Guruku Bak Seorang Petani
Oleh Nuraini Ahwan
Begitu juga dengan sekolah kami, Sekolah Dasar Negeri1 Dasan Tereng, salah satu sekolah yang sangat antusias menyambut masa tatanan baru ini. Segala persiapan dilakukan mengingat masa ini merupakan masa yang juga sangat dinanti oleh wali murid dan siswa. Rupanya persiapan yang sudah kami lakukan berdasarkan instrumen fase transisi yang diturunkan oleh pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten mendapat perhatian. Ini terbukti dari ditetapkannya sekolah kami sebagai salah satu sekolah dari 4 sekolah di kabupaten yang dipersiapkan sebagai sample pelaksanaan pembelajaran tatap muka.
Seluruh indikator dalam lembar instrumen fase taransisi sudah kami siapkan atau lengkapi sehingga pihak dinas pedidikan dan dinas kesehatan melakukan verifikasi terhadap kesiapan kami.
Berikut cerita pasca dilakukan verifikasi oleh dua instansi yang terhubung dengan permasalananpendidikan dan kesehatan ini.
Kami meminta izin kepada dinas pendidikan melalui kasi kesiswaan untuk melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka pada masa tatatan baru nanti sesuai dengan standar operasional prosedur atau SOP yang sudah kami susun. Pihak dinas pun mengiyakan usulan kami.
Cerita sungguh manarik,
Bagaimana keseruan pagi hari, disaat akan melakukan simulasi masa tatanan baru. Ada 4 kelas yang mendapat giliran masuk setiap hari. Empat kelas tersebut dibagi lagi menjadi 8 kelas dengan jumlah siswa per kelas adalah 50% dari jumlah siswa atau rata-rata jumlah setiap kelas adalah 15 orang. Sementara guru yang mengajar adalah guru kelas yang dipandang tepat untuk membantu dipembagian kelas tersebut. Seperti guru kelas 1 dibantu oleh guru kelas 2, guru kelas 3 dibantu oleh guru kelas 4, dan guru kelas 5 dibantu oleh guru kelas 6, demikian pun sebaliknya. Sementara jadwal kehadiran juga diatur untuk menghindari penumpukan seperti kelas1 hadir pukul 08.00 wita, kelas 4 hadir pukul 08.30 wita. atau dengan kata lain kelas pertama datang lebih awal daripada kelas kedua.
Pagi buta, siswa sudah diantar oleh orang tuanya. Mereka tidak mengindahkan jadwal yang dishare melalui whatsaap grup. Berapa banyak orang tua yang saya stop di sepanjang perjalana, meminta mereka untuk pulang dan kembali lagi ke sekolah sesuai jam atau waktu yang tertera pada jadwal. Saya tidak menyalahkan mereka. Saya berpikir itu wajar terjadi. Pertama, keinginan anak untuk segera bersekolah, bertemu teman, bermain bersama, berbelanja di kantin dan aktivitas-aktivitas lainnya yang merreka rindukan. Kedua faktor kejenuhan orang tua untuk mendampingi putra-putrinya di rumah, kekalutannya memainkan peran menjadi guru dan beratnya membeli kuota internet untuk pembelajaran daring.
Sementar alasan sekolah menghadirkan sekolah lebih siang dari biasanya adalah untuk mempersiapkan sekolah yang nyaman dan aman bagi siswa dan guru. Begini aktivitas guru sebelum kehadiran anak-anak pagi hari/
- Pertama, seluruh guru, mulai dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, baik guru yang berstatus negeri maupun swasta menyapu seluruh halaman sekolah. Halaman depan sampai halaman belakang bahkan sampai sisi jalan raya. Halaman depan sekolah yang sungguh merupakan perkerjaan berat untuk disapu. Sampah daun berserakan memenuhi muka halaman sekolah. Nyaris paving blok halaman tidak kelihatan karena ditutupi oleh sampah daun. Daun berasal dari 4 pohon mahoni yang sedang meranggas. Mahoni memang penyejuk tetapi beratnya ketika merangga dalam setahun sebanyak 2 kali meranggas dengan 3 jenis yang berjatuhan, Ketika daunnya tua, maka daunnya yang jatuh, ketika selesai daun berjatuhan, tumbuh daun baru berikut bunganya. Tak lama berselang bunganya pun berjatuhan. Lalu bunga bersemi tumbuh menjadi buah. Buah tua pecah dan menjatuhkan sejenis kelopak yang keras layaknya tempurung kelapa. Itulah yang harus diselesaikan pertama kali oleh guru
- Kedua, usai halaman bersih, guru berpindah tempat dengan tetap menyandang alat kebersihan seperti sapu. Guru harus menyapu kelas menggantikan peran siswa yang pada masa sebelum covid, siswalah yang menyapu kelas secara bergiliran. Menyapu dari luar kelas sampai dalam kelas membuat guru pagi-pagi sudah mermadikan keringat. tak sedikit guru yang bajunya basah karena keringat.
- Ketiga, untuk amannya siswa dari covid 19, masing-masing guru sudah disiapkan seprotan disinfektan ukuran 2 liter oleh sekolah agar bisa menyemprot kelasnya masing-masing. Jka semprotan besar, dipikul atau digendong maka guru perempuan tak bisa melakukan itu. Di samping itu sekolah tidak punya tenaga khusus untuk menyemprot, Penjaga sekolah hanya satu orang dengan sekolah yang cukup luas dan jumlah rombongan belajar 12 kelas belum termasuk perpustakaan dan lain lainnya sehingga tidak memungkinkan ia akan semprot sendiri. Jadi semua guru menyemprotkan disinfektan di kelas mereka masing-masing. Mulai dari gagang pintu, meja bangku siswa dan seluruh peralatan yang ada di dalam kelas.
- Keempat. guru menyambut kehadiran siswa di posisi masing-masing sesuai SOP sekolah
Luaaar biasa. Tetap semangat membangun Tim Sekolah yang solid, Bu Nuraini.
ReplyDeleteLuar biasa
ReplyDeleteSemoga ijinnya segera terealisasi,biar kita kena imbasnya
ReplyDelete