupakan kerjasama dengan seseorang atau orang lain untuk suatu perbuatan atau pekerjaan.  Kolaborasi yang menghasilkan karya sungguh luar biasa. Kolaborasi juga menggungah nyali seorang penulis pemula. Dari tidak memiliki percaya diri sampai pada munculnya semangat tinggi untuk menulis.

Lahirnya buku antologi dengan berbagai genre tulisan membuktikan bahwa jejaring ini membangun kolaborasi yang solid di antara seluruh anggota grup. Lahirnya buku antologi ini pula yang menambah imun penulis pemula untuk terus dan terus menulis sampai kepada keberanian merambah dunia blog. Menyimpan tulisan dalam blog yang sewaktu- waktu bisa dibuka.

Blog yang dibaca oleh orang lain, dikomentari selalu positif. Mungkin maksudnya agar para penulis terus berkarya lewat tulisan.  Bisa jadi juga ada pembaca tertarik pada tulisan kita atau memotivasi kita. Itu merupakan bonus bagi kita. Tetapi jika tidak, atau tak ada yang membaca, biarkan saja karena tidak ada ruginya juga buat penulis atau pengisi blog.

Ketertarikan seseorang pada tulisan kita  berdampak pada adanya ajakan kolaborasi untuk menghimpun tulisan dalam blog. Selanjutnya diterbitkan  menjadi buku agar mempunyai nilai manfaat. Bermanfaat bagi penulis sendiri dan bermanfaat untuk pembaca yang lebih banyak lagi.

Lombok, 24 Februari 2021

Tuesday, February 23, 2021

Bertanggung Jawab Terhadap Tanggung Jawab

 

Oleh Nuraini Ahwan.

Hari ini, melangkah dari rumah dengan mengucap Bismlillah,  mengharap apa yang dilakukan mendapat Ridha Allah SWT.  Setumpuk agenda hari ini merupakan bagian dari tanggung jawab terhadap tugas yang sudah menjadi pilihan diri. Jadi, sebelum berangkat, agenda ini sudah disusun sebagai rencana pelaksanaan tugas, secara bertanggung jawab.

Kata bertanggung jawab berasal dari kata tanggung jawab. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang diunggah oleh  jagokata.com..kata tanggung jawab mempunyai makna menanggung segala sesuatunya, kalau terjadi apa-apa bisa dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan lain sebagainya. Tanggung jawab fungsinya menerima pembebanan sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain.

Bertanggung jawab sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia yang diunggah juga oleh  jagokata.com, mempunyai makna berkewajiban menanggung, memikul segala sesuatunya kepada (pemberi tanggung jawab) dan mempertanggungjawabkan atau memberi jawaban atas tanggung jawab yang diemban.

Bagaimana seorang melaksanakan tanggung jawab kembali kepada pridadi, kesadaran diri dan komitmen diri masing-masing. Sehingga kita bisa melihat bagaimana bertanggung jawabnya orang yang satu dengan yang lainnya terhadap tanggung jawab yang sudah ada di pundak masing-masing.

Menurut pengamatan (di seputaran tempat kerja),  bagaimana bertanggung jawabnya seseorang terhadap tugasnya memegang peranan penting yang namanya pembiasaan. Jika diri terbiasa dengan pelaksanaan tugas semau diri sendiri tidak berpegang pada aturan, tata tertib atau cendrung bekerja tidak sesuai aturan atau menyimpang meskipun sedikit, maka itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan seperti inilah yang akan menyebabkan kurang bertanggung jawabnya seseorang terhadap tanggung jawabnya. *Apalagi jika seseorang selalu membenarkan kebiasaan, tidak membiasakan kebenaran, maka yang akan terjadi adalah kurang bertanggung jawab terhadap tanggung jawab, karena belum tentu kebiasaannya itu benar.*

Contoh kecil saja, jika seorang guru terbiasa datang terlambat, lalu pimpinan nmembiakan ini berlama-lama sampai akhirnya guru tersebut merasa ia tidak salah bahkan merasa kebiasaannya datang terlambat itu merupakan hal yang benar. Pada saat pergantian pimpinan, zona nyamannya itu diusik maka pada diri guru tersebut akan terjadi gesekan bahkan mungkin tidak suka pada pimpinannya itu

Seseorang yang diberi tanggung jawab tentunya sudah dipandang mampu untuk melaksanakan tanggung jawab itu.Tanggung jawab yang timbul akibat sikap pihak sendiri tentu yang bersangkutan sudah yakin bahwa dirinya mampu melaksanakan tanggung jawab itu. Tetapi jika penilaian kemampuan ini dari pihak lain, maka si penerima tanggung jawab itu harus benar-benar bekerja keras

Mari kita berefleksi terhadap kerja kita dan kerja orang-orang di sekitar kita. Kita ambil saja contoh di sebuah sekolah sebagai bentuk pengingat diri.  Sudah ada pembagian tugas ssesuai dengan bidang yang diampu, namun masih juga tidak bisa terlaksana sesuai harapan. Sikap diri, komitmen diri seseorang yang lupa pada tugas atau tanggung jawabnya. Harus diingatkan lagi, harus disuruh lagi bahkan melempar tanggung jawab pada orang lain. Guru bertugas mengajar dan mendidik, siswa bertugas belajar, penjaga sekolah dengan tugasnya sendiri. Akankah satu sama lain saling berganti tugas seperti guru menggantikan tugas penjaga sekolah atau menggantikan tugas siswa. Adakah kepala sekolah menggantikan tugas siswa, tugas penjaga sekolah , tugas guru atau sebaliknya sepenuhnya. Ini tentu tidak tepat karena masing-masing punya tugas pokoknya sendiri. 

Adakah yang demikian di sekitar kita atau di tempat kita bekerja?

Tindakan atau sikap yang semacam itulah yang mencurangi kalimat bertanggung jawab terhadap tanggung jawab.

Hari ini pula dengan Bismillah melaksanakan tugas di dua tempat dengan berusaha sebaik mungkin. Tempat yang satu adalah tugas utama sedangkan tempat kedua sebagai pelaksana tugas. Namun tugas utama maupun sebagai pelaksana tugas, sama-sama merupakan tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan. Berusaha berkerja sebaik mungkin merupakan bentuk  usaha bertanggung jawab terhadap tanggung jawab sehingga kelak bisa mempertanggungjawabkan kepada pemberi tanggung jawab dengan baik pula.

Lombok, 23 Februari 2021

Monday, February 22, 2021

Kupas Tuntas Point Kenaikan Pangkat

Oleh Nuraini Ahwan

Bapak Dr. Imron Rosidi adalah seorang pendidik. Saya menyebut beliau sebagai pendidik karena beliau berkecimpung dalam dunia pendidikan. Beliau pernah sebagai guru, saat ini beliau kepala sekolah dan juga dosen.  Pendidik yang luar biasa dengan segudang prestasi. Mengantarkan beliau ke jenjang kepangkatan/golongan IV/d. Selangkah lagi beliau akan mencapai pangkat tertinggi yakni golongan IV/e. Pangkat yang diberikan berdasarkan keputusan  Presiden. Pada jenjang kepangkatan Pembina Utama Muda , IV/c saja, tertera Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia. Bertanda tangan atas nama Presiden Republik Indonesia adalah Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Pastinya bangga, begitu membaca SK, paling atas tercantum kalimat keputusan Presiden. Tentunya merupakan pangkat yang diidam-idamkan oleh segenap Aparatur Sipil Negara. Guru adalah salah satu ASN yang mendambakan pangkat itu. Bagaimana caranya?

Merupakan sebuah keberuntungan bisa bersilaturrahmi dengan beliau meskipun melalui dunia maya. Aplikasi zoom cloud meeting menghantarkan saya bisa bertemu dengan beliau. Walaupun tak saling mengenal tetapi ilmu beliau sampai kepada seluruh peserta zoom cloud meeting. 

Ilmu yang disampaikan sangat bermanfaat untuk kenaikan pangkat seorang guru. Sangat tepat jika beliau yang menyampaikan materi ini karena beliau adalah tim penilai angka kredit jabatan guru provinsi Jawa Timur dengan pangkat sudah mencapai IV/d.

Guru bisa mencapai pangkat sampai golongan IV/e jika seluruh persyaratan terpenuhi. Grup menulis yang tersebar dengan berbagai nama untuk melatih guru menulis merupakan cara tepat untuk mencapai pangkat tersebut. Persyaratan untuk kenaikan pangkat satu di antaranya adalah publikasi ilmiah . Oleh karena itu membutuhkan kemampuan guru untuk menulis. 

Untuk kenaikan pangkat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dan masing-masing mempunyai nilai atau biasa disebut angka kredit. Mulai dari unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama terdiri dari pendidikan, pembelajaran/pembimbingan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Pengembangan keprofesian berkelanjutan ini sendiri terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. 

Untuk kenaikan pangkat dari golongan IIIb sampai golongan IV/e, masing masing membutuhkan persyaratan pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.  Persyaratan ini tidak mudah dipenuhi jika seorang guru tidak membiasakan diri dan melatih diri untuk melakukannya. Melatih diri menulis adalah cara untuk bisa menghasilkan segala macam bentuk publikasi ilmiah. Mulai dari penelitian tindakan kelas, artikel, jurnal, buku modul, buku panduan, best prastices, buku dalam bidang pendidikan dan segala bentuk  publikasi ilmiah sesuai dengan panduan pada buku 4 dan buku 5. 

Untuk para guru yang akan mengajukan usulan kenaikan pangkat, saat ini sampai golongan 4b pemeriksaan berkas dilaksanakan di tingkat kabupaten. Sementara untuk golongan IV/c berkas dikirim ke pusat melalui  LPMP setempat melalui  POBOX yang sudah ditetapkan. Pengantar  berkas dikeluarkan oleh Dinas Dikbud setempat.

Jadi bagi bapak dan ibu guru yang akan naik pangkat, biasakan diri menulis, pedomani buku 4 dan 5, bila perlu miliki juga buku 1, 2 dan 3 agar pengetahuan tentang kenaikan pangkat bisa lebih lengkap. 

Buku 4 (Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru: Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru Pembelajar)

Buku 5 (Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru: Penilaian Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar)

Buku 4 di antaranya berisi tentang jumlah angka kredit yang dipersyaratkan dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, presentasi Ilmiah bagi guru Madya IV/c, jumlah angka kredit karya bersama, jenis publikasi ilmiah/karya inovatif yang diperlukan untuk setiap kenaikan jenjang kepangkatan, pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.

Sedangkan buku 5, antara lain berisi pengembangan diri, alur pengenbangan diri, pokok-pokok penilaian dan alasan penolakan, Dalam buku 5 juga membahas tentang pengertian publikasi ilmiah, alur penilaian publikasi ilmiah, macam-macam publikasi ilmiah dan alasan penolakannya, deskripsi alasan penolakan dan saran perbaikan. 

Terakhir dalam buku 5 dibahas tentang pengertian karya inovatif, langkah penilaian, kreteria dan alasan penolakan.

Jadi, jika buku 4 kita miliki, besaran nilai yang akan kita capai untuk setiap unsur bisa dipersiapkan dari awal. Demikian juga, jika buku 5 kita miliki maka alasan-alasan penolakan terhadap pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif pun sudah kita ketahui. Ini artinya kemungkinan-kemungkian penolakan itu bisa kita hindari dengan membuat pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif sesuai dengan ketentuan pada buku 4.

Mari kita berusaha meraih hak untuk bisa sampai pangkat tertinggi dengan terlebih dahulu menunaikan kewajiban kita. In Syaa Allah. 

Jangan ragu, untuk melangkah selagi kesempatan masih ada. 

Lombok, 22 Februari 2021





Friday, February 19, 2021

Pengamen Cantik

Oleh Nuraini Ahwan

Empat tokoh  yang menginspirasi  saya dalam menulis setelah masuk dalam beberapa grup menulis. Telah berhasil menelurkan beberapa buku antologi. Dua dari empat tokoh tersebut adalah Bapak Much. Khoiri dan Bapak Wijaya Kusumah. Dalam tulisan beliau beberapa hari ini telah menginspirasi saya menuliskan apa yang  saya lihat sore ini. 

Berawal dari tulisan Bapak Moch. Khoiri yang berjudul *Keras/Lunak Tehadap Hidup* Sebuah tulisan  Quote Of The Day beliau tentang menyikapi hidup. Inti dari tulisan beliau tergambar dalam pengantar pada blog yang diposting beliau dalam grup Rumah Virus Literasi. Bila kita keras terhadap diri kita, maka hidup akan lunak terhadap kita, demikian sebaliknya jika kita lunak terhadap hidup kita, maka hidup akan keras kepasa kita. 

Bapak Much. Khoiri mengajak pembaca untuk merefleksi diri apakah tulisan ini ada yang cocok dengan diri kita. Lanjut saya membaca dengan segera blogwalking ke blog beliau untuk dapat membaca lebih jelas tentang makna dari *Keras Lunak Terhadap Hidup*. Blogwalking juga merupakan ajakan beliau kepada pembaca untuk membiasakan diri melakukannya. 

Dari hasil blogwalking saya mendapat gambaran bahwa orang-orang sukses yang kita lihat sekarang ini dulunya hidupnya keras dan   tidak bermalas-malas. Saya sependapat dengan beliau. Ini artinya kalau mau sukses, ya jangan  bermalas-malas. 

Tulisan Bapak Dosen Unesa, editor dan penulis lebih dari 40 buku ini, mendapat sambutan dari Bapak Wijaya Kusumah yang berefleksi tentang kehidupan beliau yang sulit di masa lalu tetapi kini meraih sukses bahkan sedang menyelesaikan studi Doktornya. Sebuah tulisan yang membuat saya juga melayang mengenang masa lalu saya yang begitu sulit hampir putus sekolah.

Kesulitan hidup pada masa lalu saya, mungkin seperti itulah yang dijalani oleh orang yang ada di hadapan saya hari ini.

Ketika saya sedang menikmati semangkok bakso selepas menunggu ponaan opname di rumah sakit,  suara gitar terdengar dari belakang tempat duduk saya. 

Suara gitar diiringi lagu yang merdu membuat saya menoleh ke arah suara itu. Tampak seorang wanita berparas cantik, masih muda dan perawakannya sangat bagus. Wajahnya tidak dipoles makeup maupun gincu. Meski demikian ia tetap terlihat cantik. Saya yang seorang wanita mengagumi kecantikannya.

Ia menggendong sebuah gitar dan memainkannya dengan apiknya. Dia adalah seorang pengamen. Suaranya yang merdu dan indah, tak ada palesnya membuat  saya tak cepat-cepat merogoh saku. Saya ingin  menikmati alunan lagunya sampai selesai. Lagi pula saat itu saya tidak membawa dompet. Hanya selembar uang yang saya bawa genggam di tangan

Tas dan dompet,  saya tinggal di rumah sakit tempat ponaan di opname. Hanya berjalan berapa puluh meter  sampailah ke pedagang bakso. Jadi cukup membawa selembar uang saja sambil jalan-jalan melepas pegal duduk dalam kamar rumah sakit.  Alunan lagu merdu dari pengamen cantik tadi selesai. Karena bakso belum di bayar, jadi uang selembar  di genggaman masih ada.  Untuk memberikan pengamen cantik, saya pinjam dulu padagang bakso.

Pengamen adalah pekerjaan yang sudah lumrah dan banyak kita lihat. Baik yang masih anak-anak, remaja maupun orang tua. Pengamen mangkal di lampu merah. Di kota besar, pengamen leluasa naik bis dan mencari rezeki di atas bis. Berbeda dengan di  Lombok, pengamen tak sebanyak di kota besar, Jawa dan Jakarta. 

Karena pengamen yang tak banyak di tempat saya, membuat saya ingin mengabadikan seorang pengamen  cantik ini dalam sebuah tulisan.  Pengamen kebanyakan laki-laki tetapi yang saya lihat adalah pengamen perempuan muda, cantik, berparas ayu. Usia seperti anak kuliahan atau jika sudah berkeluarga, saya memprediksi pengamen itu baru mempunyai anak satu.  

Setelah berbagi sedikit rezeki dengannya, perempuan cantik yang punya suara merdu itu meninggalkan tempat. Ia menuju tempat makan atau kerumunan lainnya. Semoga rezekinya dilancarkan. 

Sembari menikmati es kelapa yang disuguhkan pedagang bakso, saya berpikir mungkin hidup pengamen itu sedikit mirip dengan kesulitan hidup saya dulu. Bedanya saya berjuang tidak sebagai pengamen. Suara saya tidak mendukung he he.

Wajah cantik, masih muda tetapi tetap gigih berjuang mencari rezeki. Andai saja  ia orang berada atau orang mampu secara ekonomi,  mungkin ia tak akan memilih profesi sebagai pengamen. Ia bahkan membuang rasa malu dan rela berkeliling di tengah panas terik, hujan lebat untuk sekedar mengharap ikhlas orang berpunya merogoh koceknya. 

Tak terasa air mata saya mengalir saat itu. Saya salut dan menaruh penghargaan kepada perempuan cantik inim  Andai ia seorang ibu, saya salut ia berjuang seperti itu untuk menghidupi buah hatinya. Andai ia mahasiswi dan orang tuanya tak berpunya, ia gigih menuntut rezeki untuk biaya kuliahnya demi cita-cita dan meringankan beban orang tuanya. Andai ia seorang kakak dari keluarga yang ditinggal orang tuanya, saya salut bahwa ia sebagai kakak yang bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. 

Semoga kerja kerasmu wahai pengamen cantik akan berbuah manis. Semoga apa yang menjadi niat perjuanganmu berhasil.

Saya akan datangi tempat itu, sekedar ingin berkenalan dengan pengamen cantik ini. 


Lombok, 19 Februari 2021.

Monday, February 8, 2021

Perpustakaan di Masa Pandemi

Oleh Nuraini Ahwan.

Pembelajaran jarak jauh sudah berlangsung hampir satu tahun. Tidak  menutup kemungkinan adanya rasa bosan. Baik guru, peserta didik maupun siswa. Bisa jadi kebosanan juga melanda pimpinan satuan pendidikan. Bagaimana seorang pimpinan satuan pendidikan membuat semuanya menjadi tidak bosan terutama guru. 

Bagi seorang yang gemar membaca dan menulis, tidak ada waktu yang akan terbuang sia-sia. Bahkan  waktu terbuang pun bisa menjadi bahan tulisan bagi seorang yang sudah dekat dengan dunia kepenulisan. Demikian juga seharusnya yang dilakukan oleh guru yang kesehariannya bersentuhan langsung dengan kegiatan membaca dan menulis. Bagaimana jika seorang guru tidak membaca dan tidak menulis sementara mereka harus mengajarkan membaca dan menulis pada peserta didiknya.

Jika alasan kurang bahan bacaan, mari kita melihat bagaimana kondisi sumber bacaan yang ada di sekolah. Yang didalamnya ada selogan "buku adalah jendela dunia"  dan berbagai selogan lainnya yang bersentuhan dengan dunia literasi. Sebuah bangunan yang didalamnya terdapat banyak buku bahkan ribuan jumlahnya yakni perpustakaan sekolah

Bagaimana nasib perpustakaan sekolah di masa pandemi? Bagaimana kabar buku di perpustakaan sekolah? Berdebukah atau lusuh karena dibaca oleh guru yang ada di sekolah? Sudah seringkah kita berkunjung ke perpustakaan  untuk selanjutnya membaca buku ketika saat ini perpustakaan sepi dari hilir mudik peserta didik kita?  Seberapa sering kita mengunjungi perpustakaan? Berapa buku yang sudah dibaca atau berapa lembar yang sudah dibaca setiap hari? Tentu tiap- tiap orang yang berprofesi sebagai guru mempunyai jawaban yang berbeda-beda. Bisa jadi ada yang akan memberikan jawaban *tidak pernah* 

Membaca di perpustakaan sebenarnya bisa menjadi   salah satu solusi mengisi waktu di sela-sela pelaksanaan  pembelajaran jarak jauh.  Bagi yang belum melakukannya, mari mencoba mengisi waktu dengan melakukan hal tersebut. Jika dirasakan sulit bangunlah motivasi diri untuk membaca. Jangan dipaksa selesai satu buku sekali berkunjung ke perpustakaan karena itu akan membosankan dan tidak mungkin. Bisa satu lembar  sehari lama-lama bisa sepuluh halaman sehari.  Cari buku atau bacaan yang paling disukai. 

Sebaiknya mengisi waktu luang sebelum pulang sekolah dengan mengisi kegiatan bermanfaat seperti kegiatan mengunjungi perpustakaan daripada sekedar menghabiskan waktu dengan handphone untuk membaca chating di whatsaa tentang hal-hal yang tidak bermanfaat. Jangan biarkan waktu terbuang dengan hanya sekedar mengobrol tak tentu arah bersama teman guru atau sesama teman guru piket. Kecuali jika ngopi (ngobrol pintar) tidak apa-apa. Tetapi akan lebih seru jika ngopinya di perpustakaan. Mari kita buktikan!

Bagaimana nasib perpustakaan di sekolah anda saat pandemi ini? Apakah tutup total, mati suri atau ramai dimanfaatkan oleh guru? 

Semoga perpustakaan kita bisa menjadi solusi mengatasi kebosanan akibat pandemi yang berkepanjangan dan tak tentu kapan berakhir. 

Mari saatnya kita banyak baca, banyak tanya, banyak mencoba  dan saatnya pula kita berusaha banyak karya. Semoga bisa!


Lombok, 8 Februari 2021

Sunday, February 7, 2021

Menulis dari Membaca

Oleh Nuraini Ahwan

Dua hari ini, saya membaca tulisan dari teman-teman dalam beberapa grup baik  dari grup menulis maupun dari grup profesi. Semua tulisan yang saya baca sangat menarik. Salah satu contoh tulisan yang saya baca adalah chating seorang teman dalam salah satu grup tentang minat baca di Indonesia. Dalam tulisan teman tersebut terdapat kutipan dari salah seorang pakar yang intinya bahwa betapa pentingnya membaca. 

Membaca merupakan gerbang ilmu dan kunci kesuksesan. Dari membaca kita bisa mengetahui banyak hal. Dari membaca kita bisa mengerti apa yang tidak kita pahami. Dan dari membaca pula kita bisa menemukan solusi dari permasalahan yang kita hadapi.

Dalam tulisannya, penulis juga mengajukan pertanyanan adakah buku yang kita baca satu hari ini?

Mengutip apa yang dikatakan oleh Milan Kundera, bahwa jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradabannya, maka  hancurkanlah buku bukunya, maka pastilah bangsa itu akan hancur.

Dalam surat Albaqarah ayat 1-5 juga dijelaskan tentang pentingnya membaca.  Namun pada kenyataannya, pada diri kita saat ini lebih suka membaca status di wa sampai berjam jam bahkan sampai panas hp dan batre hp mati atau low batre.

Banyak cara dijelaskan untuk membangkitkan minat membaca yakni menjadikan membaca sebagai kebutuhan dengan mengubah pola pikir, pilih buku yang disukai atau bacaan yang disukai lalu konsisten melakukannya.

Saya suka membaca tulisan itu. Hanya saja yang disebut hanya membaca yang begitu penting padahal sejatinya membaca dan menulis adalah suatu kegiatan yang sangat penting. Kalau menulis ya membaca juga. Karena tidak mungkin seseorang yang menulis tidak membaca sendiri tulisannya sebelum dibaca oleh orang lain.

Karena tidak menyebutkan menulis maka saya dalam grup menyebutkan bahwa menulis juga penting. Namun karena tidak semua mempunyai keberanian untuk menulis. Terlalu banyak alasan sehingga tak menulis. Katanya, sulit untuk memulai, takut salah, malu nanti tulisan jelek, malu dibaca orang dan lain-lain alasan. Yang pada akhirnya tidak menghasilkan tulisan satu pun.

Orang lebih suka membaca status wa temannya yang galau daripada buku bergizi. 

Lantas bagaimana cara menumbuhkan minat baca? Berikut beberapa tips menumbuhkan minat baca:

1. Ubah polah pikir

Tanamkan bahwa membaca Itu adalah sebuah kebutuhan. Kebutuhan akan ilmu dan pengetahuan agar menjadi manusia yang mulia.

2. Pilihlah buku yang kita sukai

Mulailah memilih buku yang menarik minat kita untuk membaca dan mudah dipahami

3. Konsisten

Luangkan waktu setiap harinya secara konsisten minimal 15 menit sampai atau 30 menit secara konsisten kemudian tingkatkan intensitasnya secara bertahap, jika tidak bisa menerapkan contoh yang diberikan oleh Bapak Dr. Ngainun Naim (Dosen IAIN Tulungagung) yakni membaca minimal 10 halaman setiap hari. 

Saya yakin, dengan semakin seringnya kita membaca, semakin terasah pikiran kita.

Semakin terasah pikiran kita semakin cerdas dalam menyikapi persoalan kehidupan. Namun jika kita tidak membiasakan untuk membaca kita akan merugi.

Dengan menulis kita dapat menuangkan apa yang ada dipikiran kita, yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dan kita lakukan. Menulis segala tanda yang ada di alam. Membaca dan menulis tanda-tanda alam. Kata salah seorang teman di grup menulis.

Kunci untuk menjauhkan diri dari kebodohan adalah dengan banyak membaca. Hanya dengan cara itulah, seseorang bisa berpengetahuan luas dan mampu berpikir kritis.

Semakin tinggi minat baca, semakin tinggi pula kualitas orang tersebut.

Lombok, 7 Februari 2021

Saturday, February 6, 2021

Kalimat Motivasi Diri

Oleh Nuraini Ahwan

Merunut kejadian yang melanda bumi Lombok khususnya dalam tiga tahun terkahir ini, ada kejadian yang membuat hati memendam berbagai perasaan. Perasaan sedih, susah, rasa penat dan letih yang kadang dirasakan berlebihan.Kejadian yang sesungguhnya  membuat kita perlu memotivasi diri dan berserah diri pada Sang Pemilik alam semesta. 

Sebut saja tahun 2018 silam gempa dahsyat melanda bumi Lombok dan Sumbawa. Belum juga selesai berbenah terhadap luluh lantaknya bangunan dan sendi-sendi kehidupan lainnya, disambut tahun 2019 dengan pandemi yang menggempur bumi tercinta Indonesia. Kini tahun 2021 sebagian bumi Lombok dilanda banjir. 

Sekotong, bagian barat selatan kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu daerah di Lombok yang dilanda banjir. Daerah yang terletak di daerah pegunungan ini sedang diuji Allah dengan musibah banjir. Penyebabnya?......tentu saja banyak, musim hujan  atau juga ada andil dari ulah manusia. Tetapi bukan saatnya menanyakan penyebabnya agar tidak saling menyalahkan tetapi saatnya membangun kepedulian kepada sesama. Memberikan dukungan moril pun dukungan dalam bentuk kebutuhan yang mendesak untuk para korban banjir. Selimut, air minum, makanan siap saji dan kebutuhan lainnya. 

Banyak kalimat motivasi yang sering kita baca di media sosial. Satu di antaranya, *La Tahzan Innallaha Ma'ana* merupakan kalimat motivasi  bagi diri dan orang lain. "Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita atau janganlah berdukacita, Allah beserta kita"  demikianlah arti dari kalimat tersebut 

Saat-saat kondisi sulit,  saat kita bersedih saat mendapat cobaan kalimat motivasi ini diperlukan untuk bertahan hidup. Sesedih apapun kita, ketika kita percaya bahwa Allah SWT pemilik alam semesta dan berserah diri kepadaNya, pasti semua masalah akan selesai. 

Ketika kita teramat lelah, letih, bersedih yang berkepanjangan, maupun segala kondisi, Rasulullah mengajarkan kita untuk sering sering mengucapkan *Alhandulillah 'Alaa Kulli Haal* Allah akan memberikan keajaiban yang luar biasa pada jiwa setiap insan. 

Banjir  sekotong merupakan satu di antara sekian musibah yang menimpa negeri ini. Menguras air mata memerlukan empati dari kita yang tidak tertimpa musibah. Empati diperlukan untuk mengurangi luka hati dan sedih yang mereka rasakan. 

Tergerak dari rasa itulah, keluarga besar UPT Dikbud Narmada, Kepala Sekolah dan PGRI cabang Narmada mengunjungi korban bencana banjir sekotong. Berharap kunjungan kami mengurangi sedih dan susah mereka.

Buat para korban banjir dan kita mari motivasi diri *La Tahzan Innallaha Ma'ana* dan banyak-banyaklah mengucap *Alhamdulillah 'Alaa Kulli Haal* Allah SWT memberikan keajaiban yang luar biasa pada jiwa dan raga setiap insan (diambil dari tulisan bunda Lina di grup RVL)

Semoga musibah cepat berlalu. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin. Ya Mujiib.

Lombok, 6 Februari 2021.


Friday, February 5, 2021

Hati-Hati Menyampaikan Pesan

Oleh Nuraini Ahwan.

Pembelajaran tatap muka yang hanya berlangsung kurang lebih selama 2,5 bulan meninggalkan banyak kesan pada guru dan peserta didiknya. Kesan pada guru sebagai ujung tombak yang berdiri atau berhadapan langsung dengan peserta didiknya di dalam kelas.  Melihat apa yang dilakukan oleh guru mulai dari menyambut peserta didik yang tiba di sekolah di gerbang sekolah sampai peserta didiknya pulang dan memastikannya pulang dengan selamat. 

Banyak hal yang bisa dipetik dari pembelajaran tatap muka di masa pandemi covid 19 ini. Yang paling menonjol dan membuat saya pribadi berpikir adalah ada perilaku yang bertolak belakang dengan keadaan normal. Pada saat normal perilaku ini sangat ditekankan untuk dilaksanakan oleh peserta didik. Mengapa? Perilaku ini merupakan karakter dari bangsa kita. Karakter yang dimaksud antara lain, tolong menolong dan berbagi. Lalu bagaimana pada masa pandemi ini di sekolah khususnya pada pembelajaran tatap muka? 

Pada pembelajaran tatap muka, seluruh peserta didik membawa alat pelajaran sendiri sebagaimana biasanya. Membawa makanan dan minuman sendiri karena di sekolah tidak ada kantin dan tidak ada jam keluar bermain. Semua peralatan diberi label nama masing-masing sehingga tidak tertukar Peserta didik tidak diperbolehkan meminjam dan atau meminjamkan peralatannya kepada temannya. Bersalaman tidak diperbolehkan, sementara sebelum pandemi, setiap tiba di sekolah bersalaman dengan teman dan guru. Menyapu halaman sekolah dan dalam kelas secara giliran piket  biasa mereka  lakukan sebelum pandemi tetapi pada saat pandemi,  kegiatan semacam ini tidak lagi dilakukannya. Semua guru menyapu sementara siswa tiba di sekolah langsung masuk kelas bahkan mereka menyaksikan guru menyapu tanpa membantu. Katanya takut nanti sapu yang dipakai sudah ganti-gantian orang yang memegang atau yang memakai. Dalam kelas tidak ada lagi diskusi atau duduk berkelompok, peserta didik duduk sendiri dengan jarak 1,5 m dan tidak boleh mendekat kepada teman-temanya.

Keadaan memang sangat bertolak belakang. Jika pada kelas tinggi, mereka bisa mengetahui penyebab mengapa tidak diperbolehkan ini dan itu. Kelas awal yakni kelas 1,2 dan 3 perlu dijelaskan dengan hati-hati. Jika tidak dijelaskan dengan kalimat yang tepat, bisa jadi peserta didik yang masih kecil akan salah memaknai. Karakter yang seharusnya ditanamkan malah menjadi sesuatu yang tidak boleh mereka lakukan seterusnya. Hati-hati menyampaikan pesan moral kepada peserta didik saat ini. 

Lombok, 5 Februari 2021

Thursday, February 4, 2021

Work From Home Lagi

Oleh Nuraini Ahwan.

Maju mundur, begitu sebuah judul tulisan saya beberapa waktu yang lalu untuk menggambarkan situasi terkait pandemi covid 19  saat ini. Informasi terus berubah-ubah tentang jumlah warga terpapar covid 19  dari rilis setiap harinya sehingga zona pun berubah-ubah pula. Zona adalah istilah yang saat ini selalu kita tanyakan. Bertanya semata-mata untuk ketenangan diri (perasaan pribadi). Berada di zona apakah daerah kita. Apakah zona hijau, kuning atau orange. Akan lebih berdebar lagi jika zona daerah kita merah. 

Jika daerah berada pada zona kuning perasaan sedikit lega. Apalagi jika zona hijau sangat senang rasanya. Ini artinya ada kemajuan dilihat dari berkurangnya warga terpapar bahkan tidak ada warga terpapar berdasarkan rilis dari satuan tugas covid 19 di daerah tersebut. 

Demikian dengan daerah tempat tinggal saya, sebentar kuning, sebentar orange, hijau dan kembali ke zona orange bahkan pernah merah. Pokoknya mutar-mutar, maju mundur.

Ketika kondisi zona memperbolehkan kami belajar tatap muka, semua pihak merasa gembira. Orang tua, siswa dan guru sangat bergembira.

Saat ini kembali mundur. Mengapa mundur? Ya, mundurlah menurut kami. Beberapa waktu yang lalu pembelajaran sudah bisa dilaksanakan dengan tatap muka di beberapa sekolah di kabupaten kami. . Sekarang kembali lagi ke belajar dari rumah (BDR). Ini karena penyebaran covid 19 yang menurut iformasi kian merebak. Apakah ini ada andil dari sikap kita yang masih "Pagah dan Pengkong? Seperti judul tulisan saya tahun lalu. Pagah, pengkong adalah bahasa sasak yang sering ditujukan untuk orang yang keras hati, tak mau menurut suruhan atau perintah. Cendrung mendengar diri sendiri. 

Kembali dipertegas untuk melaksanakan work from home terhitung 3 Februari 2021 sampai 28 Februari 2021. Apa hendak dikata, kondisi menyebabkan kembali melaksanakan WFH seperti 18 Maret 2020 tahun lalu.  Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten mengeluarkan edaran tentang WFH ini dalam bentuk Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid 19,  melanjutkan edaran yang dikeluarkan oleh Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid, S.Ag., M.Si

Terkait dengan sekolah, Kepala Sekolah membuat jadwal kerja secara bergantian terdiri dari Kepala Sekolah dan minimal 3 orang guru, selanjutnya pembagian tugas ini dilaporkan ke Kepala Dinas melalui subag umum dan kepegawaian.

Sementara itu, untuk ketentuan WFH juga sudah diatur dalam sistem kerja ASN dalam rangka pencegahan penularan covid 19 dengan ketentuan, mendapat surat tugas dari pimpinan, melaporkan keberadaannya dengan share lokasi, menggunakan teknologi informasi, tetap berada di rumah kecuali untuk kepentingan mendesak dan pengawasan secara berjenjang dan struktural.

Tidak hanya itu saja ketentuan yang tertera dalam sistem kerja ASN  dalam surat Dinas Dikbud Kabupaten Lombok Barat,  tentang rapat, pertemuan, perjalanan dinas, ketentuan protokol kesehatan dan penilaian disiplin kerja untuk pembayaran TPP ASN diberlakukan force majuere dan absensi sidik jari diberhentikan/ditiiadakan diganti dengan absensi manual.

Surat tertanggal, 3 Februari 2021 ini dengan nomor 800/155-set/DISDIKBUD/2021 mengacu pada surat Bupati Lombok Barat nomor 440/42/BUP/2021 tanggal 2 Februari 2021 menjadi dasar pelaksanaan WFH saat ini di Kabupaten Lombok Barat.


WFH  dengan WFH. Work From Home dengan Work From Heart.

Lombok, 4 Februari 2021

Wednesday, February 3, 2021

Mengintip Protokol Kesehatan di Sekolah

Oleh Nuraini Ahwan.

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat menulis tentang covid 19 yang menjangkiti siswa. Yang menjadi pertanyaan saya ketika saya mengetahui ada siswa yang terpapar adalah darimana virus itu datang? Di mana mereka tertular mengingat protokol kesehatan di sekolah sangat ketat.

Ada baiknya saya ulas bagaimana protokol kesehatan yang diterapkan di sekolah:

Sarana protokol kesehatan yang menjadi syarat diperbolehkannya pembelajaran tatap muka sudah dipenuhi seperti tempat cuci tangan yang melebihi ratio jumlah kelas, handsanitizer tersedia disetiap pintu kelas, kamar kecil, mushalla, perpustakaan, uks maupun tempat yang dilalui siswa. Di samping itu hansanitizer juga dibawa oleh setiap siswa dari rumah, thermogun, fishel,  pengecekan suhu tubuh, juga tabir di meja guru dalam kelas.

Masker dimiliki oleh seluruh siswa sehingga tak satupun siswa yang tak memakai masker. Sekolah juga menyiapkan fishel untuk seluruh siswa.

Halaman yang dilalui siswa diberi tanda jarak sesuai ketentuan minimal 1.5 meter. Sehingga mengurangi kemungkinan terjadi siswa bertumpuk. Termasuk lalulintas siswa yabg datang dan yang pulang sudah diatur dari arah yang berbeda. Jam kehadiran kelas awal dan kelas tinggi diatur berbeda seperti kelas 1 sampai kelas 3 hadir pukul 07.30 wita sedangkan kelas 4 sampai kelas 6 hadir pukul 08.00 wita. 

Jarak tempat duduk dalam kelas diatur sesuai jarak , dengan jumlah siswa perkelas tidak lebih dari 18 orang.  Pengaturan pun memakai sistem blog. Setiap meja diberi nama siswa sehingga tidak ada yang pindah tenpat duduknya. 

Setiap peralatan siswa sudah diberi label nama masing-masing dari rumah dengan ketentuan tidak boleh saling pinjam peralatan  termasuk tidak boleh saling tukar makanan. 

Tidak ada kantin sekolah atau penjaja makanan, tidak ada keluar bermain, seluruh  siswa membawa bekal makanan minuman dari rumah.

Di setiap tempat yang sering dilihat dan dilalui siswa seperti pintu gerbang sekolah, pintu kelas dipasang peringatan tentang protokol kesehatan. Himbauan dan larangan.

Mulai dari pintu gerbang sudah dipasang tempat cuci tangan. Pintu gerbang sebagai tempat atau pos pertama. Menuju pos kedua, dilakukan pengecekan suhu tubuh.

Mekanisme kedatangan, dalam kelas dan kepulangan siswa sudah diatur sesuai prosedur yang memungkinkan tidak ada kontak fisik antara siswa dengan siswa, maupun antara  siswa dengan guru.

__cuci tangan,___cek suhu tubuh__masuk kelas___belajar____pulang__cuci tangan__cek suhu tubuh. 

Ada guru yang bertugas yang mengontrol dari siswa dari pagi, siap siaga dengan megaphonenya, siap memberikan intruksi kepada siswa untuk mengikuti prosesur protokol kesehatan.

Demikian sekilas protokol kesehatan yang diterapkan di sekolah. Pengecekan sangat ketat,  jika ada gejala seperti batuk, filek, atau sejenisnya dengan suhu tubuh 37.33, maka siswa tak diperbolehkan mengikuti pembelajaran tatap muka. 

Lalu, dari mana siswa bisa terpapar? Besar kemungkinan ini di luar lingkungan sekolah. Sekolah tak mampu mengawasi siswa di rumah karena siswa sudah kembali menjadi tanggung jawab orang tuanya. 


Lombok, 3 Februari 2021.

Tuesday, February 2, 2021

Apa Kata Mereka?

Oleh Nuraini Ahwan.

Entah benar atau tidak, menurut orang yang sudah terpapar covid 19 selepas dari isolasi akan terasa berbeda dalam pergaulan di lingkungan sekitar. Dilihat seperti orang asing oleh orang-orang disekitarnya. Di pandang tidak seperti biasanya. Tidak terjadi komunikasi yang seperti biasanya. Semua seakan menjauh. 

Saya membaca curhatan orang tua siswa yang baru pulang dari perawatan dan dinyatakan negatif dari hasil sweb. Kalimat curhatannya kurang lebih seperti ini," __Baru saja pulang dari rumah sakit, dapat hadiah terindah, berdiri saja belum bisa tegak, sudah dapat omongan yang melukai hati, dan bertemu seperti berjumpa dengan orang yang penyakit menjijikkan__

Saya membaca status   tersebut di media sosial facebook. Lalu saya mencoba menelponnya. Bermaksud memberi suport,  mengucapkan selamat atas kesembuhannya sekaligus minta maaf karena tidak bisa menjeguk. Benar saja seperti status yang ditulisnya itulah yang ia alami setelah keluar dari rumah sakit. Sontak saya merasa prihatin dengan kondisi ini.

Belum lagi seorang teman dari anak di rumah yang telah sembuh juga dari covid 19. Tetangganya pun menjauh. Mereka bahkan memberi saran kepada anak di rumah untuk membuang barang yang sudah dipakai di rumah sakit seperti selimut, bantal, gayung dan barang apa saja yang di bawa dari rumah ke rumah sakit.

Bagi saya ini terlalu berlebihan. Berhati-hati harus, jangan abai dan jangan pula lebay. 

Apa lagi kata mereka yang tak terpapar?

Apakah ada kemungkinan terjadi penularan kepada orang lain dari orang yang sudah sembuh covid 19? 

Saya ditanya oleh seseorang, apakah berani menjenguk si A yang sudah sembuh dari covid 19?. Ia bertanya kepada saya karena ia tak memiliki keberanian untuk menjenguk. Mengapa tidak pikir saya, yang penting protokol kesehatan yang perlu diperhatikan. 

Saya berpikir sekejam itukah dampak covid 19 pada prilaku sosial?

Mari kita menjaga diri, keluarga dan orang lain. Tak lupa pula jangan mengucilkan saudara, sahabat, kerabat dan siapa pun yang sudah terpapar civid 19. Mereka terpapar bukan maunya dan siapa pun tak kan mau terkena dengan virus ini kan? 

Tetap patuhi protokol kesehatan jika sayangi diri, keluarga, dan orang lain.

Lombok, 2 Februari 2021.

Monday, February 1, 2021

Ditutupi Bukan Karena Aib.

Oleh Nuraini Ahwan.

Tulisan saya beberapa hari yang lalu tentang ketika ada siswa yang terpapar covid 19, masih penuh cerita dan tanda tanya. Dari mana virus itu datang, siapa yang menularkan dan mengapa harus saya tutupi. Sampai pada mengapa harus ditutupi? Covid 19 bukanlah merupakan aib sebagaimana dikomentari oleh para sahabat literasi.

Saya belum akan menulis perkiraan untuk jawaban darimana virus itu datang sehingga siswa kami tertular. Saya ingin mengulas sedikit mengapa harus saya tutupi tentang terpaparnya siswa kami dan kepada siapa saja informasi ini ditutup dan kepada sidapa informasi ini kami buka.

Pertama, tentang terpaparnya siswa kami bukanlah orang  pertama yang mengetahuinya. Siswa  biasa-biasa saja pada hari terakhir mereka masuk. Saya menyebut mereka karena ada 2 orang yang terpapar. Tidak tampak ada gejala, batuk filek yang  pada mereka. Jadi praktis kami tidak mengetahui siswa ada yang terpapar. Lagi pula sewaktu pengecekan suhu tubuh ketika tiba di sekolah dan pulang sekolah, suhu tubuhnya normal di bawah 37, 33. 

Keterbatasan pengetahuan itulah, menyebabkan kami bukanlah orang pertama yang mengetahui siswa ada yang terpapar. Berita ini justru kami tahu dari orang lain yang  tak mengizinkan putranya mengikuti pembelajaran secara tatap muka karena adanya siswa yang terpapar covid 19.

Ini baru tetangga dekat yang mengetahui, sudah memutuskan untuk tidak menyekolahkan putranya. Baru satu orang atau beberapa orang yang mengetahui, bagaimana kalau semua warga yang tahu tanpa edukasi yang tepat tentang pandemi ini. Maka bisa dibayangkan bagaimana hebohnya warga sekolah kami yang lain.

Untuk informasi tentang siswa  yang terpapar covid 19, tentu saja harus terbuka kepada pihak dinas pendidikan, pengawas bina dan dinas kesehatan. Ini terkait dengan keberlanjutan pembelajaran tatap muka. Apabila ada siswa yang terpapar, maka segera pembelajaran tatap muka ditutup atau dihentikan. Begitu kebijakan pihak dinas dan SOP sekolah yang sudah disusun. Sementara bagi orang tua,  kami tidak membuka informasi ini. Di samping untuk.menjaga kondusifitas warga, juga untuk menjaga moril siswa yang terpapar berikut keluarganya. 

Ditutupi bukan karena covid ini adalah sebuah aib, tetapi semata-mata untuk kebaikan bersama. Biarlah pihak kesehatan yang lebih memahami dan lebih tepat memberikan informasi untuk ini.

Begitulah sekilas mengapa informasi terpaparnya siswa  tidak dibuka lebar-lebar kepada  wali murid.  Namun yang pasti perlahan-lahan lewat wadah whatshap grup orang tua, edukasi tentang covid 19 ini akan tersampaikan kepada orang tua. Termasuk bagaimana pola hidup dan gaya hidup saat  ini. Covid ada di sekeliling kita. Tetap waspada karena kita tidak mengetahui apakah saya, anda atau siapa di antara kita yang membawanya.

Masih penuh tanda tanya dan perlunya untuk berhati-hati. Menjadikan informasi atau kejadian ini sebagai pembelajaran, bagaimana pola dan gaya hidup sehat dan pengingat diri. Yang penting lagi bukan menjauhi seseorang yang sudah terpapar covid 19, tetapi justru harus memberikan motivasi dan dukungan mental.


Lombok, 1 Februari 2021

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...