Thursday, March 18, 2021

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Tengah Semester Online

Oleh Nuraini Ahwan.


Pandemi covid 19, belum beranjak pergi dari bumi tercinta Indonesia. Dampaknya terhadap pembelajaran bagi generasi penerus bangsa ini yang masih  dilaksanakan dengan pola daring, luring atau kombinasi dari kedua pola ini. 

Bertanya jenuh? Tentu saja. Bagaimana tidak? Pandemi ini sudah mengubah pola belajar selama 1 tahun dengan segala suka dukanya. Menyeluruh di seluruh belahan bumi pertiwi, Indonesia.

Kabupaten Lombok Barat, tak luput  terkena dampak pandemi ini. Maju mundur perkembangannya. Dari zona hijau, kuning, orange dan merah silih berganti. Di masa memasuki tatanan baru yang sudah mulai disebut-sebut beberapa waktu belakangan ini, justru keadaan sepertinya tak menjadi semakin baik. Beberapa sekolah sudah mendapatkan izin pembelajaran tatap muka, kini kembali melaksanakan pembelajaran jarak jauh, belajar dari rumah.
Tak habis cerita untuk pembelajaran masa pandemi ini.

Delapan belas Maret 2020 lalu awal pelaksanaan pembelajaran dari rumah, kini tanggal 16 Maret 2021 merupakan hari ke-2 pelaksanaan penilaian tengah semester 2 tahun pelajaran 2020/2021. Bagaimana pelaksanaannya di sekolah? Saya tidak bisa bercerita banyak lewat tulisan ini karena masing-masing sekolah mempunyai teknik sendiri sesuai dengan kondisi sekolah. Ada yang menggunakan teknik daring, ada yang luring. Ada yang melaksanakan PTS dengan teknik online, ada yang menggunakan cara membagikan naskah soal. Pembagian naskah soal ada yang diantarkan ke posko,  ada juga sekolah yang mendatangkan siswa sebentar ke sekolah untuk mengambil naskah, siswa langsung pulang.

Sementara di sekolah kami, pelaksanaan penilaian tengah semester ini, dilaksanakan dengan cara online penuh. Guru-guru membuat soal dengan menggunakan aplikasi goegle formulir. Pola ini kami gunakan mengingat kekuatan sekolah kami atau daya dukung untuk pelaksanaan pola ini dinilai cukup mampu. Orang tua siswa yang tergabung dalam whatsaap grup kelas mencapai 80% memiliki handphone android. Bukan karena mereka berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas, tetapi semata-mata menganggap handphone android adalah kebutuhan pembelajaran putra-putri mereka. Sementara itu, sekolah menerapkan pula pembelajaran online pola kooperatif multilevel tanpa laba.

Daya dukung sumber daya manusia yakni guru-guru dinilai mampu melaksanakan pola ini. Kemampuan guru membuat soal di aplkikasi goegle formulir ini diperoleh pada masa awal pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ini. Jadi guru-guru tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan aplikasi ini dalam penilaian.

Lalu, bagaimana sekolah  melaksanakan monitoring , evaluasi pelaksanaan penilaian dengan cara online seperti ini? Berikut ulasan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan di sekolah kami, SDN 1 Dasan Tereng.

Sekolah Dasar Negeri 1 Dasan Tereng, melaksanakan PTS mulai hari Senin, 15 Maret 2021 dan akan berakhir sampai hari Sabtu 20 Maret 2021.  Peserta terdaftar dari kelas 1 sampai kelas 6 berjumlah 359 orang.  Dalam jadwal, PTS dilaksanakan selama 6 hari ini dimonev (monitoring dan dievaluasi) pelaksanaannya. Monev kali ini berbeda dari biasanya. Monitoring PTS secara online ini dilaksanakan sepanjang pelaksanaan. Evaluasi dilaksanakan pada hari kedua. Mengapa tidak dilaksanakan pada hari terakhir atau setelah berakhirnya kegaitan saja evaluasinya?.

Beberapa  tujuan dilaksanakannya evaluasi di awal adalah pertama, sekolah ingin mengetahui jumlah siswa yang mengikuti PTS online; kedua, mengetahui penyebab jika ada siwa yang tidak ikut serta dalam kegiatan PTS; ketiga, mengetahui pola yang diambil oleh guru dalam pelaksanaan PTS,  keempat, menemukan solusi atas permasalahan ketidakikutsertaan siswa dalam PTS, kelima, membangun perubahan atau  kepeduliaan orang tua terhadap pendidikan putra-putrinya; keenam,  memastikan semua siswa dapat mengikuti PTS.

Untuk evaluasi dilaksanakan hari kedua ini melalui rapat. Kepala sekolah ingin memastikan bahwa seluruh siswa mengikuti PTS online ini. Jika ada hambatan terkait perlengkapan seperti handphone android atau kuota agar segera ditangani atau terkait hambatan lain juga agar segera di atasi sebelum PTS berlangsung lama.

Langkah Kepala sekolah dalam rapat evaluasi adalah pertama, meminta guru melaporkan hasil PTS hari pertama meliputi jumlah siswa di kelas masing-masing yang ikut PTS, mengecek sampai jam berapa siswa mengerjakan soal PTS.

Hal ini dilakukan mengingat PTS online semacam ini membutuhan handphoe android dan kuota internet. Dikhawatirkan dua komponen ini akan menjadi kendala ketidakikutsertaan siswa dalam PTS, jika ya, ini yang menjadi penyebanya, maka sekolah bisa segera mengambil langkah mengatasi permasalahan ini. Mengingat ulangan online sebelumnya, inilah kendala atau masalahnya.

Dari laporan guru diperoleh data sebagai berikut:
Kelas 1 berjumlah 58 orang, yang tidak ikut berjumlah 2 orang (Kelas A dan B)
Kelas 2 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut berjumlah 4 orang (Kelas A dan B)
Kelas 3 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut 5 orang (Kelas A dan B)
Kelas 4 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut 3 orang (Kelas A dan B)
Kelas 5 berjumlah 60 orang, yang tidak ikut berjumlah 0 orang  (Kelas A dan B)
Kelas 6 berjumlah 61 orang,  yang tidak ikut berjumlah 4 orang (Kelas A dan B)

Dengan melihat jumlah siswa yang tidak ikut serta, maka sekolah meminta  guru kelas masing-masing untuk mencari penyebabnya. Ternyata guru kelas sudah mengetahui penyebabnya yakni ada siswa yang tidak bisa membuka aplikasi dan ada siswa yang tidak memiliki handphone android. Memperhatikan jumlah siswa yang tidak ikut PTS hanya beberapa orang dan lokasi rumah tidak jauh dari sekolah, maka pihak sekolah menugaskan guru, langsung turun ke lokasi siswa. Membawa handphone milik guru untuk dipinjamkan langsung pada siswa. Bagi siswa yang tidak bisa membuka aplikasi, langsung dibimbing oleh guru.
Untuk rata-rata siswa yang ditangani berjumlah 2 orang di beberapa kelas (kelas 1, 2,3 dan 4)

Sementara untuk kuota internet tidak menjadi kendala karena ada kuota intenet dari pusdatin kemendikbud.  Memang tidak  semua siswa yang beruntung mendapat kuota internet tetapi ini tidak menjadi masalah yang berarti.


Bagaimana tentang waktu pengerjaan PTS?
Waktu atau jam pelaksanaan PTS seharusnya mengikuti jadwal yang disiapkan sekolah mulai pukul 08.00 wita sampai pukul 12.30 wita. Akan tetapi ketika saya memantau pelaksanaan pada hari pertama, masih ada kelonggaran waktu yang diberikan wali kelas sampai malam hari. Alasan yang disampaikan guru atas kelonggaran waktu ini adalah handphone yang digunakan oleh siswa masih dibawa pergi bekerja oleh orang tua. Saya juga pernah menuliskan sebelumnya dalam blog tentang kepemilikan handphone untuk anak usia sekolah dasar di tempat kami. Hanya bisa dihitung dengan jari siswa yang memiliki handphone sendiri. Khusus kelas 6, dengan usia sudah sekitar 12 tahun, sebagian besar memiliki handphone sendiri.

Ada keinginan perbaikan dalam PTS ini, khusus untuk toleransi waktu. Sekolah ingin mengubah perlahan-lahan toleransi waktu ini kepada mengikuti PTS sesuai dengan waktu atau jadwal. Sekolah akan terus mengedukasi orang tua agar PTS ini bisa didikuti oleh siswa sesuai jadwal. Ini artinya orang tua akan lebih mementingkan PTS putra-putrinya dengan menyiapkan sarana. Tidak harus membelikan handphone baru, tetapi banyak cara karena di sekelilingnya, ada kakak, paman, bibi  dan keluarga besar lainnya yang kemungkinan memiliki handphone.
Evaluasi ini juga dilihat dari hasil PTS pada spliitsheet, ada siswa yang bekerja pukul 21.00 wita.

Di samping itu, toleransi waktu ini juga berdampak tidak baik terhadap sikap siswa. Siswa akan mengulur-ulur waktu. Bahkan sangat memungkinkan siswa sengaja mengulur waktu dengan melihat-lihat atau membuka soal terlebih dahulu, setahap demi setahap sembari mencari jawaban atau bertanya pada teman sekelas yang sudah bekerja lebih awal dan kebetulan rumahnya berdekatan. 

Guru yang memberikan toleransi waktu sampai larut malam bermaksud baik agar semua siswa mengikuti PTS. Berdasarkan pertimbangan kepemilikan handphone oleh siswa, tanpa mereka berpikir bahwa ini mengurangi disiplin waktu, mengurangi greget dan kepedulian ataupun perhatian orang tua serta menjebak dirinya pada pekerjaan harus siap siaga dengan handphone. Mengapa? Ya, orang tua atau siswa jika terlambat ditanggapi atau dikomentari di whatsaap, mereka akan protes pada gurunya. 

Solusi untuk masalah kepemilikan handphone android ini adalah dengan menumbuhkembangkan budaya tolong menolong dan berbagi. Menerapkan kembali pola kooperatif multilevel tanpa laba. Oleh karena itu, dalam penyusunan soal tidak perlu diberikan untuk 1 kali tanggapan. Agar siswa bisa meminjamkan handphone miliknya kepada teman sekelas dekat rumahnya. Menghindari siswa menjawab berulang-ulang, maka lemwat whatsaap grup disampaikan pemberitahuan bahwa nilai yang diambil adalah nilai dari jawaban pertama. 

Salah satu bentuk edukasi kepada orang tua lewat whatsaap grup orang tua seperti di bawah ini.

Assalamualikum wr.wb, 

Salam sehat bapak/ ibu orang tua murid dan anak-anak. 

Anak - anak yang ibu sayangi.

Mengevaluasi pelaksanaan Penilaian Tengah Semester II, ada beberapa hal yang perlu kita benahi bersama:

‌Pertama, pelaksanaan penilaian dari hari  Senin masih ada beberapa orang yang tidak mengikuti.

‌Kedua, waktu menjawab soal masih sampai malam. Terdata ada siswa yang menjawab sampai jam 21.00 atau jam 9 malam.

‌Ketiga, untuk permakluman kepada anak-anak dan orang tua, jadwal PTS dari pukul 08.00 sampai pukul 12.30 wita atau jam pelajaran sekolah. 

Keempat, untuk dimaklumi bersama bahwa ulangan secara online, akan terekam semua data anak-anak, mulai dari nama, nilai dan jam berapa anak-anak mengerjakan. 

‌Kelima, semakin bagus jika anak -anak mengerjakan soal pada waktu yang ditentukan atau jam sekolah. (Akan terlihat siapa yang mengerjakan diluar jam pelajaran, ini untuk membangun disiplin)

‌Mohon kerjasama orang tua, kakak, paman, bibi, teman yang punya handphone untuk membantu atau berbagi sebagaima branding sekolah kita. SDENSA SANTER APIK (SDN 1 Dasan Tereng, Santer Aman, Aktif, Partisipatif, Inovatif, Kreatif dan Komunikatif).

Semoga tercatat sebagai amal di dunia pendidikan anak-anak kita, adik-adik kita.

Wassalam. 

Semoga kita selalu sehat.

Kepala Sekolah


Nuraini, S.Pd

Pembina Utama Muda, IV/c

NIP. 196912311991022009

Evaluasi tidak dilaksanakan untuk mengecek kejujuran siswa menjawab soal. Karena masalah kejujuran tergantung kepada pribadi masing-masing. Terpenting adalah kita menekankan kepada siswa untuk bekerja secara jujur dan mengerjakan sesuai waktu dalam jadwal. Terlepas dari pikiran siswa dibantu orang tua, membuka buku, mencari di goegle dan lain sebagainya.

Monitoring dan evaluasi di awal ini, sangat bermanfaat untuk memastikan semua siswa dapat mengikuti kegiatan PTS. Masalah siswa yang tidak punya handphone dan atau siswa tidak bisa membuka aplikasi goegle formulir, langsung ditangani hari itu juga.  Sekolah langsung menugaskan guru berkunjung ke rumah siswa yang tidak ikut serta pada PTS hari pertama dan selanjutnya.  Protokol kesehatan tentu tetap menjadi perhatian guru yang berkunjung ke rumah siswa.

Sementara kelas 6 yang melaksanakan PTS dengan tatap muka secara online berjalan lancar. Siswa kelas 6 yang tidak membawa handphone android ke sekolah berjumlah 4 orang. Empat siswa ini diberikan pinjaman tablet oleh sekolah. Siswa tidak menyiapkan kuota internet karena sekolah memiliki wifi sendiri.






(Gambar diambil dari dokumen pridadi)


Akhirnya semua tuntas, semua permasalahan dapat diatasi. Semua siswa dapat mengikuti PTS sesuai yang direncanakan.

SDN 1 Dasan Tereng, 

Lombok Barat, 16 Maret 2021














9 comments:

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...