Thursday, October 29, 2020

Komitmen, Konsistensi Menuju Ikon Diri

Oleh Nuraini Ahwan

Memelihara komitmen dan tetap memegang konsistensi dalam menulis membutuhkan perjuangan. Melawan segala gangguan atau godaan yang menyerang diri. Godaan rasa malas dan merasa sok sibuk setiap hari. Padahal kesibukan yang dibuat menjadi alasan tak jelas  menghasilkan kerja apa saat itu. Kadang mengeluh pada diri sendiri dengan mengatakan saya sibuk. Atau ketika ditelp oleh seseorang tak jarang pula orang tersebut bertanya sebelum melanjutkan pembicaraan dengan mengatakan, "Apakah anda sibuk hari ini?"

Itu adalah bagian dari beberapa alasan melemahnya komitmen dan konsisten dalam menulis yang mungkin bisa jadi dirasakan oleh banyak orang Jika dikaitkan dengan tulisan seorang dosen yakni Bapak Ngainun Naim dalam blog beliau, ada beberapa type malu dalam menulis, maka saat itu bolehlah seseorang menyebut diri berada dalam level atau type yang ke tiga yakni menulis saja tanpa rasa malu.  Mau tulisannya bagus, atau kurang bagus, mau dibaca orang atau tidak, ia tidak perdulikan. Pokoknya menulis saja. Jika tulisan  mau dibaca orang atau orang senang pada tulisannya, maka itu adalah bonus baginya dan bisa djadikan pemantik semangat dari penulis tersebut.

Lalu akankah type ini bisa meningkat menjadi type ke empat yakni malu jika tidak menulis? Atau menurun ke level ketiga, kedua atau ke satu. Jika komitemen dan konsisten tidak dipelihara, kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Inilah letak perjuangan komitmen dan konsistensi pada diri dalam.menulis.

Menghasilkan buku antologi merupakan jalan menuju terbitnya tulisan sendiri suatu saat nanti. Buku solo dengan seluruh isi buku merupakan tulisan atau karya sendiri mungkin  merupakan impian setiap penulis. Walaupun belum sampai kepada ikonik pribadi.

Pagi ini saya membaca tulisan  seorang dosen, penggerak literasi, editor dan penulis buku, Bapak Much Khoiri , dalam tulisan berjudul*Buku Sebagai Ikon Penulisnya* 

Inti dari tulisan beliau dapat saya kutip sebagai berikut:

"Karya ikonik adalah karya kreatif yang menjadi ikon pribadi pengarang, serta representasi diri dan karya pengarang itu secara keseluruhan.

Karya ikonik adalah karya kreatif yang menjadi ikon pribadi pengarang, serta representasi diri dan karya pengarang itu secara keseluruhan.  Tentu, semua itu akibat keajegan atau konsistensi pengarang di dalam menuangkan gagasan ke dalam tulisan.

Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bapak penggagas grup "Rumah Virus Literasi atau RVL" yang akrab dengan panggilan Mr.Emcho, bahwa karya ikonik akan menjadi ikon pribadi pengarang. Tinggal bagaimana seorang penulis terutama penulis pemula mempunya komitmen dan konsisten untuk menulis.

Menulis setiap hari tentang apa byang dilihat, dirasa, didengar, dilakukan maupun apa yang dipikiran bukan yang dipikirkan. ___Menulis setiap hari___lambat laun penulis akan menemukan ikon pribadinya.

Apalagi jika yang kita tulis adalah sesuatu yang paling kita sukai, kita kuasai, maka lama kelamaan kita atau seorang penulis akan menemukan branding dirinya sendiri. Branding diri inilah yang menjadi cikal bakal ikon penulis atau pengarang itu sendiri 

Menulis tentang apa yang kita sukai akan lebih mengalir dan lebih dinikmati. Bukan berarti seorang penulis hanya menulis satu genre tukisan saja.  Dengan terus mengasah diri sendiri secara terus menerus dan berkelnjutan, konsisten dan bagus, berlatih habis habisan setiao hari. Ikon itu lambat laun penulis akan menemukan ikon dirinya atau mungkin boleh disebut branding diri.

Dengan menulis konsisten setiap hari itulah, pengarang itu akan terbentuk dengan alamiah dan meningkat dari satu waktu ke waktu selanjutnya.  Jangan lupa, menulis itu keterampilan. Semakin sering dan konsisten dalam berpraktik dan berlatih, maka otomatis kemahiran akan diperoleh. Kemahiran yang diwujudkan dalam karya, menunjukkan keikonan karya yang dihasilkan."

Jika selama ini, seorang penulis atau sebut saja penulis pemula yang sudah menghasilkan berapa banyak buku dalam bentuk buku keroyokan atau buku antologi, maka jangan berkecil hati. Dengan terus berlatih, keberanian akan muncul untuk menerbitkan buku solo.

Kapankah akan bisa menghasilkan buku solo? Kapankah akan menghasilkan buku yang merupakan ikon diri? 

Mengambil yang terpendam dari tulisan ini adalah teruslah menulis, kuatkan komitmen, pegang konsisten diri untuk menulis. Jika diperlukan hukum diri jika tidak menulis. Buat janji pada diri sendiri bahwa hutang tulisan dibayar tulisan. Jika dalam satu hari tidak menulis maka dianggap sudah berhutang satu tulisan. 

Mr.Emcho diakhir paparan ingin  suatu saat,  akan menjadi saksi untuk kita wujudkan   "Buku adalah Ikon Penulisnya".

Semoga kelak, ketika sebuah buku dibaca orang, maka pembaca akan mengetahui bahwa buku itu adalah karya kita, tanpa melihat terlebih dahulu nama penulis di cover buku. Aamiin YRA

Lombok, 29 Oktober 2020

Judul ?

Tuesday, October 27, 2020

Jangan Pernah Berhenti, Meskipun Tak Dilirik

 Oleh Nuraini Ahwan.

Jangan pernah berhenti menulis dan berbagi lewat tulisan. Jangan pikirkan apa yang dipikirkan orang lain  tentang tulisan kita. Atau pernahkah anda menulis,  lalu berbagi tulisan itu kepada orang lain dengan berharap tulisan itu akan dibaca? Tentunya bagi seorang penulis terutana penulis pemula, hal ini sangat diharapkan. Ketika tulisan diposting atau dishare, maka tulisan itu dibaca, dikomentari bahkan diberikan masukan berupa saran perbaikan atau setidaknya tanggapan tentang tulisan itu

Untuk tidak mematahkan semangat kita dalam menulis,  janganlah terlalu berharap seperti itu atau dibaca orang menjadi tujuan utama kita dalam menuis karena itu akan bisa membuat kita merasa kecewa. 
Mengapa?
Tidak banyak yang suka membaca karena kecintaan pada literasi belum mengakar rumput dengan masyarakat sekeliling kita. Bapak Anies Baswedan, Gubernur DKI pernah menyampaikan dalam pidato beliau pada sebuah acara bahwa minat baca kita tinggi, tetapi daya baca kita masih rendah.  Secara pribadi saya membenarkan pernyataan dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesiaini.  Dilihat dari fakta di lapangan pernyataan ini benar adanya. Salah satu indikasi yang membenarkan pernyataan ini adalah  jika membaca pesan atau chatingan di whatsaap bisa berjam-jam bahkan sampai gawai di tangan terasa panas. Bisa jadi pindah tempat dari satu tempat ke tenpat lain demi membaca pesan klang klung di gawai. Atau bisa jadi punggung terasa pegal dan mata perih karena membaca pesan masuk. Lalu bagaimana dengan membaca buku,  tulisan dalam blog, tulisan ilmiah lainnya atau tulisan sejnisnya? Inilah kenyataannya,  jika membaca buku yang sedikit tebal cendrung diskip atau diloncati bahkan ditutup. Jika diposting tulisan dengan genre seperti disebutkan di atas, maka cendrung dilewati akan tetapi jika diposting cerita atau video lucu dan sejenisnya, maka akan ramai komentar. 
Jadi teruslah menulis,  jangan terlalu berharap tulisan dibaca orang, tetapi jika tulisan kita disukai atau mau dibaca orang, itu adalah sebuah bonus bagi si penulis.

Lain halnya dengan komunitas menulis yang sudah barang tentu anggotanya adalah para pencinta literasi yang kesehariannya tak lepas dari baca tulis selalu menyempatkankan diri untuk membaca tulisan orang lain dan menulis setiap hari.

Bagi penulis pemula, menulislah terus, jangan berpikir dan berharap banyak kalau tulisan itu akan dibaca orang.  Tak jarang tulisan hanya dilihat judulnya lalu dikomentari dengan sepatah dua patah kata tanpa dibaca isinya. "Mantal, luar biasa dan rekan-rekan kata lainnya yang biasa kita jumpai di bawah tulisan kita sebagai bentuk komentar atau hanya diberikan simbol emoticon.

Walaupun tidak menampik, ada perasaan dan pertanyaan yang menggelitik di benak ini. Mengapa sulit sekali diajak membaca, ya.... Bukankah membaca salah satu cara memperkaya perbendaharaan kata ketika ingin menulis?
Wallahu a'lam bissawab......

Salam semangat literasi, semoga semangat literasi.menyebar, secepat menyebarnya.......

Lombok, 27 Oktober 2020


Monday, October 26, 2020

Memotivasi yang Belum Termotivasi

Oleh Nuraini Ahwan.

Screnshoot di samping saya ambil dari postingan salah satu guru dalam whatsaap grup kelas. Ini adalah pemberitahuan atau pengunuman yang disampaikan melalui whatsaap grup kelas untuk siswa yang sudah memgumpulkan tugas pada pembelajaran pola dalam jaringan.

Cara ini rupanya dimaksudkan untuk memotivasi siswa lain yang belum mengumpulkan. Apakah cara ini efektif dan tepat dilakukan?.
Mari kita simak bagaimana prosedur siswa mengumpulkan tugas pada pola pembelajaran daring dalam whatsaap grup kelas ini.
  1. Guru kelas memberikan tugas kepada siswa melalui whatsaap grup kelas
  2. Sementara, grup dikunci dan hanya mengizinkan guru kelas dan admin yang lain yang bisa mengirim pesan. Grup dikunci dimaksudkan agar siswa dan orang tua fokus pada tugas
  3. Jika ada siswa atau orang tua yang bertanya, pertanyaan bisa disampaikan melalui wa pribadi guru kelas. Selanjutnya untuk mengantisipasi ada pertanyaan serupa, guru kelas menjawab pertanyaan tersebut melalui whatsaap grup kelas.
  4. Siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas,  mengirim tugas berupa foto tugas, file tugas, video atau bentuk tagihan lainnya sesuai permintaan guru ke wa pribadi guru
  5. Pengumpulan tugas ke wa pribadi dimaksudkan untuk mencegah plagiasi tugas dari siswa yang belum mengunpulkan.
  6. Karena pengumpulan ke whatsaap pribadi, ini artinya hanya guru yang mengetahui siapa saja yang sudah mengumpulkan tugas.
Yang menjadi pertanyaan kembali, ketika tugas dikumpulkan melalui whatsaap pribadi, lalu siswa yang sudah mengumpulkan diumunkan melalui whatsaap grup, efektf dan jitukah cara ini? 

Saya mengamati beberapa grup kelas yang ada di tempat saya bertugas, SDN 1 Dasan Tereng, melakukan cara ini, mengumumkan di whatsaap grup,  siapa saja yang sudah mengumpulkan dengan mengisi list (list diisi guru).  Sejak pengumuman sebagai motivasi ini, pergerakannya lambat, sehari dua hari pertambahan jumlah siswa yang mengumpulkan tidak menunjukkan perkembangan atau kemajuan yang pesat.

Jadi apakah cara ini tepat ataukah akan memicu siswa untuk tidak mengumpulkan tugas mengingat jumlah siswa yang tidak atau belum memgumpulkan lebih banyak dari yang sudah meskipun batas waktu sudah berlalu atau habis. 

Berdasarkan kenyataan itu, perlu dipertimbangkan kembali cara tepat untuk memotivasi siswa yang belum mengumpulkan atau siswa yang cendrung pasif. 
Apa saja informasi yang tepat diposting atau dishare di whatsaap grup kelas. Apakah tugas, pengumuman, kalimat motivasi ataukah seperti yang sudah dilakukan ini? 
Pertimbangkan baik buruknya, evaluasi jika sudah dilakukan dan tak memberikan hasil yang baik, perlukah cara itu dipertahankan ataukah dicari solusi lain yang tingkat keberhasilannha dalam.memotivasi lebih besar?

Di sampaing itu, perlu juga mencari tahu penyebab paling besar atau paling dominan dari siswa yang tidak mengumpulkan tugas. Kalau sekedar kata jenuh, bosan, garing dan kata-kata lainnya sepertinya sudah umum untuk pembelajaran masa pandemi civid 19 yang sudah hampir memasuki waktu 1 tahun ini.

Ada berapa faktor yang bisa menjadi kajian:
  1. Dukungan orang tua
  2. Pendidikan orang tua
  3. Pekerjaan orang tua
  4. Tingkat ekonomi orang tua
  5. Siswa (intake, kemauan, disiplin)
  6. Lingkungan. 
Selamat berinovasi, saatnya guru banyak belajar, banyak mencoba dan banyak karya.

Lombok, 26 Oktober 2020

Sunday, October 25, 2020

Refreshing di Sela Pembelajaran Yang Kian Garing

Oleh Nuraini Ahwan.

Mengusir kejenuhan pembelajaran pola daring di masa pandemi covid 19 yang semakin garing dengan mengajak guru refreshing rupanya sangat tepat.  Refreshing bukan berarti terlepas dari kewajiban melaksanakan pembelajaran daring pada hari tersebut. Kewajiban tetaplah kewajiban yang harus dikerjakan terlebih dahulu, selanjutnya barulah melaksanakan aktivitas yang lainnya. 

Hari Rabu lalu, segenap guru dan tenaga kependidikan di sekolah kami mengadakan refreshing, pergi ke tempat pemandian yang sangat dingin. Di samping refreshing, kegiatan juga ditujukan untuk mengisi salah satu ritual suku Sasak yakni Rebo Bontong atau Rabu terakhir sebelum masuk bulan Maulid Nabi. Pada Rebo Bontong ini masyarakat suku sasak memenuhi pemandian untuk mandi, membersihkan diri sebelum masuk bulan maulid. 

Sesuai rencana kami berangkat pukul 09.00 wita dan kembali nanti pada pukul 14.00 wita agar bisa finger pada jam pulang. Kami berangkat pagi dengan maksud agar kepergian kami tidak tertunda karena kegiatan antara lain seperti kunjungan pengawas bina (bukan bermaksud tidak terima tamu lho)

Tempat pemandian yang kami kunjungi masih di sekitar kecamatan kami sehingga masih bisa dijangkau dengan sepeda motor. Meskipun tempatnya dekat sekali, tetapi tak satupun diantara kami yang pernah ke sana termasuk saya. Padahal tempat itu adalah bersebelahan dengan tempat tinggal saya (saya kurang jiwa jelajah)

Tempat itu ternyata  airnya sangat dingin dan jernih sehingga bebatuan yang ada di dalamnya sangat jelas terlihat. Airmya mengalir jernih, sedikit deras , ada bagian yang dangkal dan ada bagian yang dalam. Nuansa alam, air dingin, jernih dengan bebatuan yang sangat indah membuat kami tergoda untuk terjun ke dalamnya.

Semua tergoda, semua turun mandi berendam sampai mengigil kedinginan, termasuk teman-teman yang tidak membawa pakaian ganti iikut terjun. Saling siram, main air layaknya anak-anak dan persis seperti anak-anak. Benar-benar waktu refreshing dimanfaatkan sebaik-baiknya melupakan kepenatan dengan pembelajaran daring yang kian garing. (Tetap patuhi protokol kesehatan, namun pengunjung lain yang abai tentang ini). Semoga tidak terjadi apa-apa, mengingat tempat mandi di air mengalir juga niatan mandi bersih di bulan Sapar. Hari Rabu terakhir di bulan Sapar sebelum memasuki peringatan hari lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW. 

Pembelajaran daring memang kian hari kian menuntut kesabaran. Banyak hal yang membuat pembelajaran ini menjadi garing. Dari orang tua yang kian hari kian merasa jenuh, siswa juga ada indikasi jenuh dilihat dari keaktifannya dalam merespon tugas. Dari guru kejenuhan menanti tugas dari siswa yang menuntut waktu 24 jam dengan respon siswa yang pasif meskipun dibangkitkan dengan pembangkit voltase tinggi. 

Hanya sabar......untuk guru yang menanti tugas siswa.. satu.....satu.....satu. hari ini bahkan sampai besoknya lagi.


Lombok,  25 Oktober 2020

Wednesday, October 21, 2020

Tantangan Baru Guru Desa

 Oleh Nuraini Ahwan
Tantangan baru? Sebenarnya tidak juga, bagi guru yang letak geografis tugasnya di perkotaan. Tantangan baru? Ya, bagi guru yang keseharian tugasnya di daerah pedesaan. 
Mengapa? Berikut sejumput tulisan yang berkisah tentang tantangan baru guru desa. 

Pembelajaran jarak jauh baik teknik dalam jaringan atau daring atau juga disebut online selalu penuh cerita. Jika dibandingkan dengan teknik luring atau luar jaringan atau orang juga menyebutnya ofline, maka teknik daring ini sangat sarat dengan cerita. Jika guru atau pendidik terbiasa menulis, maka cerita daring ini tak kan habis untuk ditulis. Jika dibuat menjadi buku maka guru akan menghasilkan banyak buku yang berkisah tentang pembelajaran jarak jauh teknik daring ini.

Pembelajaran dengan teknik daring memang penuh  cerita, apalagi jika daring ini dirasakan garing maka banyak hal yang harus dipikirkan untuk membuatnya menjadi tidak garing. Pembelajaran teknik ini sejatinya menuntut guru untuk mengakrabkan diri dengan dunia teknolgi. Kata mengakrabkan diri mengandung makna seorang guru harus memiliki kemampuan dalam dunia teknologi (lattop, handphone, tablet, komputer dekstop) berikut aplikasi di dunia internet.  Gagap teknologi atau gaptek pada saat menggunakan pola pembelajaran daring menjadi penyebab pelaksanaan pembelajaran menjadi  garing atau tidak menarik.

Salah satu contoh pembelajaran teknik daring yang garing adalah ketika pembelajaran teknik ini sudah berlansung lama, lalu guru tidak memvariasikan strategi pembelajarannya, seperti hanya melalui whatsaap saja. Kirim tugas ke anak- anak, dilanjutkan dengan anak anak mengerjakan tugas, kirim ke guru, komentar atau dibalas oleh guru dengan sepatah dua patah kata penyemangat atau emoticon. Lambat laun anak-anak akan bosan tak terkecuali orang tua. 

Indikasi kebosanan anak-anak terlihat dari menurunnya kedisiplinannya dalam mengirim tugas. Pelampiasan kebosanan atau kejenuhan anak-anak masih sebatas tidak mengirim tugas, tetapi tidak dengan orang tua yang mendampingi mereka belajar di rumah. Orang tua bisa menyampaikan perihak ini melalui bahasa tulis seperti chating ke whasaap pribadi guru atau kepala sekolah. Bahkan perihal ini bisa orang tua murid sampaikan dengan menghubungi kepala sekolah lewat telepon. 

Ini cerita pembelajaran daring hari ini di sekolah kami yang terletak di desa. Berawal dari chatingan wali murid ke whatsaap pribadi saya. Intinya meminta guru memvatiasikan pembelajaran antara lain dengan menggunakan video, zoom dan google classroom atau aplikasi lainnya yang sejenis. Apa ya? Sekokah desa, dengan kepemilikan handphone bukan pribadi anak melainkan orang tua dan membawanya saat kerja, orang tua yang mendampingi sebagian besar tamatan SD dengan penguasan teknologi yang sangat minim.
Apa ya,...googke classrom untuk anak usia SD kelas 1 dan 2? Jika kelas tinggi kemungkinan ini sangat besar jika dilatihkan dengan sabar.

Saya menjawab dengan bijak sehingga orang tua paham dan mengerti dengan kondisi sekolah berikut kondisi orang tua yang mendampingi putra-putrinya belajar di rumah. Berikut jawaban saya terhadap masukan orang tua yang meminta pembelajaran melalui zoom dan google clasroom..
Gih ibu, bisa lewat zoom, google classroom, tapi tidak semua anak bisa dengan aplikasi itu, kami sudah menyarankan untuk orang tua donload aplikasi zoom. Kami meminta guru kelas mendata siapa saja yang punya aplikasi zoom tetapi dalam satu kelas kalau ada 5 orang yang punya. Lagi pula bukan anak anak yang membawa handphonenya pada jam pagi. Apalagi kalau memakai google clasroom untuk ukuran sekolah kami. Ini  belum bisa dilaksanakan jika kita melihat secara rata rata kepemilikan hp. Suatu contoh untuk pengiriman tugas saja, guru guru harus menanti sampai malam bahkan sampai besok baru anak anak kumpulkan tugas. Dengan alasan hp dibawa kerja oleh orang tua. Lalu penggunaan google clasroom, perlu latihan cara penggunaannya. Guru kelas 5 sudah menggunakan google clasroom, itu saja saya me lihat masih kesulitan dsebabkan karena tidak ada pelatihan khusus kepada siswa.  Mengisi absen online saja masih perlu latihan. Jika wali murid di atas rata rata tamatan SMA,  atau hp dimiliki oleh siswa tidak dibawa kerja orang tua, mungkin besar kemungkinan akan bisa. Na...ini, pendampingnya di rumah tidak seperti itu jadi sulit.
Lalu dengan video, banyak orang tua yang meminta jangan banyak nonton  video atau membuat video atau menonton video pembelajaran , katanya orang tua menghabiskan kuota internet yang banyak. 
Kami jadi bingung bapak dan ibu. Tapi akan kami tampung usulan ini, terima kasih.

Nanti kami akan meminta orang tua mendonload aplikasi zoom dan meminta mereka mengisi list siapa saja yang sudah donload aplikasi zoom dan siap belajar via zoom di pagi hari gih, Semoga bisa."

Lanjutan perbincaangan saya bersama orang tua siawa:
Gih ibu, tiang bahkan menyuruh  guru  untuk bersabar, karena banyak guru yang melaporkan, dari jumlah kelas hanya berapa persen yang kirim tugas, diingatkan sampai berkali- kali tetap tetap saja tidak kirim tugas, kuota belajar sudah dapat tetapi sama saja kondisinya. Akibatnya guru-guru tidak bekerja di sekolah saja, di rumah masih menerima siswa yang kirim tugas bahkan sampai malam. Merekaf nama siswa yang kumpulkan tugas menjadi kesulitan berikut tugasnya yang tidak dikumpulkan tepat waktu. Guru di sekolah pineng (pusing). 

Satu contoh saya ingin mengecek keaktifan siswa dan orang tua sebagai bentuk pertanggungjawaban kuota belajar dengan mengirim tugas sekali saja  ke whatsaap saya ketika sudah dapat kuota belajar,  dari 180 siswa kurang lebih yang saya minta, tidak sampai 30 orang yang kirim ke nomor saya. Nah.....jika seperti ini, kita mau mengatakan apa,  bu?
Demikian juga dengan guru, sampai akhirnya saya mengatakan kepada guru," guru jangan sakit  atau marah karena anak tidak kumpulkan tugas, terima saja mana yang kirim."

Alhamdulillah kita masih bisa berbuat seperti ini, daripada tidak sama sekali.  Mari kita syukuri yang sudah dan terus kita perbaiki. Semoga harapan kita bisa terwujud bapak dan ibu, gih.

Kami bersyukur bisa melaksanakan teknik daring untuk pembelajaran masa pandemi covid 19 meskipun dengan perjuangan yang tertatih, terhempas dan melelahkan.

Masukan atau saran dari orang tua siswa tentunya akan menjadi pemantik semangat guru untuk terus belajar, mengakrabkan diri dengan teknologi, dengan internet sehingga daring tidak menjadi garing.
Masukan saran dan menjangkitnya kejenuhan pembelajaran daring yang kian garing menjadi tantangan guru desa di masa pamdemi covid 19 ini.

Masih ingatkah kita dengan pesan Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim tentang pembelajaran di masa pandemi ini? Beliau berpesan kepada guru," Ini merupakan masa yang sulit, tetapi bukan berarti pembelajaran harus membosankan. Kini saatnya guru menjadi murid, banyak bertanya, banyak coba dan banyak karya."

Artinya guru harus bisa merancang pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan bagi siswanya. Guru harus menyesuaikan model, strategi dan metode pembelajaran, memvariasikannya agar siswa tidak bosan. Ini pula yang mengisyaratkan guru harus banyak belajar. Jangan sampai google mengalahkan perannya sebagai guru meskipun pada kenyataannya peran guru tak akan mampu tergantikan oleh kecanggihan teknologi dan google.

Guru di rumah (orang tua) dan guru di sekolah menjadi garda terdepan,  bersama-sama,  memastikan bahwa siswa telah memperoleh haknya dalam pendidikan yang menyenangkan.

Lombok, 22 Oktober 2020

Tuesday, October 20, 2020

Menulis Setiap Hari, Terangkum Dalam Sebuah Buku

Oleh Nuraini Ahwan

Menulis bukanlah merupakan bakat atau keahlian melainkan merupakan kebiasaan yang dilatih secara terus menerus. Dilatih setiapa hari dengan menulis apa saja yang dilihat, didengar, dirasakan dialami dan dipikirkan. Kalau boleh saya menyebutnya dengan kalimat menulis tentang tanda -tanda di sekitar. 
Jadi, menulislah setiap hari tentang apa saja. Jangan takut salah, jangan takut tulisan jelek, atau jangan malu ketika sudah menulis, tulisan itu dibaca orang. 
Ketika menulis tak bisa selesai atau cenderung diulang-ulang, maka tulislah terus, jangan dulu dibaca, kita bisa baca keesokan harinya.
Seorang penulis dalam satu kesempatan pernah ditanya oleh seorang penulis pemula. Penulis pemula mengatakan kalau tulisannya tak bisa selesai, dicoret, diulang, ditulis, dicoret, demikian seterusnya hingga akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk menulis atau menghentikan aktivitas menulisnya. 

Dengan bijak penulis hebat itu mengatakan tulis saja terus jangan pernah membacanya. Apalagi baru selesai menulis hanya beberapa kalimat lalu dibaca, maka yakin tulisan itu tak akan selesai. Ini disebakan karena ketika baru selesai beberapa kalimat lalu dibaca, maka apa yang dipikirkan tadi akan hilang atau fokus akan terbagi. 
 

Menulislah setiap hari, simpan, kumpulkan kemudian buatlah atau terbitkan menjadi sebuah buku. Ini pula yang saya lakukan sehingga bisa terbit sebuah buku berjudul"Rahasia Menulis Ala Penulis Hebat." Buku ini ber-ISBN, dan terbit bulan September 2020. Isinya sangat memotivasi para penulis pemula agar tidak takut menggoreskan penanya, menuangkan apa yang ada dipikiran menjadi sebuah karya. 

Friday, October 9, 2020

Cerita di Balik Persiapan Masa Tatanan Baru (New Normal)

 Guruku Bak Seorang Petani

Oleh Nuraini Ahwan

Masa tatanan baru atau yang umum disebut dengan masa new normal  menjadi bahan perbincangan bahkan boleh disebut sebagai buah bibir belakangan ini. Kalau dalam deretan berita, maka isu masa tatanan baruatau new normal bisa masuk menjadi trending topik belakangan ini. Trending topik yang bertahan lama di semua kalangan dan lapisan masyarakat. Suatu masa yang ditunggu-tunggu pasca merendahnya sebaran corona virus disease 19 atau Covid 19. Tak terkecuali di jajaran pendidikan  seperti sekolah baik negeri maupun swasta bahkan sampai perguruan tinggi.

Begitu juga dengan sekolah kami, Sekolah Dasar Negeri1 Dasan Tereng, salah satu sekolah yang sangat antusias menyambut masa tatanan baru ini. Segala persiapan dilakukan mengingat masa ini merupakan masa yang juga sangat dinanti oleh wali murid dan siswa. Rupanya persiapan yang sudah kami lakukan berdasarkan instrumen fase transisi yang diturunkan oleh pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten mendapat perhatian. Ini terbukti dari ditetapkannya sekolah kami sebagai salah satu sekolah dari 4 sekolah di kabupaten yang dipersiapkan sebagai sample pelaksanaan pembelajaran tatap muka. 

Seluruh indikator dalam lembar instrumen fase taransisi  sudah kami siapkan atau lengkapi sehingga  pihak dinas pedidikan dan dinas kesehatan melakukan verifikasi terhadap kesiapan kami.

Berikut cerita pasca dilakukan verifikasi oleh dua instansi yang terhubung dengan permasalananpendidikan dan kesehatan ini.

Kami meminta izin kepada dinas pendidikan melalui kasi kesiswaan untuk melaksanakan simulasi  pembelajaran tatap muka pada masa tatatan baru nanti sesuai dengan standar operasional prosedur atau SOP yang sudah kami susun. Pihak dinas pun mengiyakan usulan kami. 

Cerita sungguh manarik,

Bagaimana keseruan pagi hari, disaat akan melakukan simulasi masa tatanan baru. Ada 4 kelas yang mendapat giliran masuk setiap hari. Empat kelas tersebut dibagi lagi menjadi 8 kelas dengan jumlah siswa per kelas adalah 50% dari jumlah siswa atau rata-rata jumlah setiap kelas adalah 15 orang. Sementara guru yang mengajar adalah guru kelas yang dipandang tepat untuk membantu dipembagian kelas tersebut. Seperti guru kelas 1 dibantu oleh guru kelas 2, guru kelas 3 dibantu oleh guru kelas 4, dan guru kelas 5 dibantu oleh guru kelas 6, demikian pun sebaliknya. Sementara jadwal kehadiran juga diatur untuk menghindari penumpukan seperti kelas1 hadir pukul 08.00 wita, kelas 4 hadir pukul 08.30 wita. atau dengan kata lain kelas pertama datang lebih awal daripada kelas kedua. 

Pagi buta, siswa sudah diantar oleh orang tuanya. Mereka tidak mengindahkan jadwal yang dishare melalui whatsaap grup. Berapa banyak orang tua yang saya stop di sepanjang perjalana,  meminta mereka untuk pulang dan kembali lagi ke sekolah sesuai jam atau waktu yang tertera pada jadwal. Saya tidak menyalahkan mereka. Saya berpikir itu wajar terjadi. Pertama, keinginan anak untuk segera bersekolah, bertemu teman, bermain bersama, berbelanja di kantin dan aktivitas-aktivitas lainnya yang merreka rindukan. Kedua faktor kejenuhan orang tua untuk mendampingi putra-putrinya di rumah, kekalutannya memainkan peran menjadi guru dan beratnya membeli kuota internet untuk pembelajaran daring. 

Sementar alasan sekolah menghadirkan sekolah lebih siang dari biasanya adalah untuk mempersiapkan sekolah yang nyaman dan aman bagi siswa dan guru. Begini aktivitas guru sebelum kehadiran anak-anak pagi hari/

  • Pertama, seluruh guru, mulai dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, baik guru yang berstatus negeri maupun swasta menyapu seluruh halaman sekolah. Halaman depan sampai halaman belakang bahkan sampai sisi jalan raya. Halaman depan sekolah yang sungguh merupakan perkerjaan berat untuk disapu. Sampah daun berserakan memenuhi muka halaman sekolah. Nyaris paving blok halaman tidak kelihatan karena ditutupi oleh sampah daun. Daun berasal dari 4 pohon mahoni yang sedang meranggas. Mahoni memang penyejuk tetapi beratnya ketika merangga dalam setahun sebanyak 2 kali  meranggas dengan 3 jenis yang berjatuhan, Ketika daunnya tua, maka daunnya yang jatuh, ketika selesai daun berjatuhan, tumbuh daun baru berikut bunganya. Tak lama berselang bunganya pun berjatuhan. Lalu bunga   bersemi tumbuh menjadi buah. Buah tua pecah dan menjatuhkan sejenis kelopak yang keras layaknya tempurung  kelapa. Itulah yang harus diselesaikan pertama kali oleh guru
  • Kedua, usai halaman bersih, guru berpindah tempat dengan tetap menyandang alat kebersihan seperti sapu. Guru harus menyapu kelas menggantikan peran siswa yang pada masa sebelum covid, siswalah yang menyapu kelas secara bergiliran.  Menyapu dari luar kelas sampai dalam kelas membuat guru pagi-pagi sudah mermadikan keringat. tak sedikit guru yang bajunya basah karena keringat.
  • Ketiga, untuk amannya siswa dari covid 19, masing-masing guru sudah disiapkan seprotan disinfektan ukuran 2 liter oleh sekolah agar bisa menyemprot kelasnya masing-masing. Jka semprotan besar, dipikul atau digendong maka guru perempuan tak bisa melakukan itu. Di samping itu sekolah tidak punya tenaga khusus untuk menyemprot, Penjaga sekolah hanya satu orang dengan sekolah yang cukup luas dan jumlah rombongan belajar 12 kelas belum termasuk perpustakaan dan lain lainnya sehingga tidak memungkinkan ia akan semprot sendiri. Jadi semua guru menyemprotkan disinfektan di kelas mereka masing-masing. Mulai dari gagang pintu, meja bangku siswa dan seluruh peralatan yang ada di dalam kelas. 
  • Keempat. guru menyambut kehadiran siswa di posisi masing-masing sesuai SOP sekolah
Cerita kegiatan yang penuh perjuangan. Pengabdiannmu tak kenal lelah, tanpa batas, tak kenal waktu dan tak pilih kasih. 
Kegiatan guru di pagi hari pada simulasi pembelajaran pada masa tatanan barurupanya akan dilaksanakan jika pihak pemda mengeluarkan izin untuk 4 sekolah yang menjadi percontohan pelaksanaan pembelajaran ini. Berharap guru tetap semangat, bersabar dan  semoga lelah bapak dan ibu guru dalah Lillah. 

Lombok, 9 Oktober 2020


Sunday, October 4, 2020

Polisi Merakyat, Dicintai Rakyat.

Oleh Nuraini Ahwan

Bripka Erwin Hadi, Babinkamtibmas  Desa Dasan Tereng kecamatan Narmada, secara tiba-tiba  hadir,  pagi 3 Oktober 2020 di SDN 1 Dasan Tereng. Kehadiran beliau di sekolah kami, merupakan kehadiran yang pertama. Mengingat beliau baru menjabat Babinkamtibmas di wilayah desa Dasan Tereng kecamatan Narmada.   Jabatan sebelumnya, beliau bertugas di Sabara Polres Kota Mataram

Kehadiran beliau disambut hangat oleh  rekan guru yang saat itu sedang berada di halaman sekolah dan sebagian lagi berada di sisi jalan raya dengan aktivitas rutin bersih-bersih sekolah. 

Saya menyebut saja nama beliau dalam tulisan ini supaya lebih akrab dengan panggilan Bripka Erwin. Semoga ini tidak menjadi kesalahan di dunia kepolisian. 

Bripka Erwin menyapa saya dengan ramah begitu beliau turun dari sepeda  motor khas yang digunakan oleh semua Babinkamtibmas. Sepeda motor yang dibagian belakang bertuliskan "POLISI." Selepas membuka helm, beliau mendekati saya yang kebetulan sedang berdiri paling dekat dengan tenpat beliau memarkirkan sepeda motornya. Lalu memperkenalkan diri dengan menyebut siapa diri beliau, tugas dan maksud kehadirannya. Sedangkan nama saya membaca pada tulisan  yang tertera di atas saku sebelah kanan. "Erwin"

Terjadi perbincangan sedikit seputar anak-anak sekolah. Tidak harus berbincang dalam ruangan dan duduk di kursi untuk perkenalan ini. Tetapi berdiri di pinggir jalan juga bisa dilakukan untuk.mengakrabkan diri. Bukan karena kami tidak sopan sebagai tuan rumah tetapi rupanya Bripka Erwin sosok polisi yang ramah, supel dan sangat memahami kesibukan kami pagi itu.

Perkenalan pun tidak panjang lebar namun perbincangan tetap berlanjut sambil melanjutkan aktivitas bersih-bersih.  Bripka Erwin, rupanya juga sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan  seperti ini di rumah sehingga nampak tidak canggung-canggung ikut bergabung bersama kami. Beliau langsung mengambil sapu yang saya pegang. Beliau menggantikan saya menyapu dan bergabung dengan teman guru lainnya. 

Wah..... pasti bahagia sekali ya, pendamping hidupnya Bripka Erwin punya pasangan rajin seperti ini  he he he.....

Tak hanya menyapu, beliau tak merasa berat ketika ikut bersama guru mengangkat sampah yang sudah numpuk dan memasukkannya ke dalam karung. Kebetulan kehadiran beliau ke sekolah dalam rangka memantau salah satu kegiatan kantor desa Dasan Tereng yakni penjemputan sampah ke semua rumah warga desa Dasan Tereng termasuk ke sekolah kami.

Penjemputan sampah rumah tangga dan sampah di sekolah dilakukan oleh pihak kantor desa setiap hari Selasa dan Jumat. Ini sudah dilakukan sejak almarhum Kepala Desa Dasan Tereng masih ada,  Bapak Dedi.  Sosok kepala desa luar biasa, membaur bersama masyarkat dan sangat dicintai warga desanya, Sehingga ketika beliau wafat beberapa bulan yang lalu, masyarakat desa Dasan Tereng merasa berduka dan seakan berkabung desa saat itu. Pengantar jenazah mengalahkan ramainya pesta rakyat. 

Bripka Erwin melanjutkan kegiatan memantau penjemputan sampah ke dusun-dusun di wilayah Dasan Tereng. Beliau pamit kepada saya. Saya mengatakan,"Silaturrahmi memperpanjang usia." Maksud ibu apa? Jawab bapak 3 orang anak ini. 

Lalu saya sedikit mengatakan, gambaranya begini. Silaturrahmi memperpanjang usia artinya seperti apa yang dilakukan oleh kepala desa Dasan Tereng. Beliau rajin silaturrahmi ke warganya, membantu warga, bekerja turun tangan saat warga bekerja. ikut bekerja saat sekolah kami bergotong royong. Cepat tanggap saat warga sakit dan banyak lagi perbuatan baik lainnya. Jadi nama baik ditinggalkan. Meskipun beliau meninggal, tetapi namanya masih dikenang dengan semua perbuatan baik yang sudah dilakukannya semasa hidup. Itu makna panjang usia menurut saya. Usia nama bukan usia umur. 

Sebulum meningggalkan sekolah, beliau juga sempat menyaksikan seorang guru yang melakukan kegiatan cuci tangan pakai sabun (CTPS) di air mengalir yang disiapkan oleh sekolah untuk jumlah yang melebihi ratio jumlah siswa seperti yang  ditetapkan oleh SKB 4 Menteri terkait protokol kesehatan covid 19. Dilanjutkan dengan beliau juga ikut melakuakn kegiatan cuci tangan di tempat yang sama .

Terima kasih Bapak Bripka Erwin Hadi, Semoga menjadi polisi yang dicintai rakyat.


Lombok, 3 Oktober 2020




Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...