Sunday, February 7, 2021

Menulis dari Membaca

Oleh Nuraini Ahwan

Dua hari ini, saya membaca tulisan dari teman-teman dalam beberapa grup baik  dari grup menulis maupun dari grup profesi. Semua tulisan yang saya baca sangat menarik. Salah satu contoh tulisan yang saya baca adalah chating seorang teman dalam salah satu grup tentang minat baca di Indonesia. Dalam tulisan teman tersebut terdapat kutipan dari salah seorang pakar yang intinya bahwa betapa pentingnya membaca. 

Membaca merupakan gerbang ilmu dan kunci kesuksesan. Dari membaca kita bisa mengetahui banyak hal. Dari membaca kita bisa mengerti apa yang tidak kita pahami. Dan dari membaca pula kita bisa menemukan solusi dari permasalahan yang kita hadapi.

Dalam tulisannya, penulis juga mengajukan pertanyanan adakah buku yang kita baca satu hari ini?

Mengutip apa yang dikatakan oleh Milan Kundera, bahwa jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradabannya, maka  hancurkanlah buku bukunya, maka pastilah bangsa itu akan hancur.

Dalam surat Albaqarah ayat 1-5 juga dijelaskan tentang pentingnya membaca.  Namun pada kenyataannya, pada diri kita saat ini lebih suka membaca status di wa sampai berjam jam bahkan sampai panas hp dan batre hp mati atau low batre.

Banyak cara dijelaskan untuk membangkitkan minat membaca yakni menjadikan membaca sebagai kebutuhan dengan mengubah pola pikir, pilih buku yang disukai atau bacaan yang disukai lalu konsisten melakukannya.

Saya suka membaca tulisan itu. Hanya saja yang disebut hanya membaca yang begitu penting padahal sejatinya membaca dan menulis adalah suatu kegiatan yang sangat penting. Kalau menulis ya membaca juga. Karena tidak mungkin seseorang yang menulis tidak membaca sendiri tulisannya sebelum dibaca oleh orang lain.

Karena tidak menyebutkan menulis maka saya dalam grup menyebutkan bahwa menulis juga penting. Namun karena tidak semua mempunyai keberanian untuk menulis. Terlalu banyak alasan sehingga tak menulis. Katanya, sulit untuk memulai, takut salah, malu nanti tulisan jelek, malu dibaca orang dan lain-lain alasan. Yang pada akhirnya tidak menghasilkan tulisan satu pun.

Orang lebih suka membaca status wa temannya yang galau daripada buku bergizi. 

Lantas bagaimana cara menumbuhkan minat baca? Berikut beberapa tips menumbuhkan minat baca:

1. Ubah polah pikir

Tanamkan bahwa membaca Itu adalah sebuah kebutuhan. Kebutuhan akan ilmu dan pengetahuan agar menjadi manusia yang mulia.

2. Pilihlah buku yang kita sukai

Mulailah memilih buku yang menarik minat kita untuk membaca dan mudah dipahami

3. Konsisten

Luangkan waktu setiap harinya secara konsisten minimal 15 menit sampai atau 30 menit secara konsisten kemudian tingkatkan intensitasnya secara bertahap, jika tidak bisa menerapkan contoh yang diberikan oleh Bapak Dr. Ngainun Naim (Dosen IAIN Tulungagung) yakni membaca minimal 10 halaman setiap hari. 

Saya yakin, dengan semakin seringnya kita membaca, semakin terasah pikiran kita.

Semakin terasah pikiran kita semakin cerdas dalam menyikapi persoalan kehidupan. Namun jika kita tidak membiasakan untuk membaca kita akan merugi.

Dengan menulis kita dapat menuangkan apa yang ada dipikiran kita, yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dan kita lakukan. Menulis segala tanda yang ada di alam. Membaca dan menulis tanda-tanda alam. Kata salah seorang teman di grup menulis.

Kunci untuk menjauhkan diri dari kebodohan adalah dengan banyak membaca. Hanya dengan cara itulah, seseorang bisa berpengetahuan luas dan mampu berpikir kritis.

Semakin tinggi minat baca, semakin tinggi pula kualitas orang tersebut.

Lombok, 7 Februari 2021

1 comment:

  1. Salut bunda diusia yang sdh setengah abad masih aktif membaca dan menulis,bahkan sdh banyak buku yg ibu terbitkan,smg semangat ibu menginspirasi kami selaku staf ibu

    ReplyDelete

Kegiatan Akhir Tahun di SDN 1 Dasan Tereng

Beragam kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk mengakhiri masa pembelajaran setiap tahunnya. Kegiatan ini sepertinya merupa...