Sunday, March 28, 2021

Hati -Hati Menjaga si Pintar

Oleh Nuraini Ahwan

Si Pintar yang disayang. Si Pintar yang selalu membuat senang. Menghibur hati dengan seabrek talenta yang dimiliki. Ia mempunyai mental tinggi dan tak pernah mengatakan tidak terhadap apa yang kita minta darinya. Si Pintar, sering pula mengaduk-aduk rasa. 

Si Pintar tidak hanya membuat senang, tapi sangat cepat membuat hati terluka. Membuat hati menangis. Tidak hanya membuat diri menangis tetapi orang lain pun bisa dibuat menangis begitu melihatnya, begitu mengorek-ngorek atau membaca dirinya. Masyarakat dan bahkan siapa saja bisa terpecah-belah karenanya. Ia mampu memecah-belah sesama dalam waktu sekejab. 

Si Pintar selalu membuat orang tertarik padanya. Orang bisa lengket dan tak lepas darinya. Bisa membuat terluka dan terancam bahaya jiwa dan raga. Orang bisa lari tunggang - langgang dan bisa ngebut sekencang-kencangnya jika ia dilupakan atau terabaikan di tempat yang tak pasti. 

Oleh karena itu, hati-hati pula menjaga si Pintar.  Jangan sampai ia jatuh atau dirampas orang. 

Sebut saja Bapak Wijaya Kusumah, bapak bloger Indonesia hampir membahayakan jiwanya karena orang menginginkan apa yang dimiliki. Handphone milik beliau dijambret hampir membahayakan jiwa raga beliau. 

Hari ini, saya alami sendiri.  Bukan karena dijambret tetapi karena kesalahan atau keteledoran sendiri. Saya merasa yakin handphone itu saya bawa pergi rapat dengan jarak kurang lebih 27 km dari sekolah. Waktu rapat dimulai, saya merogoh saku hendak mematikan handphone. Saya gagal karena handphone tak ada di saku. Saya mencari di seluruh ruang yang ada dalam tas. Saya gagal juga. 

Keringat mulai mngucur. Konsentrasi rapat mulai pecah. Tak bisa duduk dengan tenang. Tengok kanan tengok kiri. Segala macam perasaan menambah keringat deras mengucur. Mata sudah mulai berkaca-kaca. Saya meminta teman sebelah menelpon ke nomor saya. Tetapi gagal....tak diangkat. Ada nada masih aktif, namun tak ada jawaban. Peserta yang lain juga ikut menjadi tak konsentrasi. 

Saya berdiri dari ruang rapat. Saya ijin keluar, bergegas hendak mencari handohone. Tanpa membawa tas atau dompet yang berisi SIM dan STNK. Hanya membawa kunci motor vario merah yang setia  ada di tangan. Berlari ke arah motor tanpa menghiraukan orang yang di sekeliling, menyapa dengan ramah. 

Dengan kecepatan tinggi, melarikan motor ke tempat yang saya perkirakan handphone terjatuh. Bertanya dari satu tempat ke tempat yang lain. Adakah yang melihat handphone saya? Nihil tak ada jawaban. Mata saya berkaca-kaca. Segala macam perasaan mengisi pikiran saat itu. Segera membuat semacam sayembara agar yang menemukan handphone tertarik mengembalikan. Siapa yang menemukan dan mengembalikan akan diberikan imbalan. Pesan ini dikirim melalui handphone teman ke nomor handphone saya. Si Pintar sudah dua kali membuat kalang kabut dan mengaduk-ngaduk perasaan. 

Kurang hati-hati menjaga si Pintar, bisa membahayakan diri. 

Si Pintar bisa bersahabat dengan pemiliknya bisa juga membahayakan pemiliknya. Bisa berdampak positif dan bisa juga berdampak negatif jika kurang bisa memanfaatkan dan menggunakan secara bijak. Termasuk menjaganya. 

Lombok, 28 Maret 2021


Friday, March 26, 2021

Selalu Kembali ke Rumah

Oleh Nuraini Ahwan

Kunjungan para sahabat ternyata memberikan kekuatan tersendiri di hati para penulis. Baik itu penulis yang sudah malang melintang, berkiprah dan mempunyai setumpuk karya maupun penulis yang masih pada ranah penulis pemula. Kunjungan atau blogwalking ke blog milik penulis sangat ditunggu oleh para penulis. Alamat kunjungan baik di blog, wordpress, kompasiana, maupun alamat lainnya. Alamat itu adalah ibarat rumah bagi penulis. Rumah yang dijadikan sebagai tempat menabung tulisannya sebelum sampai pada titik yang dituju yakni penerbit.

Blog, kompasiana, wordpress, atau alamat lainnya ibarat rumah bagi penulis. Rumah tulisannya. Rumah itu selalu dihuni dengan tulisannya, ditinggal lalu dijenguk kembali setiap saat. Ia ingin mengetahuj siapa saja yang berkunjung di rumahnya itu. Tidak hanya siang, malam bahkan dini hari, seorang penulis datang kembali ke rumah tulisannya untuk memastikan apakah tetamu atau pengunjung sudah menikmati suguhan yang ditawarkan kepada para sahabat. Suguhan yang saya maksud adalah tulisannya.

Hati berbunga-bunga ketika tamu yang berkunjung ke rumahnya mengomentari suguhannya itu. Rasa nano-nano, senyum-senyum sendiri ketika membaca komentar para sahabat. Lanjut penulis mengomentari balik setiap komentar para tamu. Senang-senang saja, apapun komentar para sahabat.  Seorang penulis pasti legowo menerima setiap komentar, krisan (kritik dan saran). Bahkan seorang penulis yang sudah berhasil menghimpun tabungan tulisannya menjadi sebuah buku, meminta pembaca membuat risensi terhadap bukunya. Bukankah begitu para sabahat?

Ada dua kemungkinan yang ditemukan oleh seorang penulis ketika berkunjung kembali ke rumah tulisannya. Kemungkinan pertama adalah banyak tamu yang berkunjung dan kemungkinan kedua adalah sebaliknya. Jangan berkecil hati ketika para sahabat menjadi penulis yang selalu memposting tulisannya dan sepi tamu atau pengunjung. Menulislah setiap hari, biarkan tulisan itu yang akan menemukan takdirnya sendiri. Entah tulisan yang mana yang akan mempunyai takdir baik.

Seorang penulis yang sudah membagikan, memposting atau menshare tulisan yang ada di rumah tulisannya kepada para sahabat akan selalu kembali ke rumah tulisannya itu.

Siapakah tamu di rumah tulisan kali ini?

 https://nurainiahwan.blogspot.com.

https://nurainitanbi.blogspot.com

https://terbitkanbukugratis.id/nuraini

Lombok, 26 Maret 2021

Thursday, March 25, 2021

Jika Suka Silahkan, Jika Tidak Biarkan Lewat.

Oleh Nuraini Ahwan

Maaf para sahabat, jika saya mengesampingkan perasaan atau tanggapan para sahabat ketika saya memposting setiap tulisan saya. Jika ada yang tidak suka atau merasa terganggu, maafkan saya. Jika ada yang suka dengan membaca tulisan saya, tentu ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi buat para sahabat. Jika  tidak membaca pun tidak mengapa, yang terpenting para sahabat membiarkan tempat tulisan itu singgah saja, sudah merupakan sesuatu yang membuat saya berterima kasih pada para sahabat. 

Memposting tulisan bukan bermaksud pamer, riya, atau perasaan sejenis lainnya yang merupakan penyakit hati, lebih-lebih tidak ada maksud hati ingin dipuji tetapi semata-mata ingin berbagi kepada para sahabat. 

Jauh sebelum niatan untuk berbagi dengan memposting tulisan, sebenarnya saya bermaksud melatih diri, membiasakan diri dan memberanikan diri untuk menerima kekurangan dan kelebihan suatu tulisan.  Mengapa harus dengan cara memposting tulisan? Ini sebuah pertanyaan yang diangkat dari beberapa tipe dalam menulis. Ada tipe orang menulis tetapi hanya disimpan saja, tidak dishare ke orang lain. Alasannya malu dan takut dikritik orang. 

Nah, alasan ini yang membuat saya juga memposting tulisan. Belajar legowo menerima kritikan, masukan berupa saran perbaikan terhadap tulisan saya.  Terlepas dari para sahabat suka atau tidak terhadap tulisan saya. Jika suka, itu merupakan bonus saya menulis. Jika tidak, maka itu menjadi bahan perbaikan bagi saya. 

Jadi, maaf  ya, jika tulisan yang sama diposting berada dalam beberapa grup berbeda dan  mungkin para sahabat juga ada dalam semua grup tersebut. 

Saya berharap para sahabat tidak berkata.... Ini-ini saja isinya grup atau tulisan ini-ini saja yang memenuhi grup. Bukan suuzhon lho.... Saya yakin sahabat bijak dalam menyikapi tulisan yang sama berada di beberapa grup. Jika tidak suka ya..biarkan lewat, jika suka silahkan dibaca. Saya pikir itu juga cara bijak menyikapi tulisan teman . 

Saya memposting tulisan yang sederhana ini bermaksud juga memotivasi para sahabat untuk menulis. Barangkali juga ada di antara para sahabat yang terinspirasi dari tulisan saya. Saya berharap ada di antara para sahabat  membaca tulisan saya. Lalu berkata, "Ini tulisan sederhana, saya juga bisa menulis seperti ini. " Selanjutnya para sahabat langsung action menuangkan buah pikiran ke dalam tulisan. 

Belajar dari pengalaman saya sebelum mempunyai nyali untuk menulis. Saya masuk ke perpustakaan sekolah. Saya membaca sebuah buku. Saya perhatikan kalimat demi kalimat. Saya perhatikan kata-kata yang digunakan. Saya mencari kelebihan buku itu. Saya cari pula kelemahan buku itu. Saya ingat, buku yang saya baca saat itu adalah cerita fiksi.  Ada beberapa kelemahan yang saya temukan. Dari kelemahan itu saya mempunyai nyali.  Saya berkata, " In Syaa Allah, saya bisa menulis seperti ini. "

Berbekal niat dan kepercayaan diri setelah membaca di perpustakaan tadi, saya mulai menulis dan melahirkan sebuah buku fiksi ber-ISBN. 

Semoga para sahabat terinspirasi dari tulisan  dan pengalaman saya. Membaca dan menulis bagaikan makan dan minum. Sama-sama pentingnya


Lombok, 25 Maret 2021.


Wednesday, March 24, 2021

Kapan Takdir Baik Berpihak Padamu

Oleh Nuraini Ahwa 

Ketika tulisan dalam blog menjelma menjadi sebuah buku, maka tidak ada kata yang pantas diucapkan selain puji dan syukur kepada Ilahi Rabbi atas ridhanya sehingga tulisan lahir sesuai harapan penulisnya. 

Tulisan yang tercerai berai, terserak kini menyatu diikat dalam satu judul  sehingga semakin kuat. Kuat untuk memberikan motivasi bagi si empunya untuk terus berkarya. Entah bagaimana takdirmu kelak duhai sangat buku. Bagi penulisnya, buku adalah sebagai pengabadian nama penulis. Juga sebagai pertanda bahwa penulis pernah ada di dunia yang fana ini. 

Buku adalah warisan untuk anak cucu kelak. Tidak saja untuk anak cucu secara darah keturunan tetapi anak cucu sebangsa setanah air bahkan lebih luas dari itu. 

Hadirnya buku sebagai sebuah karya, tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh penulisnya. Mengapa tidak? Sebuah buku melewati proses panjang menjelang kehadirannya. Mulai dari menabung tulisan. Untuk. Menjelma menjadi sebuah buku, tulisan tidak bisa bim salabim langsung ke penerbit. Tetapi perjalanannya untuk sampai ke penerbit cukuplah panjang. Mulai dari pra menulis, proses menulis dan mengedit tulisan. Belum lagi jika tabungan tulisan kita masih dalam bentuk draf, editingnya sekaligus dengan jumlah sekian banyak kumpulan tulisan
Bisa dibayangkan bagaimana mengedit dalam jumlah ratusan lembar atau minimal 60 lembar.

Jadi lahirnya sebuah buku merupakan titik yang ditujukan oleh penulis. Jangan sebut dulu mengenai finansial pasca terbit seperti hasil pemasaran atau royalti jika penerbitan di penerbit mayor karena masalah itu perihal yang berbeda dari makna lahirnya sebuah buku bagi penulisnya. (Ini perasaan diri pribadi saya) 

Seperti lahirnya anak pertama, apapun jenis kelaminya yang penting sehat, kebanyakan orang tua pasrah saja dengan apa yang diberi Sangat Pencipta. Tetapi begitu anak kedua ada permintaan atau pengharapan untuk mendapatkan anak yang tentunya berbeda dengan anak pertama. 
Demikian juga dengan terbitnya buku pertama, apapun genre tulisan yang mampu kita tulis dan terbitkan, penulis pasti bangga dan bersyukur. Begitu berkeinginan menerbitkan buku berikutnya, pasti penulis punya target untuk bisa menulis dengan genre atau paling tidak lebih baik dari buku pertama. 
Mungkin saya terlalu berlebihan mengumpamakan terbitnya buku petama, kedua dan selanjutnya seperti lahirnya anak pertama dan seterusnya. Lagi-lagi ini perasaan pribadi saya, ya.... 

Begitulah, ... kedua, ketiga dan seterusnya, hadirmu pasti akan  ditunggu oleh penulisnya. Hadirmu dalam wujud kumpulan tulisan yang dapat mengabadikan nama bahkan mungkin bisa menjadi ikon diri penulisnya

Hadirmu untuk menemui takdirmu.. Meski entah kapan....... Takdir baik berpihak padamu. 

Lombok, 24 Maret 2021


Tergoda si Blog

Oleh Nuraini Ahwan


Hari ini rasanya lelah sekali. Badan seperti kehilangan tenaga. Badan lemas dan mata tak mampu lagi rasanya menatap layar handphone. Belakangan ini lattop tak lagi menemani karena bermasalah sehingga aktivitas tulis menulis semua di handphone. 

Hari ini jemari tangan juga Ikut-ikutan berkata lelah. Kepala juga masih cenat cenut setelah mengerjakan tugas sekolah di depan komputer. Kepala bukan sakit, tetapi merasakan pusing. 

Rasa tak adil ketika badan menuntut haknya tapi tak dipenuhi. Badan butuh istirahat. Namun entah mengapa ketika sebentar saja tak membuka  grup menulis, tidak membaca  tulisan  para sahabat dan tak blogwalking ke blog para sahabat, rasanya sepi....... 

Alhasil...... 

Tangan kembali bergerak memainkan keyboard handphone dan berselancar di whatsapp grup. Dari grup yang satu ke grup yang lain. Tak lupa pula berkunjung ke rumah sendiri di https://nurainiahwan.blogspot.com dan https:://nurainitanbi.blogspot.com. Sesekali saya menyambangi blog yang ada di YPTD, https://terbitkanbukugratis.id/nuraini.

Membaca komentar para sahabat terhadap tulisan di blog. Sesederhana apapun tulisan kita, yakin akan ada manfaat yang bisa diambil meskipun sederhana. Mungkin ada yang termotivasi dan terinspirasi. Alhamdulillah, jika demikian. 

Ahai...... Gila.... Gali ide langsung action. 

Adakah yang sudah gila setelah go blog  milik saya? 

Saya sendiri bisa____ Gila___ juga, setelah____ Go Blog__ milik teman  maupun milik sendiri. 

Saya bisa Gila atau gali ide setelah membuka  tulisan teman dalam blognya, lalu saya action dengan mewujudkannya dalam tulisan. Jadi menulis bisa dari mengomentari tulisan teman maupun muncul ide baru setelah kita membaca tulisan sendiri.  Ini artinya menulis setelah membaca. 

Mau memberikan tubuh, badan atau raga menerima haknya, tetapi selalu tergoda dengan go blog. Namun demikian go blog nich...bermanfaat juga sebagai sumber inspirasi. 

Mau tahu inspirasi yang saya peroleh setelah tergoda go blog, milik sendiri? 

Saya ingin membuat tulisan hasil godaan si go blog tentang suka duka ketika mengedit sendiri tulisan sendiri, berawal dari godaan go blog dengan bumbu-bumbu komentar yang nano-nano. 

Ada komentar teman yang mengatakan kegiatan mengedit itu kegiatan membuat kepala cenat-cenut. Semakin  dibaca berulang-ulang semakin banyak yang diperbaiki. Begitu saya hubungkan dengan pengalaman saat mengeditori tulisan sendiri, memang benar adanya seperti itu. Sehingga tulisan atau proses mengedit tidak selesai-selesai alias jalan di tempat. 

Target pun tak sampai...... 

Lombok, 24 Maret 2021.

Tuesday, March 23, 2021

Buka Blog (Go Blog)

 Oleh Nuraini Ahwan

Kekagetan saya hari ini ketika saya hendak menulis di alat rekam ajaib yang saya miliki. Alat rekam ini paling mengerti tentang keadaan, hati dan pikiran saya. Apapun yang saya sampaikan lewat tulisan pasti ia Terima. Ia adalah tempat menampung semua yang ada di hati dan pikiran saya. Semua tertuang dalam tulisan dan tersimpan padanya. Dia adalah blog saya, https://Nuraini Ahwan.blogspot.com dan https://nurainitanbi.blogspot.com. 

Blog sebagai alat rekam tulisan dan sebagai tempat tabungan tulisan  sebelum terbit menjadi sebuah buku. Blog menjadi teman di saat kita sudah mulai mencintai literasi baca tulis. Bahkan menjadi teman setia setiap hari.  Apapun yang kita rasakan, alami dan lakukan, mau kita abadikan di sini ___di blog__. 

Tulisan dalam blog akan bisa diakses oleh siapa saja bahkan saat kita sudah tak ada lagi. Tulisan menandakan kita sudah pernah ada di dunia 🌏ini. 

Ketika alat rekam ini tak lagi bisa diakses oleh pemiliknya, tentu saja kebingungan yang akan dirasakan. Ini saya alami ketika saya akan berkunjung ke blog  atau go blog, tidak bisa dibuka-buka, kalang kabut mencari cara. Tanya sana----tanya sini, coba ini coba itu. Menyerah? Apakah ini human eror atau kesalahan pada pesawat (gadget) milik saya. 

Saya ingin membaca kembali tulisan saya yang berjudul "Gila". Tulisan ini rupanya membuat pembaca kepoo, alias ingin tahu (bahasa gaul gitu) . Tulisan yang paling banyak dikomentari oleh pembaca. Mungkin ini yang disebut judul yang " Nyundul"bisa menarik minat pembaca untuk membacanya. Pembaca bisa berasal dari teman sesama grup, yang selalu rajin blogwalking ke blog para sahabat bisa juga dari teman di luar grup menulis. 

Pembaca blog, tidak semuanya memiliki blog. Ada yang membaca lalu meninggalkan komentar, ada juga yang hanya membaca saja. Menurut para sahabat, jika mau blog kita dikunjungi banyak orang, maka kita juga harus rajin berkunjung ke blog orang lain. 

Bagaimana mengetahui kalau blog kita sudah dibaca oleh para sahabat, padahal komentar mereka tidak ada dalam blog. Contoh sederhana adalah ketika saya bertemu dengan sahabat, Ia mengatakan, " Wah..... Saya ingin gila (gali ide langsung action) seperti ibu. "

Ini artinya ia membaca tulisan dalam blog saya yang berjudul "Gila" tapi tidak meninggalkan jejak (istilah dalam ngeblog untuk orang yang memberi komentar). Banyak juga yang mengatakan bahwa mereka membaca tulisan dalam blog, tetapi tidak bisa memberi komentar. Apakah ini karena mereka belum mempunyai blog? 

Saya ingin teman-teman, para sahabat dekat lingkungan kerja saya memiliki blog sehingga bisa saling blogwalking. Saya ingin para guru ngeblog untuk melatih diri menulis. Belajar bersama komunitas menulis. Jika kita berada dekat dengan pedagang minyak wangi, maka kita akan ikut berbau wangi. Jika kita dekat dengan penulis maka lambat laun kita menjadi penulis juga. Jika dekat dengan sesama guru ngeblog, maka kita juga lambat laun menjadi seorang bloger. 

Mari teman-teman guru, pencinta literasi kita ngeblog. Ngeblog maksudnya membuat blog. Lalu jangan malas buat go blog atau buka -buka blog untuk menambah cakrawala berpikir kita. 

Ngeblog.....Ngeblog........dan ...Go blog..... Go blog dari sekarang..... 

Lombok, 23 Maret 2021

Monday, March 22, 2021

Editor Tulisan Sendiri

Kepala Cenat-Cenut, Butuh Stok Sabar yang Tinggi

Oleh Nuraini Ahwan

Menulis adalah sebuah proses. Proses mulai dari menggali ide sampai pada tulisan siap dikonsumsi oleh orang lain. Ups......salah, bukan dikonsumsi ,. seperti makanan saja. Maksudnya sampai tulisan siap dibaca orang. Mulai dari menggali ide  sebut saja sebagai pra menulis, menulis, membaca ulang, lalu mengedit dan mengirim tulisan. Proses yang kadang saya rasakan tertatih-tatih dalam tiap posesnya atau tahapannya. 

Saya mengajak anda gila (gali ide langsung action) pada tulisan saya sebelumnya agar tidak kehilangan ide saat ide itu baru saja ditemukan. Itu barulah langkah awal bahkan masih pada tahap pra menulis. Ups.....jangan salah lagi ya,....saya bukan bermaksud menakut-nakuti, lho...! Bukan pula bermaksud mengatakan menulis itu sulit sehingga anda tidak memiliki keberanian untuk menulis. Tapi,....dengan mengetahui bahwa menulis itu melewati  tahapan  atau proses maka kita akan menghargai sesederhana apa pun tulisan seseorang. 

Melewati proses menulis sampai pada proses editing tulisan merupakan perjuangan keras. Seorang penulis  pemula setidaknya berusaha menjadi editor untuk tulisannya sendiri. Nah,...ini yang  membutuhkan pemikiran super ekstra dan membutuhkan stok sabar yang tinggi.

Saya pernah membaca curahan pengalaman Bapak penggagas grup RVL (Much.Khoiri), beliau mengatakan bahwa ketika sedang mengedit tulisan seseorang, tak jarang kepala cenat-cenut. Apalagi tulisan yang masih berantakan , diserahkan mentah-mentah.  Waktu itu saya membalas curahan hati beliau dalam tulisan saya, jika bapak menjadi editor tulisan saya, mungkin tidak hanya kepala yang cenat-cenut, mungkin bisa jadi kaki dihentak-hentakkan karena geregetan, he he

Begitulah, proses menulis, menjadi editor tulisan sendiri sebelum sampai ke sentuhan halus tangan-tangan para editor yang sudah punya lisensi, sungguh menguras pikiran dan harus punya stok sabar tingkat tinggi.

Ketika saya mengeditori tulisan sendiri, kepala saya pusing.  Sewaktu saya pindah dari komputer desktop di sekolah ke lattop di rumah, tulisan berubah tatanannya. Tidak ada spasi di setiap kalimat. Sambung menyambung seperti mobil tanpa rem, nyeruduk....kalimat di depannya. 

Bisa dibayangkan, saya harus mengatur spasi untuk 150 halaman. Mungkin bagi yang sudah mahir IT, ada cara khususnya supaya cepat, ya tidak menjadi masalah. Lah,....saya memperbaikinya satu persatu. Belum lagi ketika diubah menjadi Pdf,  tambah aneh. Ada paragraf tak dikenal yang muncul. Tambahlah pusing kepala. Andai saja ada bintang sepuluh puyer obat sakit kepala, mungkin sudah saya minum untuk menghilangkan sakit kepala saat itu.

Belum lagi harus belajar tentang  ejaannya, tata bahasanya, aturan penulisannya dan lain-lain. Memang ada nilai plus ketika kita ingin mengetahui tentang kepenulisan yang benar. Mengedit sambil mencari referensi di embah google agar tidak salah. Membaca masukan dari teman ketika tulisan yang kita posting sebelumnya mendapat komentar perbaikan. Menjadi tambah pengetahuan dari membaca.

Begitulah proses menulis. Saya sangat setuju ketika para pakar mengatakan bahwa sesungguhnya menulis itu adalah berpikir. Memang betul, ketika menulis banyak sekali yang harus dipikirkan. Memilih diksi yang tepat. Menyusun diksi menjadi kalimat yang benar dan lain-lain.

Saya juga sangat setuju dengan pendapat para pakar bahwa penulis itu adalah pembaca juga

Bagaimana seorang penulis yang tidak menjadi pembaca, tentu ia akan fakir kata-kata. (Ini diriku)

Sesederhana apapun tulisan seseorang, paling tidak ia sudah melalui proses dan berpikir. Pasti ada hal sederhana yang kita bisa ambil dari tulisan yang sederhana itu.

Atau mungkin sederhana bagi kita, tapi bermanfaat bagi orang lain.

Lombok, 22 Maret 2021

Sunday, March 21, 2021

GILA

Oleh Nuraini Ahwan

Seorang penulis yang sudah sampai pada maqam tertinggi dalam menulis tentu tidak kesulitan dalam menemukan ide untuk ditulis. Mungkin mereka yang berada pada maqom tertinggi tidak perlu bersusah payah menggali ide untuk ditulis. Saya mengatakan mungkin karena saya belum sampai pada tataran ini. Masih sangat jauh sehingga untuk menemukan ide saja, harus menguras pikiran.

Jadi benar juga yang disampaikan oleh Bapak Much. khoiri, dosen Unesa, pegiat literasi, editor dan penulis lebih dari 53 buku," menulis adalah berpikir." Mulai dari pra menulis, proses menulis dan pasca menulis membutuhkan pemikiran. Entah ini untuk penulis pemula maupun penulis yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan. 

Kembali ke penulis pada maqom menulis tertinggi,  sudah mampu menjadikan apa saja sebagai bahan tulisan. Menulis sudah menjadi kebutuhan. Penulis pada maqom ini juga sudah menjadikan tulisan sebagai ikon diri. 

Berbeda dengan penulis yang baru mulai menggerakkan jemarinya untuk mengabadikan apa yang ada dalam pikirannya dalam sebuah tulisan, menemukan ide saja masih mengalami kesulitan. Meskipun ide itu bertebaran di hadapannya bahkan dalam diri kita ada yang bisa dijadikan ide tulisan.  Belum lagi jika ide sudah ditemukan, terlambat ditulis, ide itu langsung hilang melayang.  Sangat disayangkan, ide yang sudah bersusah payah ditemukan akan melayang. Ide yang baru digali hilang tanpa bekas, tanpa ditulis. Oleh karena itu, ketika kita sudah berniat ingin merambah dunia menulis ,maka kita harus GILA,..............

Eeeeee....sebentar dulu,

Jangan salah lho,..   Gila yang dimaksud bukan tidak waras dan harus masuk rumah sakit jiwa, ya...

Gila adalah sebuah singkatan dari Gali Ide Langsung Action. Istilah ini, saya peroleh dari salah seorang penulis bernama Bapak Akur Sudianto ketika beliau diundang oleh LPMP Nusa Tenggara Barat. 

Gi.........Gali ide,......

Ide memang harus digali. Ide yang bertebaran yang berhasil digali jangan dibiarkan hilang dari ingatan. Memori ingatan kita terbatas. Apalagi diusia sudah lolos lima puluh tahun, bibit lupa sudah menancap di kepala. Ide yang berhasil digali,  bisa dicatat dalam catatan kecil atau dicatat di handphone yang selalu setia menemani. Ide yang kebetulan muncul segera dicatat dan akan terkumpul bersama teman-teman ide lainnya dalam bentuk bakal calon tulisan.

Ide muncul tidak memilih tempat. Kadang ide muncul ketika sedang berada di kamar mandi. Tidak mengapa...Begitu keluar dari kamar mandi, ide langsung ditulis bersama teman lainnya. Bersama kumpulan bakal calon tulisan. Ketika ada waktu luang, jangan lupa sambangi kumpulan bakal calon tulisan teesebut. Ambil balon tulisan mana yang akan dieksekusi lebih awal dan seterusnya.  Tapi sebaiknya begitu ide muncul, jangan dibiarkan berlama-lama mendekam menjadi bakal calon tulisan, tetapi langsung action akan lebih baik. Lanjutkan gila yang baru saja sampai....GI......

LA......Langsung Action

Begitu ide muncul, sebaiknya gunakan jurus freewriting untuk langsung action sebelum ide hilang. Bisa tanpa menulis dalam bakal calon tulisan. Ide yang muncul langsung ditulis cepat sebelum apa yang ada dipikiran hilang. Tulis saja terus menerus tanpa jeda. Jangan terikat oleh ejaan, tanda baca, tata bahasa, kalimat dan seterusnya. Jangan dibaca dulu. Tulis saja apa yang ada di pikiran tentang ide yang ditemukan. 

Batasi saja waktu untuk freewriting ini. Hingga batas waktu selesai, stop gerakan jemari kita. Barulah baca kalimat demi kalimat. Menurut saya pribadi, selesai menulis kita belajar menjadi editor untuk tulisan sendiri. 

Niat menjadi penulis, harus mau GILA....

Lombok, 21 Maret 2021




Apakah Kami Melanggar Privasi

Ketika Handphone Siswa Diperiksa Guru

Oleh Nuraini Ahwan.

Privasi adalah hak fundamental, esensial untuk otonomi dan perlindungan martabat manusia.

Kita sering mendengar teman bicara mengucapkan kata privasi ketika kita  bertanya tentang sesuatu yang menurutnya tidak boleh diketahui oleh orang lain.  Atau ketika kita hendak melakukan sesuatu terhadap barang yang ia miliki seperti membuka handphonenya.

Privasi membantu menetapkan batasan untuk membatasi siapa yang memiliki akses ke tubuh, tempat, dan hal-hal lainnya, serta komunikasi dan informasi.

Adakah batasan umur seseorang untuk memiliki privasi. Misalnya anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama ataukah sekolah menengah atas. Di masa pendemi ini, anak-anak belajar dari rumah secara online. Pembelajaran ini mengharuskan siswa menngunakan peralatan seperti lattop, tablet dan atau handphone. Mengharuskan anak memiliki kuota internet dan berkenalan dengan dunia maya. Dunia yang serba cepat, seolah tak ada sekat yang membatasi. Informasi apapun dengan cepat bisa diketahui.  Kata orang, membuka handphone milik orang lain tanpa ijin adalah melanggat privasi. Benarkah? 

Apakah orang tua dan guru terrmasuk melanggar privasi ketika guru membuka handphone milik anaknya atau siswanya?

Handphone, untuk anak sekolah dasar saat pandemi ini sangat dibutuhkan. Jika tidak maka siswa akan kesulitan mengakses pembelajaran. Khawatir  akan dampak negatif penggunaan handphone selalu ada. Namun apa boleh buat, karena ini  adalah pilihan. Pendampingan orang tua pada saat anak memanfaatkan sarana ini dalam belajar sangat dibutuhkan. Bagaimana orang tua bisa mendampingi, ya harus belajar juga bagaimana mendeteksi atau mencari tahu apa saja yang sudah dibuka anak pada handphonenya.

Bagi orang tua yang sudah biasa menggunakan handphone android bahkan sangat mahir menggunakannya maka ia dengan mudah menelusuri atau mencari apa saja yang sudah dibuka anak.  Khawatir dengan hal-hal yang tidak layak dibuka anak-anak, hal-hal yang tak pantas untuk dibuka anak-anak atau dikonsumsi anak-anak maka dengan gampang bisa diketahui. Lalu bagaimana dengan orang tua yang hanya mampu dana untuk pengadaan handphone. Sementara, mereka tak mampu atau tidak bisa mengoperasikan handphone apalagi menelusuri apa yang sudah dibuka anak. 

Melihat penggunaan handphone yang sudah seperi merata tanpa batas usia, membuat kami para guru merasa khawatir juga. Berbagai pesan moral kami layangkan pada siswa dan orang tua agar pengontrolan terhadap penggunaan hp di rumah diperketat.  Apakah kontrol ketat ini dilakukan di rumah? Wallahu aklam bissawab.

Lalu, sebagai guru, apa yang kami lakukan ketika kekhawatiran melanda hati dan pikiran kami?Bagaimana kami menjawab kekhawatiran terhadap dampak negatif penggunaan hp di saat PTS online di sekolah?

Ini jawaban yang merupakan aksi kami.

Sekolah mengadakan pengawasan, kontrol dan penelusuran terhadap aktivitas anak yang menggunakan handphone ke sekokah ketika penilaian tengah semester 2 dilaksanakan dengan secara tatap muka namun tetap dengan teknik online. Siswa kelas 6 yang akan ujian satuan pendidikan membawa handphone sendiri ke sekolah, kecuali yang tidak memiliki  handphone sendiri, disiapkan tablet  oleh sekolah.

Pengawasan, pengontrolan, pengecekan dan penelusuran terhadap handphone siswa  dilaksanakan  setelah selesai pelaksanan PTS. Handphone masih digunakan oleh siswa untuk pemantapan persiapan ujian satuan pendidikan


Langkah yang dilakukan sekolah: sekolah  membentuk tim atau menugaskan beberapa guru untuk melaksanakan pengecekan; sekolah menjelaskan tugas tim; sekolah meminta tim atau guru melaporkan hasil pengontrolan; sekolah menindaklanjuti hasil pengontrolan (pada guru, siswa dan orang tua)

Tujuan melakukan kegiatan ini, adalah memastikan bahwa siswa memanfaatkan handphone secara bijak; memperkecil penyalahgunaan handphone bahkan memutus mata rantai penyalahgunaan handphone; mengambil langkah  cepat dan tepat jika ditemukan adanya penyalahgunaan handphone.





Langkah kerja yang diambil sekolah dalam kegiatan ini adalah memberikan pengarahan atau mekanisme kerja tim oleh kepala sekolah;.kepala sekolah memberikan arahan awal tentang maksud dan tujuan kegiatan ini kepada seluruh siswa; tim atau guru masuk kelas mengecek handphone siswa satu persatu;  melaporkan hasil kepada sekolah; memberikan arahan hasil pengecekan kepada siswa; memberikan edukasi kepada orang tua lewat whatsaap grup orang tua.

Ketika menemukan hal-hal yang tidak layak untuk mereka  terekam atau tersimpan dalam handphone akibat pernah dibuka, maka ini tidak disebar kepada semua siswa. Ini hanya sebagai informasi bagi guru atau sekolah untuk segera dilakukan upaya pembinaan kepada siswa. Guru hanya mengorek informasi kepada siswa  tentang siapa saja yang menggunakan handphonenya di rumah dan melihat di history secara tertutup, jam berapa hal yang tidak layak itu dibuka dihandphonenya.

Memberikan pemahaman kepada siswa sejak dini tentang penggunaan handphone secara bijak  merupakan langkah preventif terjadinya perbuatan yang tidak kita inginkan seperti pelecehan, tindakan asusila, kekerasan dan perbuatan amoral lainnya.. Mencegah sejak dini dampak negatif menjangkiti generasi penerus bangsa akibat pesatnya peekembangan teknologi dan peekembangan zaman. 



Anak  baru melek, sudah mengenal  atau dikenalkan handphone seperti yang kita lihat saat ini. Apakah anak usia pra sekolah, anak usia sekolah dasar mengerti tentang privasi?  Apakah guru telah melanggar privasi telah mengontrol, mengecek dan menelusuri history dalam handphone siswa?

Kami meminta siswa membawa benda yang super pintar ini, benda yang sangat cepat mengakses sesuatu yang kita ingin tahu ini, maka kami pula yang beruoaya mencegah dampak negatif dari benda yang satu ini. Hamdphone android........,.

Kegiatan seperti ini, baru dilaksanakan pertama kali dengan seizin siswa beberapa menit sebelum pelakanaan, bukan sehari atau dua hari sebelumnya. Ke depan tidak akan ada permakluman, jika tidak melanggar privasi.

Lombok, 20 Maret 2021.






Friday, March 19, 2021

Razia Masker Masuk Ke Sekolah

Oleh Nuraini Ahwan

Sudah bebaskah sekarang ini dari pandemi covid 19?  Jawabannya tentu saja belum. Kita mengetahui bahwa jawabannya belum hingga  Maret 2021. Entah  kapan virus ini hengkang dari bumi ini.  Negara kita sudah mulai melakukan suntik vaksin sinovac untuk lansia, tenaga medis, Polri, TNI dan tenaga pendidik. Akankah setelah ini, protokol kesehatan akan kita abaikan? Jawabannya tidak,.....

Bagaimana dengan orang-orang di sekitar kita. Di pusat belanja, pertokoan, supermarket, minimarket, mol dan pasar-pasar. Apakah mereka menerapkan protokol kesehatan? Memakai masker contohnya, yang merupakan tanggung jawab sendiri untuk menjaga keselamatan diri dan orang lain. Akankah pemakaian masker ini harus diawasi secara terus menerus oleh petugas? Haruskah terus-  menerus juga untuk diingatkan?  Atau haruskah diadakan razia? 

Razia penggunaan masker sering terlihat di jalan raya. Petugas razia adalah aparat kepolisan. Tak jarang aparat kepolisian bekerja sama dengan polisi pamong praja, dan TNI AD. Razia ini kadang menjadi ladang  mencari rezki  pagi penjual masker. Jauh sebelum sampai di tempat razia, pedagang masker melambai-lambaikan tangannya yang sedang memegang masker.  Pengguna jalan sudah mengerti dengan lambaian tangan para pedagang masker. Berarti tidak jauh dari tempatnya berada sedang ada razia penggunaan masker. 

Apakah razia ini hanya diperuntukkan bagi pengguna jalan raya? Tidak! Razia sudah sampai ke lingkungan sekolah.



Razia masker juga sampai ke lingkungan sekolah. Seperti yang terjadi di sekolah kami, Kamis, 18 Maret 2021, sekolah kami kedatangan rombongan polisi pamong praja. Saya tidak menghitung jumlahnya dalam foto yang dikirim teman guru lewat whatsaap. Hari itu saya tidak masuk sekolah karena kurang sehat setelah suntik vaksin. Jangan salah menduga ya,.... saya kurang sehat bukan karena vaksin lho,  tetapi memang karena kondisi saja yang kurang fit. 





Menurut laporan dari teman guru, rombongan tiba-tiba datang ke sekolah , memasuki pintu gerbang sekolah. Entah sudah mencuci tangan di tempat yang disiapkan di gerbang sekolah atau tidak, guru-guru tak sempat memperhatikan. Waktu itu guru sedang berada di ruang guru, mengirim soal PTS secara online. Entah sudah dicek suhu tubuhnya atau belum sebelum memasuki area sekolah. Rombongan langsung menghampiri seorang guru yang saat itu tidak menggunakan masker. Masker dikalungkan di leher. Apakah guru ditegur oleh petugas? Tentu saja ya, .....Haii......mana maskernya! Ucap petugas kepada salah seorang ibu guru.  

Guru yang tertangkap sedang tidak menggunakan masker memang baru selesai sarapan. Ia keluar dari ruangan hendak membuang sampah di tempat sampah. Ia sempat juga menunjukkan sampah makanan yang ada ditangannya. Anggota rombongan yang lain menyebar dengan cepat mengambil gambar  atau foto siswa dari jendela ruang kelas. Yakin, ada saja siswa yang tidak menggunakan masker secara benar. Menempatkan masker di leher. Ada yang tertangkap basah. 

Guru yang merasa bersalah, karena tidak menggunakan masker dengan benar mengaku menyesal. Ia juga minta maaf pada saya atas kesalahannya itu. Saya hanya menghibur dengan membalas chatingan permohonan ma.afnya lewat whatsaap pula. Dengan kalimat guyonan," Mengapa tidak mengatakan, maaf ibu, saya gunakan masker di leher sebagai pengganti kalung. Saya belum punya kalung emas, he he."

Guru yang bersangkutan langsung tertawa, melupakan kesalahan dan penyesalannya.

Thank, mom!🙏🙏🙏

"Sekarang saya bisa tertawa." balasnya lewat whatsaap dilengkapi dengan emoticon tertawa sambil menangis😂😂😂

Gerakan POLPP saat itu sangat cepat, bergerak ke ruang guru dan ruang kelas. Tidak bisa membela diri karena ini yang namanya tertangkap basah. Semua guru dan siswa  menggunakan masker. Yang menjadi permasalahannya adalah cara menggunakan masker yang tidak benar. 

Petugas razia menjalankan tugasnya sesuai dengan perintah pemegang kebijakan untuk memantau pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka untuk sekolah yang sudah mendapatkan ijin dari Bupati.  Apakah protokol kesehatan dijalankan dengan benar oleh sekolah.

Sebelum rombongan razia meninggalkan sekolah kami, tidak lupa memberikan pengarahan kepada guru. Satu kalimat yang paling diingat oleh guru dari arahan petugas razia," Kalau gurunya saja tidak menggunakan masker dengan benar, bagiamana siswanya?"

Arahan yang sangat menusuk....😭😭😭


Rombongan sebagian menuju truk POLPP yang membawanya dan sebagian lagi menuju sepeda motornya. Wajah tampan dan cantik dengan seragam yang bagus , pas dengan ukuran tubuhnya, memang menampakkan kedisiplinan dan ketegasannya.

Nilai pesan yang dapat diambil dari kejadian ini adalah tetap melaksanakan perintah, himbauan dan arahan. Diawasi atau tidak harus tetap mematuhi protokol kesehatan. 


Lombok, 19 Maret 2021


Thursday, March 18, 2021

Benarkah Minat Baca Kita Tinggi sedangkan Daya Baca Kita Rendah

Oleh Nuraini Ahwan.

Mengutip kembali pidato Gubernur DKI Jakarta,  Bapak Anies Baswedan, beberapa tahun yang lalu, pada hari pendidikan Nasional, beliau mengatakan," minat baca kita tinggi, sedangkan daya baca kita rendah." Benarkah demikian adanya? Hanya diri masing-masing yang mampu menjawabnya.

Lebih lanjut, beliau menyampaikan maksud dari kalimat tersebut dicontohkan dalam keseharian kita. Minat baca seperti membaca chatingan di whatsaap  tinggi.  Terbukti dari waktu yang kita gunakan untuk membaca status atau postingan di whatsaap bisa sampai berjam-jam bahkan sampai panas handphone yang di tangan. 

Nah,...saya sendiri tidak menampik hal itu. Saya sendiri kalau membaca chatingan atau postingan di whatsaap bisa sampai berpindah tempat duduk, dari satu tempat ke tempat lain. Membuka status di facebook atau memberi komentar balik di whatsaap atau facebook.

Membaca postingan atau chatingan di whatsaap bisa jadi sampai pegal punggung menunduk melihat layar handphone dan pegal jari tangan membalas atau mengomentari status para sahabat dunia maya.

Blogwalking ke blog para sahabat, saya lakukan untuk saling berkunjung, saling memberi motivasi, komentar dan menyontek ilmu dari blog mereka. Membaca tulisan para sahabat untuk menambah wawasan atau cakrawala berpikir saya.
Lalu bagaimana dengan anda?

Lain halnya dengan membaca buku. Buku tebal sedikit, dibalik-balik, pindah halaman melihat gambar, seperti anak kecil. Buku tebal sedikit langsung dilepas. Buku yang berbau pengetahuan tebal sedikit diskip. Kadang melihat buku yang tebal saja menjadi urung mengambilnya. Inilah yang disebut dengan daya baca yang rendah.
Bagaimana dengan anda?

Saya pernah bertanya pada seseorang di bandara. Ketika itu, tanpa sengaja saya mendengar pembicaraannya bersama teman seperjalanan rupanya. Mereka membicarakan tentang kegiatan membaca. Orang tersebut diundang untuk motivator di sebuah kampus di tempat saya. Tanpa malu, saya bertanya kepada beliau tentang apa yang saya alami. Mengapa begitu membaca mata saya langsung mengantuk. Membaca sambil tidur tanpa disadari buku menutupi muka.
Dengan santai beliau menjawab, membaca sebenarnya tergantung dari diri kita. Perlu ada motivasi dalam diri.  Motivasi harus kita bangun, tujuan membaca juga harus ada dari awal. 
Bagaimana dengan anda?

Jika memang daya  baca masih rendah sedangkan minat baca tinggi, wajarlah jika blog kita sepi komentar. Mungkinkah karena tulisan dalam blog kurang menarik?  Sebenarnya sesederhana apapun tulisan dalam blog, pasti ada sedikit dari yang sederhana yang bisa dipetik. Paling tidak kemauan dan keberanian penulis untuk menuangkan ide dalam tulisan merupakan hal sederhana yang bisa dipetik oleh pembaca.

Pernahkah anda merasa kecewa ketika blog yang anda miliki sepi pengunjung? Saya berharap jangan kita merasa kecewa karena tulisan kita dalam blog  akan menjadi saksi bahwa  kita pernah ada. 

Mari bersama-sama kita perhatikan dalam grup whatsaap yang kita ikuti, tentunya selain grup whatsaap menulis. Sebut saja whatsaap grup profesi, leting atau teman seangkatan atau teman sekelas. Bandingkan mana yang lebih dominan dibaca, postingan lucu, ceramah agama, atau tulisan dalam blog.  Ataukah mungkin karena sudah jenuh dengan keseriusan akibat urusan kerja? Silahkan buat perengkingan sendiri. Postingan mana yang paling banyak komentar atau yang paling banyak di baca.
Sependapatkah anda dengan saya?

Ini hanya pendapat pribadi, bukan untuk diperdebatkan. Tulisan ini hanya pengamatan pribadi untuk meyakinkan diri bahwa apa yang disampaikan Bapak Anis Baswedan itu benar adanya.

Silahkan juga anda boleh mengamati di sekeliling anda. Boleh di rumah, di kampung atau di tempat kerja. Apa yang paling banyak dibuka.....wa, facebook, blog atau buku.

Selamat mengamati dan memberikan peringkat!

Lombok, 18 Maret 2021

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Tengah Semester Online

Oleh Nuraini Ahwan.


Pandemi covid 19, belum beranjak pergi dari bumi tercinta Indonesia. Dampaknya terhadap pembelajaran bagi generasi penerus bangsa ini yang masih  dilaksanakan dengan pola daring, luring atau kombinasi dari kedua pola ini. 

Bertanya jenuh? Tentu saja. Bagaimana tidak? Pandemi ini sudah mengubah pola belajar selama 1 tahun dengan segala suka dukanya. Menyeluruh di seluruh belahan bumi pertiwi, Indonesia.

Kabupaten Lombok Barat, tak luput  terkena dampak pandemi ini. Maju mundur perkembangannya. Dari zona hijau, kuning, orange dan merah silih berganti. Di masa memasuki tatanan baru yang sudah mulai disebut-sebut beberapa waktu belakangan ini, justru keadaan sepertinya tak menjadi semakin baik. Beberapa sekolah sudah mendapatkan izin pembelajaran tatap muka, kini kembali melaksanakan pembelajaran jarak jauh, belajar dari rumah.
Tak habis cerita untuk pembelajaran masa pandemi ini.

Delapan belas Maret 2020 lalu awal pelaksanaan pembelajaran dari rumah, kini tanggal 16 Maret 2021 merupakan hari ke-2 pelaksanaan penilaian tengah semester 2 tahun pelajaran 2020/2021. Bagaimana pelaksanaannya di sekolah? Saya tidak bisa bercerita banyak lewat tulisan ini karena masing-masing sekolah mempunyai teknik sendiri sesuai dengan kondisi sekolah. Ada yang menggunakan teknik daring, ada yang luring. Ada yang melaksanakan PTS dengan teknik online, ada yang menggunakan cara membagikan naskah soal. Pembagian naskah soal ada yang diantarkan ke posko,  ada juga sekolah yang mendatangkan siswa sebentar ke sekolah untuk mengambil naskah, siswa langsung pulang.

Sementara di sekolah kami, pelaksanaan penilaian tengah semester ini, dilaksanakan dengan cara online penuh. Guru-guru membuat soal dengan menggunakan aplikasi goegle formulir. Pola ini kami gunakan mengingat kekuatan sekolah kami atau daya dukung untuk pelaksanaan pola ini dinilai cukup mampu. Orang tua siswa yang tergabung dalam whatsaap grup kelas mencapai 80% memiliki handphone android. Bukan karena mereka berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas, tetapi semata-mata menganggap handphone android adalah kebutuhan pembelajaran putra-putri mereka. Sementara itu, sekolah menerapkan pula pembelajaran online pola kooperatif multilevel tanpa laba.

Daya dukung sumber daya manusia yakni guru-guru dinilai mampu melaksanakan pola ini. Kemampuan guru membuat soal di aplkikasi goegle formulir ini diperoleh pada masa awal pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ini. Jadi guru-guru tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan aplikasi ini dalam penilaian.

Lalu, bagaimana sekolah  melaksanakan monitoring , evaluasi pelaksanaan penilaian dengan cara online seperti ini? Berikut ulasan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan di sekolah kami, SDN 1 Dasan Tereng.

Sekolah Dasar Negeri 1 Dasan Tereng, melaksanakan PTS mulai hari Senin, 15 Maret 2021 dan akan berakhir sampai hari Sabtu 20 Maret 2021.  Peserta terdaftar dari kelas 1 sampai kelas 6 berjumlah 359 orang.  Dalam jadwal, PTS dilaksanakan selama 6 hari ini dimonev (monitoring dan dievaluasi) pelaksanaannya. Monev kali ini berbeda dari biasanya. Monitoring PTS secara online ini dilaksanakan sepanjang pelaksanaan. Evaluasi dilaksanakan pada hari kedua. Mengapa tidak dilaksanakan pada hari terakhir atau setelah berakhirnya kegaitan saja evaluasinya?.

Beberapa  tujuan dilaksanakannya evaluasi di awal adalah pertama, sekolah ingin mengetahui jumlah siswa yang mengikuti PTS online; kedua, mengetahui penyebab jika ada siwa yang tidak ikut serta dalam kegiatan PTS; ketiga, mengetahui pola yang diambil oleh guru dalam pelaksanaan PTS,  keempat, menemukan solusi atas permasalahan ketidakikutsertaan siswa dalam PTS, kelima, membangun perubahan atau  kepeduliaan orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya; keenam,  memastikan semua siswa dapat mengikuti PTS.

Untuk evaluasi dilaksanakan hari kedua ini melalui rapat. Kepala sekolah ingin memastikan bahwa seluruh siswa mengikuti PTS online ini. Jika ada hambatan terkait perlengkapan seperti handphone android atau kuota agar segera ditangani atau terkait hambatan lain juga agar segera di atasi sebelum PTS berlangsung lama.

Langkah Kepala sekolah dalam rapat evaluasi adalah pertama, meminta guru melaporkan hasil PTS hari pertama meliputi jumlah siswa di kelas masing-masing yang ikut PTS, mengecek sampai jam berapa siswa mengerjakan soal PTS.

Hal ini dilakukan mengingat PTS online semacam ini membutuhan handphoe android dan kuota internet. Dikhawatirkan dua komponen ini akan menjadi kendala ketidakikutsertaan siswa dalam PTS, jika ya, ini yang menjadi penyebanya, maka sekolah bisa segera mengambil langkah mengatasi permasalahan ini. Mengingat ulangan online sebelumnya, inilah kendala atau masalahnya.

Dari laporan guru diperoleh data sebagai berikut:
Kelas 1 berjumlah 58 orang, yang tidak ikut berjumlah 2 orang (Kelas A dan B)
Kelas 2 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut berjumlah 4 orang (Kelas A dan B)
Kelas 3 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut 5 orang (Kelas A dan B)
Kelas 4 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut 3 orang (Kelas A dan B)
Kelas 5 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut berjumlah 0 orang  (Kelas A dan B)
Kelas 6 berjumlah 61 orang,  yang tidak ikut berjumlah 4 orang (Kelas A dan B)

Dengan melihat jumlah siswa yang tidak ikut serta, maka sekolah meminta  guru kelas masing-masing untuk mencari penyebabnya. Ternyata guru kelas sudah mengetahui penyebabnya yakni ada siswa yang tidak bisa membuka aplikasi dan ada siswa yang tidak memiliki handphone android. Memperhatikan jumlah siswa yang tidak ikut PTS hanya beberapa orang dan lokasi rumah tidak jauh dari sekolah, maka pihak sekolah menugaskan guru, langsung turun ke lokasi siswa. Membawa handphone milik guru untuk dipinjamkan langsung pada siswa. Bagi siswa yang tidak bisa membuka aplikasi, langsung dibimbing oleh guru.
Untuk rata-rata siswa yang ditangani berjumlah 2 orang di beberapa kelas (kelas 1, 2,3 dan 4)

Sementara untuk kuota internet tidak menjadi kendala karena ada kuota intenet dari pusdatin kemendikbud.  Memang tidak  semua siswa yang beruntung mendapat kuota internet tetapi ini tidak menjadi masalah yang berarti.


Bagaimana tentang waktu pengerjaan PTS?
Waktu atau jam pelaksanaan PTS seharusnya mengikuti jadwal yang disiapkan sekolah mulai pukul 08.00 wita sampai pukul 12.30 wita. Akan tetapi ketika saya memantau pelaksanaan pada hari pertama, masih ada kelonggaran waktu yang diberikan wali kelas sampai malam hari. Alasan yang disampaikan guru atas kelonggaran waktu ini adalah handphone yang digunakan oleh siswa masih dibawa pergi bekerja oleh orang tua. Saya juga pernah menuliskan sebelumnya dalam blog tentang kepemilikan handphone untuk anak usia sekolah dasar di tempat kami. Hanya bisa dihitung dengan jari siswa yang memiliki handphone sendiri. Khusus kelas 6, dengan usia sudah sekitar 12 tahun, sebagian besar memiliki handphone sendiri.

Ada keinginan perbaikan dalam PTS ini, khusus untuk toleransi waktu. Sekolah ingin mengubah perlahan-lahan toleransi waktu ini kepada mengikuti PTS sesuai dengan waktu atau jadwal. Sekolah akan terus mengedukasi orang tua agar PTS ini bisa didikuti oleh siswa sesuai jadwal. Ini artinya orang tua akan lebih mementingkan PTS putra-putrinya dengan menyiapkan sarana. Tidak harus membelikan handphone baru, tetapi banyak cara karena di sekelilingnya, ada kakak, paman, bibi  dan keluarga besar lainnya yang kemungkinan memiliki handphone.
Evaluasi ini juga dilihat dari hasil PTS pada spliitsheet, ada siswa yang bekerja pukul 21.00 wita.

Di samping itu, toleransi waktu ini juga berdampak tidak baik terhadap sikap siswa. Siswa akan mengulur-ulur waktu. Bahkan sangat memungkinkan siswa sengaja mengulur waktu dengan melihat-lihat atau membuka soal terlebih dahulu, setahap demi setahap sembari mencari jawaban atau bertanya pada teman sekelas yang sudah bekerja lebih awal dan kebetulan rumahnya berdekatan. 

Guru yang memberikan toleransi waktu sampai larut malam bermaksud baik agar semua siswa mengikuti PTS. Berdasarkan pertimbangan kepemilikan handphone oleh siswa, tanpa mereka berpikir bahwa ini mengurangi disiplin waktu, mengurangi greget dan kepedulian ataupun perhatian orang tua serta menjebak dirinya pada pekerjaan harus siap siaga dengan handphone. Mengapa? Ya, orang tua atau siswa jika terlambat ditanggapi atau dikomentari di whatsaap, mereka akan protes pada gurunya. 

Solusi untuk masalah kepemilikan handphone android ini adalah dengan menumbuhkembangkan budaya tolong menolong dan berbagi. Menerapkan kembali pola kooperatif multilevel tanpa laba. Oleh karena itu, dalam penyusunan soal tidak perlu diberikan untuk 1 kali tanggapan. Agar siswa bisa meminjamkan handphone miliknya kepada teman sekelas dekat rumahnya. Menghindari siswa menjawab berulang-ulang, maka lemwat whatsaap grup disampaikan pemberitahuan bahwa nilai yang diambil adalah nilai dari jawaban pertama. 

Salah satu bentuk edukasi kepada orang tua lewat whatsaap grup orang tua seperti di bawah ini.

Assalamualikum wr.wb, 

Salam sehat bapak/ ibu orang tua murid dan anak-anak. 

Anak - anak yang ibu sayangi.

Mengevaluasi pelaksanaan Penilaian Tengah Semester II, ada beberapa hal yang perlu kita benahi bersama:

‌Pertama, pelaksanaan penilaian dari hari  Senin masih ada beberapa orang yang tidak mengikuti.

‌Kedua, waktu menjawab soal masih sampai malam. Terdata ada siswa yang menjawab sampai jam 21.00 atau jam 9 malam.

‌Ketiga, untuk permakluman kepada anak-anak dan orang tua, jadwal PTS dari pukul 08.00 sampai pukul 12.30 wita atau jam pelajaran sekolah. 

Keempat, untuk dimaklumi bersama bahwa ulangan secara online, akan terekam semua data anak-anak, mulai dari nama, nilai dan jam berapa anak-anak mengerjakan. 

‌Kelima, semakin bagus jika anak -anak mengerjakan soal pada waktu yang ditentukan atau jam sekolah. (Akan terlihat siapa yang mengerjakan diluar jam pelajaran, ini untuk membangun disiplin)

‌Mohon kerjasama orang tua, kakak, paman, bibi, teman yang punya handphone untuk membantu atau berbagi sebagaima branding sekolah kita. SDENSA SANTER APIK (SDN 1 Dasan Tereng, Santer Aman, Aktif, Partisipatif, Inovatif, Kreatif dan Komunikatif).

Semoga tercatat sebagai amal di dunia pendidikan anak-anak kita, adik-adik kita.

Wassalam. 

Semoga kita selalu sehat.

Kepala Sekolah


Nuraini, S.Pd

Pembina Utama Muda, IV/c

NIP. 196912311991022009

Evaluasi tidak dilaksanakan untuk mengecek kejujuran siswa menjawab soal. Karena masalah kejujuran tergantung kepada pribadi masing-masing. Terpenting adalah kita menekankan kepada siswa untuk bekerja secara jujur dan mengerjakan sesuai waktu dalam jadwal. Terlepas dari pikiran siswa dibantu orang tua, membuka buku, mencari di goegle dan lain sebagainya.

Monitoring dan evaluasi di awal ini, sangat bermanfaat untuk memastikan semua siswa dapat mengikuti kegiatan PTS. Masalah siswa yang tidak punya handphone dan atau siswa tidak bisa membuka aplikasi goegle formulir, langsung ditangani hari itu juga.  Sekolah langsung menugaskan guru berkunjung ke rumah siswa yang tidak ikut serta pada PTS hari pertama dan selanjutnya.  Protokol kesehatan tentu tetap menjadi perhatian guru yang berkunjung ke rumah siswa.

Sementara kelas 6 yang melaksanakan PTS dengan tatap muka secara online berjalan lancar. Siswa kelas 6 yang tidak membawa handphone android ke sekolah berjumlah 4 orang. Empat siswa ini diberikan pinjaman tablet oleh sekolah. Siswa tidak menyiapkan kuota internet karena sekolah memiliki wifi sendiri.






(Gambar diambil dari dokumen pridadi)


Akhirnya semua tuntas, semua permasalahan dapat diatasi. Semua siswa dapat mengikuti PTS sesuai yang direncanakan.

SDN 1 Dasan Tereng, 

Lombok Barat, 16 Maret 2021














Wednesday, March 17, 2021

Vaksin Sinovac, Untukku, Untukmu dan Untuk Kita.

Oleh Nuraini Ahwan

Selasa, 16 Maret 2021, pelaksanaan vaksin bagi tenaga pendidik dan kependidikan lingkup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat. 

Vaksinasi dilaksanakan secara bertahap mengingat jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang banyak. Untuk tahap pertama diperuntukkan bagi seluruh kepala sekolah dasar dan kepala sekolah menengah pertama. Untuk kepala sekolah di dua jenjang pendidikan ini saja berjumlah 340 orang. Kepala sekolah berasal dari 8  kecamatan yang ada di kabupaten Lombok Barat. Sementara kepala sekolah dari dua  kecamatan yakni  Lembar dan Sekotong tidak termasuk dalam daftar yang divaksin di tempat ini.

Berikut jumlah peserta dari masing-masing kecamatan: Narmada,49; Lingsar,. 32  ; Gunung  Sari 38   ; Batu Layar, 26;   Labuapi,. 28; Kediri,. 26  ; Gerung,.44   ; Kuripan,.20  dan kepala SMP berjumlah 41 orang.

Kepala sekolah sudah menunggu dari pagi hari. Terlihat antusias kepala sekolah mengikuti kegiatan ini. Ingin sehat rupanya.

Melewati beberapa proses hingga sampai pada suntik vaksin. Pertama mengambil format isian yang berisi data terdiri dari nama dan riwayat kesehatan atau penyakit yang diderita atau pernah diderita. Seperti jantung, ginjal, gula darah atau diabetes, struk dan penyakit lain yang masuk dalam kategori larangan untuk divaksin; kedua menyerahkan format tersebut ke meja dua

Selanjutnya peserta vaksin menunggu di tempat yang sudah disiapkan sambi menunggu untuk langkah selanjutnya.

Antrean peserta yang jumlahnya mencapai 340 orang tentu membutuhkan ruang tempat yang luas dan memadai mengingat protokol kesehatan harus dijaga khusus untuk jarak. Sayangnya untuk menjaga jarak tak bisa diikuti, peserta yang satu dengan yang lainnya duduk saling berdekatan. Untung saja masih memakai masker dan sesekali saya melihat peserta menggosok-gosok tangan dengan handsanitizer. 

Peserta yang begitu banyak rupanya tidak membuat sesak tempat yang disiapkan Dinas Dikbud Lobar. Pemilihan tempat menurut saya sangat tepat. Gedung budaya Jayengrana, di kecamatan Narmada, dengan kapasitas mampu menampung ribuan orang. 

Kegiatan ini rupanya juga menjadi ajang reuni kepala sekolah. Jarang ada kegiatan pertemuan seperti ini di masa pandemi. Oleh karena itu wajah sumringah kepala sekolah bisa bertemu dengan teman lama menyingkirkan rasa gelisah akan divaksin sinovac. 

Panggilan untuk peserta yang sudah mengisi formulir atau format langsung menuju meja 2. Pemeriksaan kesehatan atau screning dilakukan di meja 2 mulai dari memastikan kebenaran data yang dimiliki meliputi isian riwayat penyakit atau penyakit yang sudah dan atau sedang diderita, termasuk menanyakan nomor KTP dan nomor handphone. Petugas meja 2 juga mengecek suhu tubuh, tekanan darah dan memeriksa paru-paru jika ada keluhan dengan napas sesak.

Jika hasil bagus,...peseta vaksin melanjutkan ke meja 3. Meja 3, adalah eksekusinya. Di sini peserta vaksin disuntik vaksin pada lengan. Entah harus lengan kiri saja atau boleh lengan kanan, saya kurang tahu persis. Saya sendiri, disuntik di lengan kiri.  

Jangan takut teman -teman yang belum divaksin.  Vaksin tidak sembarang vaksin, tetapi melewati prosedur pemeriksaan. Rasanya juga tidak sakit. Lebih sakit dicubit si dia,  kok. Jarumnya juga tidak besar, lebih besar jarum yang di sinetron.

Selesai meja 3, bolehlah merasa lega. Duduk santai sambil ngobrol sesama teman yang sudah divaksin. Menyerahkan kembali format ke meja 4 sambil menunggu kartu tanda sudah divaksin dan jadwal vaksin kedua. 

Alhamdulillah..... tenaga pendidik khususnya kepala sekolah di Lombok Barat sudah divaksin. Sertifikat vaksin juga sudah keluar . 

Pemberitahuan  tentang sertifikat melalui sms dari 1199 atau buka link https://asset.pedulilindungi.id

Atau pedulilindungi.id

Semoga setelah divaksin kita tambah sehat.

Aamiin YRA.

"Perangi penyakinya, jarangan perangi orangnya"

Lombok, 16 Maret 2021


Sunday, March 7, 2021

Kopi Daring Tipis-Tipis Rumah Virus Literasi

 

Kuantitas Menulis Mengarah ke Kualitas

Oleh Nuraini Ahwan.

Hari Ahad, hari yang ditunggu untuk keluarga. Memanfaatkan satu hari dalam sepekan untuk bersama keluarga, bisa dari pagi sampai malam. Tetapi ini bukan berarti hari Ahad tidak boleh digunakan untuk aktivitas lain. Bagi para pencinta literasi, hari Ahad pun dimanfaatkan juga untuk belajar, tentu saja dengan tidak mengganggu hari bersama keluarga. 

Ahad, 7 Maret 2021, grup RVL mengagendakan kegiatan kopdaris atau kopi daring tipis-tipis dengan anggota RVL yang berkesempatan hadir pada kegiatan ini. Grup yang digagas oleh Bapak Much Khoiri, akrab dipanggil dengan nama Mr. Emcho mempercayakan Ibu Milla Efendi sebagai moderator untuk memandu acara.

Di bawah moderator cantik dan penuh tanggung jawab ini, acara berjalan lancar. Dengan santunnya, Bu Milla mempersilahkan Mr. Emcho untuk menyampaikan materi tentang plagiasi dilanjutkan dengan pembahasan rencana pembuatan buku antologi.

Peserta kopdaris pertama RVL mempertemukan anggota secara langsung meskipun hanya lewat dunia maya. Peserta yang satu dengan yang lain bisa saling kenal wajah, saling sapa dan saling melempar senyum. Aura semangat tampak dari senyum di wajah semua peserta. 

Sebelum sampai kepada pemaparan materi utama, Mr Emcho memberikan apresiasi kepada grup RVL dengan istilah grup paling manis, yang tak pernah sepi dengan postingan tulisan dari para anggota. Dengan beragam jenis tulisan. Saling komentari antar sesama anggota membuat grup semakin hidup.

Tak jarang, Mr. Emcho memberikan masukan secara obyektif terhadap tulisan para anggota melalui whatsaap pribadi. Ini dilakukan karena anggota grup RVL adalah satu keluarga. Untuk masukan dengan cara seperti ini secara pribadi, saya sangat menyukainya. Saya adalah salah satu peserta yang mendapat pencerahan melalui jalur whatsaap pribadi.

Rutinitas anggota memposting tulisan juga mendapat apresiasi dari Mr. Emcho. Semakin sering menulis atau semakin banyak tulisan, maka kualitas tulisan akan mengikuti "kuantitas tulisan mengarah pada kualitas"
Tidak sulit untuk menyimpan tulisan. Blog adalah alat perekam ajaib yang digunakan sebagai tempat menabung tulisan. 



Mr. Emcho sebagai penggagas grup ini berharap anggota grup menjadi penyebar virus literasi. Andai saja satu orang anggota grup membangun grup baru di wilayahnya maka virus literasi ini akan cepat menyebar ke banyak orang. Ini akan menjadi jariah berantai. Harapan mulia dari seorang pencinta literasi.

Materi yang disampaikan Mr. Emcho sangat menarik yakni tentang plagiasi. Saya baru mengetahui bahwa plagiasi itu tidak hanya karena menggunakan pendapat orang lain, atau karya orang lain atas nama kita tetapi plagiasi juga bisa terjadi karena menggunakan karya sendiri yang sudah dipublish untuk tulisan yang baru tanpa mengutip sumbernya.  Plagiat dari karya diri sendiri ini disebut dengan auto plagiarism

Hati-hati terhadap plagiarism dan auto plagiarism. Jangan lupa mencantumkan sumbernya jika mengutip tulisan orang lain atau tulisan sendiri yang sudah dipublish.

Sitasi atau kutipan merupakan upaya  mencuplik atau mengutip tulisan orang lain untuk ditulis atau disampaikan kepada pembaca. Dalam hal sitasi, jangan lupa cantumkan sumbernya agar terhindar dari plagiarism dan tidak melanggar hak kekayaan intelektual atau HaKI.

Kalimat motivasi dalam pertemuan hari ini; kuantitas  tulisan , akan diikuti oleh  kualitas tulisan, menulis melintas batas, tidak hanya terbatas pada jurusan tertentu.

Lombok, 7 Maret 2021..

Foto Kegiatan Kopdaris 1, RVL






Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...