Sunday, May 31, 2020

Usia Bukanlah Penghalang (Daring seri 18)

Oleh Nuraini Ahwan

Judul ini saya buat, terinspirasi dari tiga orang rekan kerja saya yang sudah tidak jelita lagi. Saya menyebut kata jelita untuk memberi istilah bagi rekan guru yang berusia menjeleng 50 tahun. Jelita singkatan dari jelang lima puluh tahun. Istilah ini juga saya dapat dari rekan sesama grup menulis ketika saya mengeluarkan curahan hati tentang rasa pesimis untuk berkarya karena usia. Rekan saya menceritakan bahwa ia juga tidakjelita lagi karena akan pensiun tahun depan, tetapi tidak patah semangat untuk berkarya.

Kembali ke rekan kerja yang tidak jelita lagi, ada tiga orang rekan kerja saya yang usianya melebihi lima puluh tahun, bahkan ada satu orang, yang akan pensiun dua tahun lagi.
Beliau bertiga sosok yang patut dicontoh oleh rekan kerja saya yang lebih muda. Mereka layak menjadi contoh karena komitmen mereka dalam pelaksanaan tugas. 

Lagi lagi komitmen dengan tugas mengabaikan usia sehingga tugas menjadi perioritas utama.  Sebut saja seorang guru yang sudah mendekati usia purnatugas, menunggu dua tahun lagi . Ibu Ida Ayu Putraningsih. Usia sudah lanjut masih sigap dengan tugas. Di masa pembelajaran jarak jauh ini, membutuhkan kompetensi lebih dalam bidang teknologi.  Pembelajaran saat ini bisa jadi tantangan dan bisa jadi peluang bagi guru. Dikatakan sebagai tantangan karena mengharuskan guru untuk mengasah diri, belajar dan berinovasi terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Dikatakan peluang karena pembelajaran jarak jauh ini bisa sebagai pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru.
Ibu Dayu, begitu ia biasa dipanggil,  menyadari bahwa  saat ini teknlogi memegang peranan penting dalam pembelajaran jarak jauh. Ia menyadari pula bahwa untuk penggunaan teknolgi Bu Dayu memerlukan bantuan orang lain.  Bu Dayu tidak mau ketinggalan di saat teman lain berinovasi membuat pembelajaran jarak jauh dengan penggunaan aplikasi goolge formulir. Bu Dayu sangat aktif. Terlihat dari seberapa aktifnya mengirim tugas latihan atau ulangan secara online di whatsAap grup kelas. Ia tak kehabisan ide untuk membuat pembelajarannya lebih menarik. Ia dibantu oleh anggota keluarga dalam merancang pembelajaran dengan menggunakan aplikasi google formulir. Bisa jadi anak, ponakan atau anggota keluarga yang  lain yang membantu. 

Lain Bu Dayu, lain pula Bu Ning. Sama sama berusia sudah tidak jelita lagi, namun Bu Ning juga  cocok dijadikan panutan oleh rekan kerja yang lain. Ia rajin, disiplin, kerjanya tuntas dan tak pernah mau terlambat dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Usia tidak dijadikan alasan untuk lambat dalam bekerja. Pekerjaannya selalu yang terdepan.

Ketika pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini dilaksanakan, ia menyadari teknologi memiliki peranan penting untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran pola ini. Ia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan menggunakan kesempatan ini untuk belajar ketika kepala sekolah memberikan pembelajaran atau berbagi ilmu terkait teknologi. Pembelajaran yang bersentuhan dengan bagaimana merancang pembelajaran jarak jauh lebih bervariasi. Patut pula Bu Ning dijadikan panutan oleh rekan kerjanya. Menjadi inspirasi buat rekan kerjanya yang lain. Tak  pernah berhitung waktu untuk mengerjakan tugas sekolah. Bahkan seorang Ning, selalu memberikan pengertian kepada rekan-rekan kerjanya untuk bekerja cerdas, ikhlas dan tuntas.

Belum lagi Bu Ketut, seorang guru yang tidak bisa mengendarai sepeda motor sendiri. Jarak tempuh yang lumayan jauh ditempuh dengan naik ojek. Ia selalu datang paling awal di sekolah meskipun rumahnya paling jauh. Dalam pelajaran jarak jauh ini, semangatnya untuk belajar mengunakan teknologi sangat tinggi. Saat pembelajaran tentang penggunaan aplikasi zoom cloud metting untuk persiapan rapat virtual, ia kalang kabut, keluar masuk ruangan karena ia belum bisa bergabung dengan teman-temannya. Begitu sudah bisa bergabung, ia berteriak kegirangan. 
Saya tertawa saat itu, lucu bercampur senang melihat ekpresinya itu. Rekan-rekan yang lain juga ikut tertawa. Belum saja selesai kami tertawa,  Bu Ketut sudah berteriak lagi, bukan kegirangan, tetapi teriak minta tolong sambil membawa handphonenya yang belum bisa keluar suara akibat masih unmute.  Ia tidak mau  kalau ia sendiri yang belum bisa. Oleh karena itu ia ke sana-kemari minta tolong teman untuk membantunya. Sungguh saya melihat semangat yang luar biasa. Usia tidak menjadi penghalang. Mereka tidak mengatakan," saya sakit mata kalau  membuka lattop, usia saya sudah tua, biar saja yang muda belajar terus, tolong buatkan saya laporan,"
dan lain-lain lagi alasan yang sering didengar."

Suatu contoh disaat tiga guru ini diminta laporan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh oleh kepala sekolah, mereka  sudah mengerjakan hampir selesai. Begitu  laporan itu diajukan ke kepala sekolah, ternyata permintaan kepala sekolah berbeda dengan yang mereka buat. Mengingat mereka sudah usia  tidak jelita lagi, kepala sekolah menerima saja laporan itu. Mereka diam-diam memperbaiki laporan itu sesuai permintaan kepala sekolah meskipun laporannya sudah diterima.  Keesokan harinya laporan sudah diperbaiki dan selesai sesuai permintaan kepla sekolah. Sungguh semangat yang luar biasa. 
Terima kasih buat rekan-rekan yang tidak menajdikan usia sebagai penghalang dalam bekerja. 


Lombok, 31 Mei 2020

Saturday, May 30, 2020

Lebaran Topat Tradisi Turun Temurun


Oleh Nuraini Ahwan.

Alhamdulillah, hari ini sudah selesai persiapan untuk menu lebaran topat (topat bahasa daerah sasak yang artinya ketupat). Disebut lebaran topat karena semua yang merayakan lebaran topat membuat ketupat sebagai hidangannya. Menu berupa ketupat dengan opor ayam, opor telur dan lauk lainnya yang cocok disajikan bersama ketupat.  Sayuran yang tidak ketinggalan melengkapi ketupat ini adalah olah -olah.

Masyarakat suku Sasak yang mendiami pulau Lombok  akan merayakan lebaran topat besok pagi 1 Juni 2020. Lebaran topat dirayakan seminggu setelah perayaan hari raya Idul Fitri. Hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H tahun ini dirayakan pada  hari Ahad lalu, 24 Mei 2020. Maka hari Ahad tanggal 8 Syawal besok pagi bertepatan dengan tanggal 31 Mei, tepat perayaan lebaran topat. Lebaran yang merupakan tradisi turun termurun.  Lebaran topat disebut juga lebaran nine (nine bahasa sasak artimya perempuan).

Ibu ibu sudah mempersiapkan makanan yang akan menjadi sajian lebaran topat. Menu lebaran topat biasanya ketupat sebagai pengganti nasi, dengan lauk berupa opor ayam, opor telur, gulai , pecel dan atau olah olah.  Atau mungkin bisa disebut gado-gado. Akan tetapi bumbu tidak dari kacang tanah.
Olah-olah merupakan campuran aneka sayuran setidaknya terdiri dari:  jantung pisang, terung bulat, taoge, kecambah, kacang panjang, pare, dan pakis. Bumbu berupa bumbu lengkap dihaluskan, digoreng  disiram santan lalu dibiarkan sampai mengental, menyerupai bumbu pecel atau gado gado.
Seluruh bahan sayuran untuk olah-olah yang  sudah direbus, dipotong pendek-pendek atau diiris tipis untuk sayuran pare dan terung bulat. Disuguhkan di piring lalu disiram dengan bumbu tadi. Selanjutnya ketupat disantap dengan olah-olah tadi atau lauk lainnya.

Makanan  yang sudah disiapkan ibu-ibu disuguhkan pada acara rowah (selamatan bersama) di masjid pagi hari. Untuk diketahui, ketupat yang disajikan tidak dipotong-potong atau diiris, melainkan hanya dibelah saja lalu ditaruh di atas piring bersama makanan lainnya yang ditata dalam sebuah nampan, ditutup dengan tudung saji (tembolak bahasa sasak). Menyantapnya dengan cara memotong sendiri dengan tangan lalu dicolet pada olah-olah atau lauk lainnya. Warga yang ikut rowah di masjid menyantap makanan bersama setelah doa selesai.
Untuk saat ini, acara rowah tidak dilaksanakan di masjid, akan dilaksanakan dilingkungan keluarga dekat saja.

Biasanya lebaran topat merupakan puncak acara setelah hari raya Idul Fitri. Acara silaturrahmi maupun acara piknik keluarga.
Tahun tahun sebelumnya, setelah rowah lebaran topat,  boleh di pastikan seluruh tempat wisata di Lombok  penuh dengan pengunjung. Jalan-jalan padat merayap.
Tetapi, mungkin tidak dengan tahun ini, jika semua masyarakat mematuhi protokol kesehatan terkait Covid 19 ini.

Lebaran topat ini,  apakah sebuah tradisi khusus suku sasak atau memang ada semacam ini di tempat lain, sebagai mana acara maleman (bakar dile jojor atau lampu jojor terbuat dari biji jarak dan kapas)  untuk menyambut Lailatul Qadar yang ada pada suku Sasak  di pulau Lombok.
Saya sendiri memaknai lebaran topat ini sebagai lebaran untuk merayakan kemenangan bagi orang-orang atau umat Islam yang sudah selesai atau berhasil menyelesaikan puasa sunat selama 6 hari setelah Idul Fitri. Dimulai dari tanggal 2 Syawal.

Sangat senang rasanya jika dapat menyiapkan ketupat lengkap dengan lauk pauknya apalagi ditambahkan sate untuk  keluarga yang sudah mampu menyelesaikan puasa syawal.
Lebaran topat kali ini terasa berbeda dengan tahun lalu. Tidak ada lagi ketopat dan olah-olah yang dibawakan adik. Biasanya adik selalu diminta ibu untuk membawakan saya ketupat dan olah olah. Ibu tahu saya tidak pernah membuat ketupat tetapi saya membuat lontong yang lebih prkatis.  Dan ibu juga tahu kalau saya tidak bisa membuat olah-olah (sudah mulai jarang kita temukan, kebanyakan pecel).

Tetapi ambil saja hikmahnya dan lebih kepada bersyukur kepada Allah SWT, telah memberikan nikmat sehat dan kesempatan bisa syawalan bersama keluarga.
Semoga bisa bertemu dengan lebarab topat tahun tahun yang akan datang. Aamiin
Selamat Lebaran Topat buat yang tinggal di pulau Lombok.

Lombok, 30 Mei 2020
Hp yang bisa dihubungi: 081805597038

Friday, May 29, 2020

Akhirnya BDR Diperpanjang Lagi (Daring Seri 17)

Bukannya Diam Di Rumah.
Oleh Nuraini ahwan.

Alhamdulillah, ijinkan saya teman -teman, di malam ini  menutup hari dengan menulis catatan yang sudah tersimpan di dalam kepala sepanjang hari. Dimulai dari pertanyaan dini hari melalui WhatsApp. Pertanyaan tentang kapan mulai masuk sekolah. Apakah tanggal 2 Juni seperti pengumuman Belajar Dari Rumah tahap 5 lalu. 

Pertanyaan disimpan dulu karena belum bisa dijawab, harus menunggu edaran pemegang kebijakan ditingkat kabupaten. Edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang kita tunggu.
Sementara hanya bisa menjawab dengan kata sabar, kepada si penanya.

Yang ada dalam pikiran saya setelah membaca pertanyaan itu adalah covid 19 ini membuat kita bekerja dari rumah dan belajar dari rumah terlama dari yang pernah kita alami. 
Saya berbicara sendiri menghitung berapa lama sudah kita bekerja dari rumah sejak 16 Maret yang lalu. Lama ya...

Tapi apa mau dikata, ini untuk kebaikan bersama. Meskipun penglihatan kita kadang tidak sesuai dengan maksud pemerintah membelajarkan anak dari rumah. Mengharapkan anak diam di rumah tapi sebaliknya yang terjadi. 

Sebutlah di belakang tempat tinggal saya, di pinggir sawah dengan padi yang saat ini baru tumbuh setinggi betis orang dewasa. Tampak hijau terhampar luas sejauh mata memandang.  Angin berhembus sejuk meskipun matahari sudah tinggi menjelang waktu zuhur. Sangat ramai situasinya walaupun di pinggir sawah.

Karena angin saat siang itu bertiup kencang,  maka dimanfaatkan oleh anak anak bermain layang layang, tidak saja hari ini. Bahkan setiap hari selama covid 19 ini. Memang masa kecil tak kan bisa terulang. Saya juga melihat mereka dari celah jendela dapur yang terbuat dari kawat sangat asyik menarik ulur benang layangan mereka. Ada yang naik di pohon jambu menunggu layangan putus. Ada yang berlari lari sepanjang pematang sawah. Ia bahkan tidak peduli tamanam padi petani rusak akibat tertimpa badan mereka ketika terpeleset.  Saya senyum-senyum sendiri. Ikut menikmati permainan mereka.  Jadi ingat saja,.ketika dulu saya mencoba memegang benang layangan yang sudah berada tinggi di awan. Lalu saya berteriak karena terasa berat dan ketika layangan mengarah ke arah bawah hendak jatuh.

Tidak hanya main layangan, mereka main sepak bola di sepanjang gang depan rumah. Bergerombol, ke sana kemari.  Main petasan juga di pinggir sawah karena kalau dalam kampung atau perumahan mereka kena marah warga. Jadi pinggir sawah pilihan mereka. Dekat tempat tinggal saya menjadi sasaran. 

Saya hanya mengelus dada, mengapa mereka masih saja berkerumun di tengah semakin melonjaknya warga positif covid 19?. Kadang saya bertanya pada diri sendiri, bagaimana kalau begini?. Apakah anak anak ini tidak bisa di larang untuk keluar rumah? Saya pernah  melarang mereka untuk berkerumun, tetapi sebentar saja nurutnya. Begitu saya tinggalkan mereka,. sebentar saja sudah kumpul lagi. 
Bagaikan buah simalakama. Mau dibuka sekolah, khawatir ada klaster baru covid 19. Diberikan belajar di rumah, tidak digunakan sesuai tujuan pemerintah. Bukannya diam di rumah, belajar di rumah. Apakah sudah jenuh dan bosan seperti yang sudah saya tuliskan di blog sebelumnya? Makanya jangan pagah (keras hati) dan jangan pengkong (tidak mau mengikuti aturan) juga seperti yang sudah saya tulis dalam blog sebelumnya juga.
Aduh.....tambah pusing mikirnya. 

Sore hari pertanyaan pagi terjawab sudah. Ada notifikasi di whatsapp, pemberitahuan ada perpanjangan belajar di rumah tahap 6 mulai tanggal 2 Juni sampai 16 Juni 2020. Kepala.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat mengeluarkan surat tentang perpanjangan masa belajar di rumah tertanggal, 29 Mei 2020 bertepatan dengan tanggal 6 Syawal 1441 Hijrah. Dengan nomor surat, 800/1009-Sekr/DISDIKBUD/2020.

Dalam surat yang ditandatangani oleh Kepala Dinas, Bapak H. Nasrun,S.Pd.,M.Pd isinya tentang:

  1. Perpanjangan masa belajar di rumah semula sampai tanggal 1 Juni 2020 diperpanjang sampai tanggal 16 Juni 2020
  2. Pelaksanaan Penilaiah Akhir Tahun tetap mengacu pada surat edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat Nomor, 800/885-Sekrt/DISDIKBUD/2020 tanggal 24 April 2020
  3. Pedoman pelaksanaan belajar di rumah tetap mengacu pada edaran Kepala Dinas sebelumnya yakni edaran nomor 800/864-Sekrt/DISDIKBUD/2020 tanggal 15 April 2020.
Saya langsung share informasi ini ke wa grup kelas. Beragam tanggapan siswa. Ada rindu, ada bosan di rumah, ada kangen, ada nanyakan gimana sekolahnya, siapa yang nyapu, kelasnya bagaimana, bunganya bagaimana dan chat lainnya yang memenuhi memori handphone.

Saya hanya membalas dengan kalimat,"Makanya, jangan keluar rumah terus, jangan berkerumun agar kita bisa cepat bertemu di sekolah."
Mereka membalas chat saya dengan emotion😭😭😭

Akhirnya, diperpanjang lagi...
Belajar dari rumah, mengajar dari rumah, bekerja dari rumah diperpanjang lagi.
Saya melanjutkan membuka wa grup guru..Saya sampaikan kegiatan untuk Belajar Dari Rumah tahap 6. Persiapkan kegiatan untuk siswa karena sudah mendekati akhir tahun atau kenaikan kelas. WFH tetap dilanjutkan, piket tetap dilaksanakan. Selamat bekerja dari rumah. Mengajar dari rumah. Katanya Om Jay, Mari  Produktif dari Rumah.

Lombok, 29 Mei 2020
https://nurainiahwan.blogspot.com.


Thursday, May 28, 2020

Pagi Menjadi Topik Tambahan, Sore Hadir (Daring seri 16)

Dibayar Tunai
Oleh Nuraini Ahwan

Pagi tadi, saya menyambangi sekolah setelah libur sejak tanggal 18 Mei yang lalu.  Bersama teman yang lain, kami membuat janji untuk ke sekolah jam 09.00 wita. Karena jamnya agak siang, masih ada waktu untuk beres-beres di rumah pagi harinya. Keasyikan dengan kerjaan di rumah, lupa melihat jam yang terpampang di dinding kamar.  Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.30 wita. Saya sedikit kalang kabut. Dengan cepat saya ambil handphone untuk menelpon teman, minta maaf terlambat datang.

Segera saya bersiap untuk sekolah. Tak sampai setengah jam saya sudah siap berangkat. Dengan motor vario warna pink, yang setia mengantar saya sekolah sejak tahun  2007 lalu, saya berangkat. Tas ransel sudah numpang di punggung. Ditutup jilbab besar, mengikuti arahan suami sebelum berangkat kemana pun. Banyak kejadian penjambretan akhir-akhir ini. Mungkinkah karena kondisi sulit ekonomi sekarang ini yang dihadapi masyarakat?
Entahlah.....

Jarak rumah dengan sekolah tidak jauh, sehingga dalam hitungan menit saja saya sudah sampai. Tujuan kami ke sekolah hari ini adalah mengumpulkan bukti fisik pembelajaran  jarak jauh dengan model daring atau dalam jaringan.  Laporan sudah selesai kami buat dari setiap kelas, hanya saja kumpulan foto dan video belum disatukan  dari seluruh kelas. 
Teman-teman ternyata sudah kumpul semua. Saya yang terakhir tiba di sekolah.

Mereka asyik berbincang melepas kangen karena lama tak bertemu langsung. Mereka lupa dengan aturan psycal distanching. Pasti tahulah, kalau tak memperhatikan aturan psycal distnaching , duduk mereka nyaris tak berjarak. Maklum, lama tidak bertemu. Pembicaraan mereka tak lepas dari masalah pandemi covid 19 yang melanda negeri. 
Seputar meningkatnya pasien covid 19 yang positif di NTB, khususnya kabupaten di mana kami berada. Lanjut kepada pertanyaan kapan kita masuk sekolah? Apakah tanggal 2 Juni 2020 kita sudah masuk bersama dengan siswa?  Jawaban yang saya berikan pada teman-teman adalah tunggu informasi berikutnya. 

Tak terasa, matahari merangkak naik, hari semakin siang. Satu persatu teman-teman menyerahkan plasdish yang berisi foto dan video kegiatan belajar jarak jauh siswa SDN 1 Dasan Tereng. Dari kelas 1 sampai kelas 6. Sempat pula kami bicarakan tentang Penilaian Akhir Semester di masa covid 19 ini. Memakai teknik daring  termasuk pada penerimaan peserta didik baru nanti secara online atau kombinasi. Kami  melanjutkan bincang-bincang seru seputar covid dan lebaran di rumah saja. 

Di tengah pembicaraan itu, saya menceritakan bahwa kemarin saya menulis di blog yang isinya antara lain tentang ketakutan saya pada si corona. Karena corona tak terlihat, seperti musuh tersembunyi. Kalau gempa saya masih bisa berlari.  Teman-teman mengiyakan dan sepakat dengan pendapat saya.  Ini yang menjadi penutup kegiatan saya di sekolah hari ini. Tanpa bersalaman kami meninggalkan sekolah bersama-sama. 

Sore hari, saya menyiapkan masakan untuk berbuka.  Ketika  sedang menggoreng tempe bacem, terdengar suara seperti gemuruh. Saya  terdiam sejenak, memperhatikan suara itu. Tiba-tiba tetangga saya berteriak,"gempa!"

Saya berlari meninggalkan dapur  memanggil anak-anak untuk keluar. Mereka lebih gesit dari saya. Mereka sudah di halaman. Saya kembali ke dapur mematikan kompor dan berusaha tidak panik.  Saya kembalikkembali dapur dan mengecek keadaan anak- anak. Khawatir mereka berlari tanpa memperhatikan sekitar. Alhamdulillah mereka aman. Gempa kali ini kekuatan 4,5 SR dengan pusat gempa di Kabupaten Lombok Barat kedalaman 5 km. Data diperoleh dari postingan teman  di whatsAap. 

Astagfirullah hal azim. Baru tadi pagi kami mengatakan ketakutan kami pada gempa tak setakut kami pada corona. Ternyata kalimat ini salah, Ya Allah. Ampuni kami. Sore hari dibayar tunai. Engkau uji keberanian kami dengan gempa. Kami salah dan khilaf Ya Allah.  Hamba Mu yang lemah ini. Hamba yang tak punya keberanian ini. 

Lombok, 28 Mei 2020
Edisi.Pengingat diri

Wednesday, May 27, 2020

Tentang Diri di Masa Bencana dan Wabah Covid 19 (Daring Seri 15)


Tentang diri, dalam  dua kisah di tahun 2018 dan tahun 2020.
Oleh Nuraini Ahwan

Tahun 2018, ketika terjadi gempa bumi Lombok dan Sumbawa, saya boleh dikatakan sosok pemberani (ukuran sendiri tanpa membandingkan dengan orang lain, atau ukuran untuk seorang wanita). Kondisi Lombok di pagi hari sunyi mencekam setelah semalaman diguncang gempa bumi tanpa henti.

Di pagi dengan kondisi seperti itu, memberanikan diri ke sekolah,  menelusuri ruang demi ruang dengan menenteng kamera layaknya seorang fotografer handal. Mengambil gambar dari sudut satu ke sudut lainnya. Sehingga terekam semuanya kondisi bangunan sekolah. Terutama yang dikhawatirkan adalah gedung bertingkat yang baru saja selesai dibangun. Tampak retakan di beberapa titik.  Beruntung sekolah tidak berada di jalur gempa.

Sebelum berangkat, anak di rumah menegur, ia mengatakan, "Murid ibu saja yang ibu perhatikan, Bagaimana kita yang di rumah kalau ada gempa?  Sekolah ibu perhatikan, lihat rumah kita saja hancur kayak gini.
Tidak sebatas itu, keberanian dipaksa oleh motivasi diri ketika melihat siswa siswi tidak ada yang berani masuk sekolah. Meskipun kondisi sudah dinyatakan aman.
Berjuang mengajak anak untuk kembali ke sekolah dengan tidak ada rasa takut. Berkeliling dari kampung yang satu ke kampung yang lain. Dari pengungsian yang satu ke pengungsian yang lain. Semua dilakukan dengan tujuan menguatkan anak, menghilangkan trauma anak terhadap kejadian gempa bumi Lombok dan Sumbawa

Tidak sekali, dua kali bahkan berkali kali mencari mereka ke pengungsian. Memberikan pengertian kepada orang tua agar putra putrinya diijinkan untuk sekolah..Ketika itu gempa tidak dipikirkan. Jika terjadi bisa berlari karena bisa dirasakan. Lain dengan si corona kita tidak bisa berlari,  karena kita tidak melihatnya dan tak merasakannya (semoga tidak)
Di depan guru, saya tampak paling berani. Ketika teman masuk kelas mengajar berapa saja siswa yang berani masuk,  ibu-ibu  guru buka sepatu, ibu guru tidak berani memakai rok, mereka memakai celana panjang. Kata mereka supaya gampang berlari kalau ada gempa.
Sayalah yang paling berani. Saya katakan pada mereka kita tidak boleh tunjukkan rasa takut kita pada anak anak. Kalau guru saja takut, bagaimana dengan anak-anak?
Wah.....saya berlagak seperti pemberani saja, padahal takutnya juga luar biasa. Seng berbunyi saya mengira gempa. Getaran mobil yang lewat juga saya kira gempa.

Tidak dengan tahun ini, ketika wabah corona virus disease 19 (covid 19) melanda negeri. 

Saya tidak memiliki keberanian lebih untuk berkunjung ke rumah siswa,  dari  kampung ke kampung asal siswa. Saya tidak memiliki kepercayaan diri lebih untuk  meminta teman guru  mengunjungi  siswa di rumahnya. Mungkin saya adalah seorang yang penakut, meskipun protokol kesehatan sudah dipatuhi.
Lagi-lagi aturan sosial distanching, psyical distancing dan aturan aturan lainnya yang saya pikirkan. lagi-lagi bayangan pasien covid dan pemakaman yang begitu ngeri yang saya pikirkan. 
Apakah ini takut yang berlebihan?
Apalagi ketika di sekitar sekolah ada yang positif covid 19, dengan suasana yang mencekam. Setiap gang ditutup dan dipasangkan portal. Ada gang yang ditutup mati dengan tulisan besar"Kampung kami, RT kami tidak terima tamu"
Meminta teman berkunjung ke rumah siswa? Lagi lagi muncul pemikiran ...jangan..jangan...
Jangan-jangan nanti kalau guru ke sana orang tua tidak terima. Jangan-jangan balik dari sana guru-guru kena juga..Lalu salah siapa?.
Salah saya yang menyuruh....?
Inilah tentang diri di saat bencana dan di saat covid 19.
Diri yang sama, rasa yang berbeda

Jadi takutnya saya,  di dua kejadian ini berbeda. Di saat bencana gempa bumi, saya masih bisa berbuat di sela -sela rasa takut, tetapi di wabah corona ini, ibarat perang dengan musuh yang tak kelihatan. Ketakutan saya melebihi ketika gempa dulu. Di masa pandemi covid 19 ini, saya tidak bisa berbuat lebih untuk tugas selain mengandalkan daring, memberdayakan yang ada,  memaksimalkan kegiatan dan meminimalisir kekurangan. Menjalin kerjasama yang lebih dengan orang tua meskipun tak bisa bertatap pandang secara langsung. Meminta wali murid/siswa untuk berbagi, tolong menolong dan gotong royong dengan wali murid/siswa yang tidak bisa mengakses pelajaran karena tidak memiliki handphone android.  Saya sebatas menggunakan  aplikasi whatshap grup kelas.

Kisah tentang diri, saya tuliskan untuk melukiskan inilah diri  ketika dihadapkan pada pilihan antara tugas dan melawan rasa takut. Antara tugas dan keselamatan baik diri maupun rekan kerja. Keselamatan diri untuk melindungi keluarga. Keselamatan diri untuk keselamatan yang lain (siswa) dengan tetap memperhatikan psycal distanching, sosial distanching, Work From Home, Teaching  From Home, Learn From Home,  Stay At Home dan sejenisnya. 

Lombok, 27 Mei 2020
Edisi Penyesalan tidak bisa berbuat lebih.
Mohon Krisan dari pembaca.

Tuesday, May 26, 2020

WhatsAap Grup Kelas Hadir Kembali. (Daring seri ke 14)

Oleh Nuraini Ahwan

Hampir dua minggu tidak rutin menengok whatsAap grup kelas sejak libur puasa dan hari  raya Idul Fitri 1441 H.  Hanya sesekali membaca chat masuk tanpa memberikan respon berupa  komentar balik. Kalaupun memberikan respon paling sebatas emotion saja.

Libur puasa  di tempat kami,  mulai tanggal 18 Mei sampai 30 Mei 2020. Jadi rentang waktu itu kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) tidak diisi dengan pembelajaran dari guru dalam bentuk tugas dan lainnya.

Kurun waktu itu, terlepas  dari rutinitas membuka whatsAap grup kelas setiap hari, setiap saat bahkan sepanjang hari..(Bapaknya anak anak bilang, "Dari terbit matahari sampai mau tidur, handphone saja yang dipelototin."). Entah ini bahasa guyon atau bahasa sindiran dari efek Bekerja Dari Rumah. Jadi, dapat istirhatlah jemari tangandari aktifitas tekan-tekan huruf di handphone atau lattop, kecuali kejar setoran tulisan di grup Rumah Virus Literasi  dan beberapa grup literasi lainnya. 

Libur membuat sedekit terlepas dari kungkungan handpone di wa grup kelas sementara, meskipun begitu,  terlepas penuh juga tidak karena kewajiban, tangggung jawab memantau kegiatan anak anak di rumah juga masih saya pikirkan. Jadi meskipun libur sesekali waktu saya chat anak-anak sekedar bilang, "Tolong dong kirim video kegiatan anak-anak di rumah, ibu kangen, ibu ingin melihat wajah kalian."
Mereka pun mengirim video kegiatan yang dilakukan di rumah atau sekedar say hello lewat pesan suara.

H-1 lebaran, kembali saya membuka whatsAap  grup kelas,  mengawali dengan ucapan selamat hari raya Idul Fitri kepada wali murid dan anak-anak diiringi permohonan maaf lahir dan batin kepada wali murid dan anak-anak atas segala salah dan khilaf selama melaksanankan tugas pembelajaran.

Saya menyampaikan permohonan maaf kepada wali murid karena yang menjadi anggota watshAap grup kelas adalah wali murid.  Mengajar di sekolah dasar,  secara umur apalagi kelas awal yakni kelas.1, 2 dan 3 secara hitungan umur masih berusia kurang lebih 10 tahun. Belum diperbolehkan memiliki handphone sendiri. Di samping itu, memiliki handphone android juga sesuatu yang wah, dengan masyarakat secara ekonomi kebanyakan golongan ekonomi menengah ke bawah. Kalaupun ada siswa yang memiliki secara pribadi, jumlahnya hanya satu dua dan di kelas 5 ,6.  Keadaan ini menyebabkan keanggotaan grup wa terdiri dari orang tua wali murid.

Kini, sehari sebelum lebaran dan , pasca lebaran kembali whatsApp grup kelas banjir dengan ucapan selamat dan saling memaafkan. Baik untuk diri orang tua sendiri maupun atas nama anak - anak mereka. Demikian juga guru mohon maaf atas nama pribadi, keluarga dan sekolah. Saling memaafkan. 

Kembali jalinan silaturrahmi secara intens dengan orang tua,  siswa dan guru setelah rehat sejenak. Belum sampai ke tanggal 30 Mei 2020, tanggal berakhirnya libur puasa dan  Idul Fitri, aktivitas sapa menyapa sudah mulai lagi. Bahkan ada di antara anggota grup menanyakan ada tugas atau tidak untuk putra putri mereka di hari ke- 2 pasca lebaran Idul Fitri.
Sabar, istirahat saja dulu, lakukan aktivitas yang bermanfaat, tetap jaga kesehatan, dan tidak keluar rumah kalau tidak untuk keperluan yang sangat penting seperti belanja kebutuhan makan, minum dan berobat. 
Selamat menanti saatnya Belajar Dari Rumah dan Mengajar Dari Rumah di mulai. Persiapkan diri sebaik-baiknya dengan semangat belajar yang baru. Semangat yang baru untuk mendampingi putra-putri belajar di rumah

Lombok,.26 Mei 2020
Blog https://nurainiahwan@gmail.com

Monday, May 25, 2020

Lebaran di Rumah Saja, di Masa Covid 19

Oleh Nuraini Ahwan

Mengukir apa yang  dilihat dan dirasakan dalam tulisan tentang suasana lebaran di era corona virus disease 19 (covid 19) agar tidak hilang begitu saja. Lebaran yang penuh penuh cerita.  Lebaran yang berbeda, Idul Fitri yang  berbeda dari tahun - tahun sebelumnya. Mungkin kita baru pertama kali mengalami lebaran seperti ini dalam sejarah hidup kita,  Sepanjang kita  diberi nikmat  hidup oleh Allah SWT. Ya....baru kali ini perayaan lebaran dan sholat Idul Fitri  yang seperti ini. Sholat Idul Fitri di rumah saja. Suasana yang sangat berbeda. Semua dirasakan berbeda. Kecuali niat sholat Idul Fitri , syarat dan rukunnya yang tidak berbeda.

Saya tuliskan apa yang saya lihat sepanjang pengamatan terhadap suasana lebaran Idul Fitri di tempat tinggal saya sebelum dan sesudahnya. 
Malam hari sebelum hari raya Idul Fitri dilaksanakan,  tidak ada kemeriahan seperti biasanya, pawai takbiran yang memenuhi jalan raya. Pawai takbiran yang mengusung miniatur masjid dengan arsitektur yang sangat indah. Lampu warna-warni yang menghiasi miniatur masjid tersebut dan menyala berkedap kedip menambah indahnya malam. 

Miniatur masjid dari setiap desa atau kelurahan di kota saya. Mereka membuat sebagus mungkin.Ini artinya setiap desa atau kelurahan ingin tampil menjadi yang terbaik. Mereka ingin miniatur masjid  merekalah yang menjadi pusat perhatian penonton yang memenuhi sepanjang sisi jalan. Ingin tampil yang terbaik membuat mereka menyiapkan jauh hari sebelumnya..

Biasanya pembuatan miniatur ini dibuat di halaman masjid dan dikerjakan secara gotong royong. Pendanaan untuk pembuatannya di peroleh dari dana urunan warga dengan memfungsikan remaja masjid sebagai penggalang dana.

Tepat di malam hari raya Idul Fitri pawai dilaksanakan. Remaja masjid dan warga desa atau kelurahan baik laki laki  maupun perempuan, tua muda mengawal miniatur masjid mereka. Berbaris rapi dengan pakaian seragam, berbusana muslim dan muslimah sehingga kelihatan sangat rapi. Mereka juga melengkapi miniatur masjid dengan pengeras suara untuk melantunkan kalimat takbir sepanjang jalan. Pelantun takbir dipilih dari warga yang memiliki suara yang merdu. 
Suara kumandang takbir menggema menambah kemeriahan dan kesyahduan malam takbir. Wujud kegembiraan akan hari kemenangan.
Tetapi tidak dengan Idul Fitri tahun ini.

Gema takbir di masjid-masjid saling bersahutan sepanjang malam hingga disambut pagi dengan gembira. Masjid - masjid dan lapangan  sejak pagi sudah dipenuhi rona gembira umat muslim dengan menyandang sajadah di pundak bagi laki-laki dan balutan mukena yang indah bagi para muslimah.
Sujud dengan sempurna, tanpa masker  penutup hidung. 
Tetapi tidak dengan Idul Fitri tahun ini.

Idul Fitri tahun ini di rumah saja..
Perasaan hati..Ada kesedihan terasa. Air mata pun tak terasa menetes. Berjamaah sholat Idul Fitri hanya berempat, bertiga bahkan mungkin berdua di rumah saja.

Baju lebaran tak lagi menjadi perhatian, baju serimbitan seperti katanya Bu Milla Efendi tak lagi banyak di gunakan. Mukena baru pun tak menjadi buruan kaum  hawa. Karena lebaran di rumah saja. 

Tak ada yang mengetuk pintu rumah mengucapkan "Assalamualaikum" untuk bertamu, bersilaturrhami. Tetapi hanya kalimat dan wajah yang terbaca dan terihat lewat layar ponsel untuk saling memaafkan. Silaturrahmi di rumah saja
Silatrurrahmi tahun ini dengan cepat melesat sampai ke keluarga,  kerabat dan sahabat lewat tiupan angin. Berharap suasana yang berbeda tak mengurangi kehidmatan pelaksanaaan sholat Idul Fitri dan kita bisa kembali kembali ke jiwa yang fitrah. 
Mohon maaf lahir dan batin apapun caranya.
Lombok, 25 Mei 2020

Saturday, May 23, 2020

LPMP NTB , Awal Terbangunnya Nyali Menulis

Oleh Nuraini Ahwan


Hari -1 pelaksanaaan hari raya idul Fitri  1441 H, di masa  covid 19, masih terdengar suara takbir di masjid-masjid.. Takbir di masjid tidak di larang, yang penting dilaksanakan oleh takmir masjid saja.
Mendengar suara takbir yang menggema dari seluruh masjid di sekitar  tempat tinggal saya, ada keharuan yang menyelimuti batin ini.  Mengingat besok pagi sholat Idul Fitri akan dilaksanakan di rumah masing-masing. Ucapan selamat dan permohonan maaf sudah mulai berdatangan melalui whatsAaap grup maupun pribadi. Saling balas, saling memaafkan.

Saya mengambil handphone untuk mengirim ucapan kepada rekan, sahabat dan kerabat (sesuai anjuran pemerintah, silaturrahmi langsung diganti dengan menggunakan hanphone). Sebelum membuka whatshap, saya membuka aku fb , karna saya melihat ada pemberitauan di handphone saya pada akun FB.

Begitu saya membuka akun Facebook, pandangan saya terhenti pada sebuah foto.. Dalam foto tersebut ada wajah saya terpampang berdiri di samping seorang hafidz cilik. Hafidz cilik tersebut adalah "Naja." Hafidz penghafal Al-Qur'an 30 juz dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di atas foto ada nama Nuraini Ahwan dengan emotion"sedang merasa bersyukur" di Aula Wijaya Kusuma LPMP. Tentunya LPMP Nusa Tenggara Barat. Tanggal tertera 23 Mei 2019 (Tahun lalu, di bulan yang sama, tanggalnya sama dengan waktu  saya menulis hari ini, 23 Mei 2020).

Kegiatan Naja di LPMP NTB saat itu adalah mengisi kegiatan peringatan  Nuzulul Qur'an keluarga besar LPMP Nusa Tenggara Barat di bawah kepemimpinan Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si. Bapak Kepala LPMP mengundang hafidz Naja di samping untuk kegiatan memperingati turunnya Al Qur'an juga menyesuaikan dengan moment kegiatan yang dilaksanakan LPMP saat itu yakni Bimtek Penyusunan Bahan Ajar ( Sama-sama terkait dengan literasi, Naja lierasi baca, kami literasi tulis).

Kala itu, saya bersama 20 teman lainnya, mengikuti kegiatan Bimtek Penulisan Bahan Ajar. Peserta  merupakan finalis dari 50 peserta yang mengikuti atau mengirim karya pada lomba  penulisan bahan ajar seri feature pasca gempa bumi Lombok dan Sumbawa.

Naskah yang dikirim oleh 20 finalis diperhalus atau dipertajam lagi setelah mendapat pembekalan dari narasumber  yang didatangkan oleh LPMP NTB. Narasumber berasal dari NTT perwakilan dari redaksi Cakrawala (Robert Fahik),Bapak Kasman dari Kantor Bahasa NTB, dari redaksi surat khabar atau koran Lombok Post, Dosen Jurusan Bahasa dan Sasrta Univeristas Muhamadyah dan satu lagi narasumber hebat dari pulau jawa.Termasuk Bapak  Kepala LPMP selaku narasumber.

Sebelum masuk kepada kegiatan pembekalan, kelas dibagi menjadi 2 kelas.. Setiap kelas diisi oleh 10 finalis..Satu persatu finalis dipanggil masuk ruangan untuk melakukan wawancara dengan 3 orang narasumber yang nantinya akan menjadi juri dalam penentuan pemenang lomba penulisan bahan ajar seri feature.gempa bumi Lombok dan Sumbawa.

Tidak ada di antara  20 finalis yang merasa saingan satu sama lainnya. Kami saling diskusi, saling bantu dan intinya sama sama belajar. Sama sama menggunakan kesempatan yang dierikan LPMP untuk belajar menulis. Belajar membangun semangat untuk menulis. Membangun Nyali untuk menulis.

Karya kami diperiksa narasumber, kami perhalus lagi sampai batas waktu yang ditentukan. LPMP menyiapkan fasilitas untuk frint di samping menyiapkan link pengiriman naskah.
Panitia kegiatan antara lain, Bapak Made Putra Astawa, Ibu Yuyun Sambodo, Ibu Baiq Haimun dan panitia-panitia lainnya sangat memberikan dukungan, melayani kami sepenuh hati. Sehingga kami pun mengikuti kegiatan tersebut dengan sungguh-sungguh sampai kami tak mendengar azan sebagai tanda waktu berbuka puasa saat itu. Berhasil disusun sebuah buku Bunga Rampai berjudul" Walau Digetar Sampai Terkapar Takkan Hilang Jiwa-Jiwa Pembelajar"

Inilah awal mula, keberanian saya untuk menulis. Di LPMP NTB kami menemukan jalan untuk kegiatan menulis kami. banyak teman yang memotivasi. Peserta yang 20 orang saling mendukung untuk terbitnya karya. Ada Ibu Hj. Erni Rohana, S.Pd., Mansur, S.Pd. Rozali Fanani, Eri Susmiati, Nuning Mulyani, Meike Widia Azmi, Ibu Hidmi Gramatolina Ramdayani ( Maaf tidak sebut gelar) dan teman lainnya yang tak saya sebutkan satu persatu. 

Berawal dari LPMP NTB inilah, saya mulai menulis sedikit demi sedkit setiap hari. Buku tunggal saya telah terbit dan orang pertama yang mengucapkan kata"Proficiat" pada saya adalah Bapak Minhajul Ngabidin, yang sekarang menjadi kepala LPMP Jogjakarta. Saya benar-benar berterima kasih kepada LPMP NTB yang telah menghargai karya saya yang biasa dengan penghargaan yang luar biasa.

Bapak Made Putra Astawa, selalu mengatakan bagus, jempol dan penghargaan  lainnya yang membuat saya selalu merasa percaya diri. 

Gara-gara teman baik (Facebook) jadi mengingat tahun lalu. Di bulan suci  ada berkah dobel yang saya terima dari LPMP NTB. Berkah rezeki ilmu, piagam, uang dan berkah bertemu dengan anak soleh"Naja. 
Tahun ini pun di bulan suci, kembali LPMP memberikan berkah dobel, Bimtek, mendapat ilmu, mendapat sertifikat dan pulsa. Memang LPMP NTB selalu peka dan mengetahui betul yang dibutuhkan oleh guru. 

Tahun 2019, Di saat guru-guru berjuang mengajak anak-anak untuk kembali ke sekolah, di saat guru-guru mempunyai kenangan pahit yang sulit dilupakan. di saat  guru-guru butuh mengekpresikan diri melalui tulisan tentang kenangan itu, maka pasca gempa bumi Lombok dan Sumbawa LPMP NTB hadir untuk mewujudkan itu. LPMP juga tidak mau kejadian itu hilang tanpa ada kenangan untuk dibaca oleh anak-cucu kelak, maka LPMP mengadakan lomba.

Kini tahun 2020, saat covid melanda, Belajar Dari Rumah dilaksanakan, disaat guru belum menemukan cara yang tepat dalam pembelajaran ini, LPMP NTB hadir dengan mengadakan Bimtek yang sesuai dengan kebutuhan pengawas, kepala sekolah dan guru. Bimtek yang dilaksanakan secara virtual. Sungguh ide brilian dan luar biasa. 
Inilah yang saya maksud dengan LPMP NTB peka dengan kebutuhan guru dan selalu terdepan. 

LPMP membuka jalan, Membangun nyali saya untuk menulis.  Sekaran  saya telah bergabung dengan beberapa grup menulis bersama peserta lainnya, Grup itu antara lain Penggiat Literasi Nusantara, Rumah Virus Literasi, Pendidik Kreatif Lombok Barat dan lain-lain. . Pasca dari LPMP, alhamdulillah saya telah menghasilkan  1 buku tunggal  cernak dan 7 buah buku antologi atau buku bersama,  disebut juga oleh grup sebagai  buku keroyokan dan 1 lagi buku siap terbit. 

Terima kasih LPMP NTB. ( Bapak Mohamad Mustari, Ph.D dan Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si. Kepala LPMP Jogjakarta sekarang)

Lombok, 23 Mei 2020.
Edisi, Mengenang Ramadan Tahun lalu di LPMP NTB.


Friday, May 22, 2020

Tips Pembelajaran Jarak Jauh Dari Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim (Daring seri 13)

Hari Kebangkitan Nasional Yang Terlewatkan.
Oleh Nuraini Ahwan

Adakah yang melupakan kalau beberapa hari yang lalu, ada hari besar nasional?  Adakah yang ikut menyaksikan peringatan  hari besar  nasional tersebut yang dilaksanakan secara virtual melalui siaran televisi dan  chanel youtube maupun aplikasi lainnya? Ataukah kita fokus pada  pemberitaan yang menjadi trend belakangan ini? Corona Virus Disease 19 (covid 19) yang sangat menakutkan ini? Atau lebaran yang sebentar lagi, baju lebaran dan kue lebaran  yang biasa menyibukkan ibu-ibu setiap menjelang lebaran. . Hingga kita lupa dengan satu hari bersejarah bagi negara kita Indonesia.  

Ya, dua hari yang lalu, tepatnya tanggal 20 Mei , hari lahirnya organisasi pemuda yaitu Budi Utomo yang diprakarsai oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Sebuah Organisasi yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan.. Hari lahir budi utomo diperingati sebagai hari kebangkitan Nasional. Hari besar nasional ini diperingati setiap tahun dengan upacara bendera. Tetapi tidak dengan tahun ini.  
Bahkan tahun ini, 20 Mei nyaris terlupakan oeh sebagian kita disebabkan oleh   pandemi yang melanda negeri. Kalau pun ada peringatan, tetapi pelaksanaannya tak seperti tahun sebelumnya. Tahun ini dilakukan dengan tetap memperhatikan prosedur kesehatan yang ditentukan. Tidak ada upacara bendera. Tidak ada kemeriahan-kemeriahan seperti karnaval dan sejenisnya. 

Demikian juga dengan yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Bapak Menteri Nadiem Anwar Makarim memberikan sambutan pada hari kebangkitan Nasional yang dapat ditonton secara langsung pada tanggal itu melalui TVRI dan atau channel  youtube Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) mengimbau satuan pendidikan semua jenjang pendidikan tidak mengadakan aktivitas peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas 2020 yang mengakibatkan berkumpulnya orang banyak pada suatu lokasi.

 "Kita tetap perhatikan anjuran Bapak Presiden untuk melakukan pembatasan sosial dan jaga jarak untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19," jelas Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ainun Na'im melalui rilis resmi (30/4). 

Lebih jauh Sekjen Kemendikbud menyampaikan memperingati dan memeriahkan Hardiknas 2020 dapat dilakukan melalui beragam kegiatan kreatif yang menjaga dan membangkitkan semangat belajar di masa darurat Covid-19. Ia menambahkan, mendorong pelibatan dan partisipasi publik dapat dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. (Kompas.com)

Bagi kita yang menjadi guru, yang lagi work from home (WFH), atau bahkan sudah masuk waktu libur puasa dan Idul Fitri, sehingga cendrung lupa hari bahkan tanggal merah pun lupa, baiknya kita menyimak tips yang diberikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Nadiem Anwar Makarim, yang biasa dipanggil dengan sebutan  Mas Menteri pada peringatan hari kebangkitan Nasional melalui TVRI dan Chanel Youtub Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Tips dari  beliau saat itu tentang Pembelajaran Jarak Jauh di masa covid-19 ini. Pesan ini berisi tentang Tips belajar di era pandemi Covid 19 ini. Tips ini diperuntukkan bagi para pendidik serta orang tua dalam menjalankan pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing. 
Bagi pembaca yang berprofesi sebagai guru, atau sebagai orang tua  yang belum atau tidak langsung menonton siaran langsung di TVRI pada tanggal 20 Mei lalu. inilah tips dari bapak Menteri Nadiem Makarim:
  1. Hindari stres, karena ini adaptasi, yang tentunya tidak mudah, penuh kebingungan dan ketidakpastian. Cara terbaik adalah belajar suatu hal yang baru adalah keluar dari zona nyaman sebagai satu-satunya cara memperbaiki diri
  2. Membagi kelas menjadi kelompok  yang lebih kecil berdasarkan kompetensi yang sama karena level kompetensi siswa berbeda-beda
  3. Mencoba based learning, dengan Belajar Dari Rumah (BDR) yang kolaborasi dalam satu grup sehingga menumbuhkan azas gotong royong. (jangan remehkan anak untuk mengatur dirinya jika memang harus saling tergantung satu sama lain)
  4. Mengalokasikan banyak waktu untuk yang tertinggal, memberikan kesempatan atau waktu yang tepat bagi orang tua untuk lebih memahami dan membantu tantangan anak-anak mereka. 
  5. Tidak ada keharusan mengejar ketuntasan kurikulum, berikan mereka bereksperimen dengan waktu, menguatkan konsep-konsep fundamental yang mendasari kemampuan murid seperti literasi, numerasi, dan pendidikan karakter.
  6. Guru-guru jangan enggan untuk saling berbagi informasi antar sesama guru mengingat kemampuan guru berbeda-beda dalam beradptasi dengan teknologi.
  7. Guru tetap menjalankan perannya sebagai pendidik dengan hati yang senang,  ini saatnya  untuk mencoba melakukan hal-hal yang dulu mungkin masih ragu. Yakinlah bahwa ini yang terbaik untuk para murid pada kondisi krisis yang tidak mudah ini
" Inilah saatnya,   guru dan orang tua berinovasi dengan melakukan banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya" Imbuh Mendikbud pada peringatan hari kebangkitan  nasional tahun ini. 

Dalam kurun 5 tahap perpanjangan waktu Belajar Dari Rumah (BDR) ini, adakah di antara Tips yang bapak Menteri sampaikan sudah kita lakukan? 
Semoga tulisan ini bermanfaat dalam pelaksanaan pembelajaran dari rumah selanjutnya. Mengingat pandemi ini belum kita tahu akan sampai kapankah akan menghantui kita. 

Lombok Barat, 22 Mei 2020
Hp. 081805597038

Thursday, May 21, 2020

Indonesia Terserah (Pagah dan Pengkong)

Pagah dan Pengkong (Keras hati dan Tak Mau Menurut)

Oleh Nuraini Ahwan

Membaca postingan di media sosial, menonton video di media sosial, media televisi dan membaca di media massa, segala perasaan berkecamuk dalam hati. Bahkan ketika melihat langsung di lingkungan sekitar tak kalah membuat hati kesal, gemas, dan kecewa. Namun ada pula peristiwa yang sangat menyentuh hati, ada rasa bangga, ada yang membuat hati sedih di masa pandemi covid 19 sekarang ini.

Postingan yang berisi curahan  hati para tenaga medis yang berdiri di garda terdepan menyelamatkan nyawa manusia membuat saya merasa besedih. Mereka rela tidak berkumpul bersama keluarga disaat orang lain bisa berbuka bersama, sholat bersama keluarga di rumah. Mereka hanya bisa melepas rindu sama keluarga hanya dengan  menatap keluarga dari layar handphone.
Rasa bangga pada tenaga medis, yang rela berkorban  untuk menyelamatkan jiwa raga orang lain tanpa berpikir tentang keselamatan jiwa ragaya sendiri

Saya menonton video mereka yang saat itu, melepas pakaian yang berapa lapis banyaknya, lalu tidur terlentang di atas aspal di jalanan sepi di daerah perkampungan. Rupanya mereka baru saja selesai pemakanan jenazah covid 19 sesuai SOP yang sudah ditetapkan. Tampak mereka terengah-engah dengan keringat mengalir di sekujur tubuhnya. Ketika diwawancara, suaranya terbata-bata karena capek. Ada rona gembira yang luar biasa ketika seragam layaknya astronot itu mereka lepaskan. Andai saja pakaian itu bisa cepat bisa dilepas seterusnya seiring dengan berlalunya civid 19, mereka pasti akam merasa bahagia yang  tak terhingga.

Postingan para pemerhati nasib para medis,  membuat saya merasa bangga dan salut atas perbuatan baik mereka. Seperti yang pernah saya tulis dalam tulisan saya yang sebelumnya. Seorang pemilik home stay"Aksara' di Mojokerto yang menjadikan home stay miliknya untuk tempat menginap bagi tenaga medis yang menangani pasien covid 19. Tidak sedikit, 20 kamar untuk penginapan dan beliau menanggung semua biaya makan minum mereka alias gratis semua. Sungguh kebaikan yang luar biasa.

Pemandangan yang membuat hati lega, ketika masyarakat mau mengikuti protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah. Keluar rumah menggunakan masker, tersedianya fasilitas umum seperti tempat cuci tangan, tidak berada di tempat keramaian, dan tidak keluar rumah kalau tidak untuk keperluan yang sangat penting (diam di rumah).

Tapi tidak semua demikian, sepanjang perjalanan yang saya lalui beberapa hari yang lalu, saya masih melihat hal yang sebaliknya terjadi. Himbauan pemerintah tidak diindahkan.  Himbauan pemerintah melalui media sosial, media massa dan himbauan langsung dari perpanjangan tangan pemerintah seakan tak didengar. Pusat pertokoan  terutama toko pakaian penuh sesak berjubal. Seakan Idul Fitri tak akan tiba jika tidak mengenakan pakaian baru. Penjaja takjil sampai tak terlihat oleh kerumunan pemburu takjil di sore hari.

Mau kita katakan mereka un education, tidak juga, mau kita katakan mereka tidak memiliki handphone Android, untuk melihat dan mencermati himbauan pemerintah,  juga belum tentu.  Mau mengatakan mereka gaptek sehingga tidak bisa mengoperasikan handphone juga tidak, mau mengatakan mereka tidak beruang juga belum tentu. Kita lihat saja, kerumunan anak muda, mereka memakai sepeda motor bagus, tidak menggunakan masker yang dengan santai duduk berkerumun, seolah tak ada bahaya yang mengancamnya. Kita lihat yang berkerumun di pusat pertokoan, mol , transmart, tentunya mereka memiliki kemampuan secara ekonomi. Tetapi tidak juga mengindahkan himbauan pemerintah.

Inilah dalam bahasa sasak disebut pagah, pengkong (keras hati, tidak mau mendengar dan menurut). Awas.... kena dengan lagu Rhoma Irama, *buta tuli*. he he.


Timbul penyesalan dan khawatir saya secara personal, akan kesia-siaan usaha yang dilakukan selama 3 bulan ini, jika masih banyak yang terus tidak mengindahkan himbauan pemerintah ini. Apakah kita akan kembali dari awal? Cukuplah waktu ini, yang terasa terlalu lama. (pendapat personal)

Ketika jemari tangan saya menggesek layar handphone turun naik, saya melihat satu postingan. Postingan itu pasti kita hafal siapa dia. Seorang berpakaian astronot memegang sebuah poster bertuliskan "Indonesia Terserah"
Apakah makna di balik kata "Indonesia Terserah?"


Menurut hemat saya, makna yang terselubung dibalik kata "Indonesia Terserah" adalah silahkan lakukan apa maumu, yang menurutmu benar, jika memang tidak mengikuti anjuran pemerintah itu benar, silahkan saja, akibatnya tanggung sendiri. Saya tidak peduli. Bukankah pemerintah sudah mengingatkan? Demikian juga sebaliknya. 

Apakah karena ungkapan kekecewaan mereka kepada pemerintah yang sepertinya tidak tegas menegakkan kebijakan atau aturan terkait protokol kesehatan yang sudah ditetapkan terkait Covid 19?  Pusat keramaian masih saja dibuka. 
Apakah kekecewaan kepada  masyarakat yang seakan tidak peduli dengan pandemi covid 19 ini? Tidak mengindahkan himbauan pemerintah alias pagah dan pengkong.

Bagaimana kalau seandainya, tenaga medis sudah tak mau lagi menangani pasien covid 19, sementara pagah, pengkong tetap saja melekat pada diri? Apa yang akan terjadi?
Mari, jangan sampai kalimat yang terpampang dalam poster ini menjadi benar adanya.Kasihan mereka juga manusia biasa, punya perasaan capek, lelah, pun punya keluarga yang menanti mereka di rumah. 
Oleh karena itu, mari patuhi himbauan   pemerintah, agar covid 19 cepat berlalu.

Terlebih saat ini, pusat pertokoan seperti mol transmart dll ditutup total sejak 20 Mei 2020 sampai waktu yang tidak ditentukan,  Pemegang kebijakan sudah tegas terhadap edaran yang dikeluarkan. Tidak perlu khawatir, yang penting ikuti aturan atau himbauan pemerintah tentang protokol kesehatan. Jangan pagah dan pengkong (keras hati, tak mau mendengar dan  tak mau menurut).  Insyaallah kita selamat.


Lombok, 21 Mei 2020.
Tulisan semata-mata pendapat personal, Jika salah mohon saran, bukan untuk dipermasalahkan.


Wednesday, May 20, 2020

Indahnya Kebersamaan Pada Tradisi Maleman.


Oleh Nuraini Ahwan

Marhaban Ya Ramadan. Bulan yang mulia. Bulan yang di tunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bulan yang penuh berkah dan ampunan.
Di luar bulan Ramadan, keluarga kecil saya, yang terdiri dari empat orang yaitu saya, suami dan 2 anak  yang sudah remaja,  melakukan aktivitas dalam keluarga sebagian besar secara sendiri. Intensitas untuk bersama sangat kecil. Mungkin karena jam pulang kerja yang berbeda. Contoh makan bersama yang mungkin sebagian besar keluarga melakukannya, tetapi tidak dengan keluarga kami.  Alasannya seperti di atas tadi. Lagi pula kalau saya mengajak untuk makan, jawaban mereka, belum lapar .Demikian juga dengan ibadah sholat, kami hanya bisa sholat berjamaah pada waktu magrib, isya dan subuh.  Itupun tidak dengan semua anggota keluarga.

Bulan Ramadan, kebersamaan sangat terasa, menumbuhkan rasa saling memperhatikan satu sama lain. Saling membantu antara ibu dan anak di dapur, saling membantu menyiapkan es kelapa muda antara suami dan anak lelaki. Menyajikan dan menata meja makan bersama antara ibu dan anak gadisnya. Bisa duduk bersama di ruang makan sambil mengobrol menanti saat berbuka, saling menawarkan makanan, saling mengambilkan makanan, saling melayani satu sama lain. Sangat menyenangkan.

Saya sangat bersyukur bisa berada atau tinggal satu daerah dengan banyak anggota keluarga lainnya. Ibu, saudara, keponakan dan cucu-cucu dari saudara.  Dengan tempat tinggal yang nyaris berdekatan, bisa terjangkau dengan perjalanan dalam hitungan  jam.
Jadi kami bisa mengadakan kegiatan buka puasa bersama.

Di malam ke 27 Ramadan tahun ini, tepatnya 19 Mei 2020,  sebuah acara  bersama yang dilakukan di kampung saya.  Namanya maleman. Maleman ini di pulau Lombok, dimulai tanggal 21 sampai malam ke 29 bulan Ramadan. Kegiatan maleman merupakan kegiatan menyalakan dile  jojor (dile atau lampu terbuat dari campuran buah jarak atau bisa dari buah jamplung dengan kapas yang ditumbuk halus, dibuat menyerupai lilin atau sate.).

Maleman diawali dengan acara  rowah (selamatan) di masjid. Semua kepala keluarga membawa dulang (sajian makanan dalam wadah nare ditutup tudung saji) untuk disantap bersama setelah diadakan doa bersama.  Begitu acara rowah selesai, bedug dimasjid dibunyikan sebagai pertanda rowah selesai dan tiba waktunya acara maleman dimulai.

Serentak seluruh warga menyalakan dile  jojor di rumah masing-masing dan menancapkannya di seluruh pojok rumah, di bawah pohon, ditempat air, didapur sehingga menerangi semua penjuru rumahnya. Katanya orang tua kami,  ini untuk menyambut Lailatul Qodar.
Moment maleman ini digunakan oleh keluarga besar untuk berbuka puasa bersama. Setelah acara maleman atau bakar dile  jojor selesai,  kami lanjutkan dengan saling berbagi dengan keluarga. Berbagi untuk anak-anak kecil. Amplop yang berisi uang kertas baru, isinya berapa saja sesuai kemampuan, tidak banyak tetapi cukup membuat anak-anak senang.

Momen seperti ini sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga kami. Momen bersama di tradisi maleman.
Saya menyebutnya tradisi karena saya kurang tahu di daerah lain acara semacam ini ada atau tidak.

Semoga kebersamaan ini akan terpelihara, tradisi maleman tetap bisa dilaksanakan,  berbagi dapat ditingkatkan. Dan covid 19 cepat berlalu dan tidak menjadi penghalang dalam kebersamaan.

Lombok Barat 20 Mei 2020
Edisi;*hilangkancoviddaripikiran.

Tuesday, May 19, 2020

Pola Pesan Berantai, Tindak Lanjut Bimtek Google Form LPMP Nusa Tenggara Barat (Daring Seri 12)

Oleh Nuraini Ahwan

Bimtek tidak akan banyak manfaatnya , jika hanya diam atau hanya menjadi milik atau konsumsi peserta bimtek saja.   Bimtek akan sangat bermanfaat jika mampu disebarkan ke banyak orang dan hasilnya langsung dipraktekkan dalam pelaksanaan tugas.  Ada pepatah mengatakan "Ilmu jika tidak diamalkan ibarat pohon yang tidak berbuah"

Harapan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada  peserta Bimbingan Teknis "Pemanfaatan Google formulir dalam Pengumpulan Data Pendidikan dan Pembelajaran Jarak Jauh"  adalah peserta memanfaatkan aplikasi ini dalam pelaksanaan tugasnya dan mampu berbagi ilmunya kepada guru di tempat masing-masing untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi corona virus disease 19 (covid 19)  ini.

Sebelum Bimtek berakhir tanggal 27 April 2020, saya sudah melaksanakan berbagi ilmu atau hasil Bimtek kepada teman-teman guru di sekolah. Bersyukur 4 orang  dari Sekolah Dasar Negeri 1 Dasan Tereng mendapat kesempatan  mengikuti kegiatan bimtek ini. Jadi untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut pun saya tidak mengalami kendala yang berarti.

Pola yang kami lakukan dalam menindaklanjuti hasil Bimtek ini adalah "Pola Pesan Berantai" menginngat  pandemi covid 19, membatasi kegiatan berkumpul melebihi jumlah yang ditentukan. Dengan pola ini,  saya  mengirim video atau materi bimtek setiap selesai vicon atau sesi tanya jawab melalui wa grup  kepada beberapa guru yang  saya amati melek teknologi (IT). Saya mengistilahkan melek IT bagi guru yang sudah bisa mengoperasikan IT meskipun sedikit dan  memiliki semangat untuk lebih berkenalan dengan dunia IT. Ada guru yang melek IT, tapi pura-pura merem karena kurang memiliki semangat. Jadi potensi guru yang melek IT inilah,  yang saya sentuh pertama meskipun lewat whatsAap grup sekolah.

Guru melek IT di sekolah kami, saya berikan kepercayaan pada pertemuan akhir pekan, hari Sabtu ketika  semua guru masuk (tetap jaga jarak) untuk memberikan pendampingan kepada guru lain yang tidak mendapat sentuhan atau bimbingan pertama. Tentunya kami berempat peserta Bimtek ikut mendampingi pada kegiatan tersebut.

 Alhmadulillah, materi yang kami dapatkan antara lain tentang pembuatan soal dengan memanfaatkan google form telah sampaii kepada guru-guru kami dan hasil berbagi ilmu yang diperoleh pada Bimtek ini sudah digunakan untuk ulangan secara online oleh siswa yang Belajar Dari Rumah (BDR). Ulangan online bersama untuk seluruh kelas.

Di samping membuat soal dengan memanfaatkan google form, guru-guru juga mengisi pemantauan pembelajaran secara online dengan mengisi instrumen yang dibuat oleh kepala sekolah. Demikian juga siswa mengisi monitoring BDR mereka secara online.

Dari tanggapan  siswa tentang mengerjakan  soal yang dibuat guru dengan  pemanfaatan google form, mereka merasa senang, seperti main game. Bisa melihat langsung nilainya sendiri
Apakah anak-anak senang mengerjakan soal secara online? Jawaban hampir 100% siswa menjawab senang.

Bahkan dalam wa grup,  tidak sedikit siswa yang bertanya kapan lagi mengerjakan soal online? Lebih asyik daripada diberikan meringkas atau menjawab soal dari buku paket apalagi harus ditulis dengan soalnya.

Saya melihat semangat guru yang tinggi mempelajari google form ini.  Karena ini salah satu cara mereka membuat BDR jadi menarik. Termasuk guru melek yang pura-pura merem tadi. Guru yang sudah bisa tetap mendampingi teman guru yang belum bisa. Tanpa merasa ada yang tinggi atau pintar pun tidak ada yang direndahkan.
 Jika ada satu orang yang bertanya kepada kami berempat, maka kami selalu berpesan ," Teruskan nanti ke yang lain ya!" Inilah letak kata kunci "Pola Pesan Berantai" Ilmu atau pengetahuan baru tidak terhenti pada satu orang, melainkan ditularkan atau disebarkan kepada teman yang lainnya.
Demikian seterusnya, sehingga berbagi  ke satu orang, maka yang satu orang tadi akan melanjutkan ke teman yang lainnya. Kami berempat: Nuraini (Kepala Sekolah), Meike Widia Azmi (Guru). Sabtu Rahman Hariadi (Guru), Firma Zakaria (Operator) tidak mengalami kendala dalam berbagi ilmu hasil Bintek ini.

Kami peserta Bintek belumlah apa apa, tetapi keterbatasan kemampuan kami dalam menyerap materi hanya  sedikit dari materi yang banyak disampaikan oleh bapak Musmuliadi selaku narasumber.  Tetapi meskipun sedikit, kami tidak  ,membiarkan ilmu itu untuk  konsumsi kami sendiri. Kami sampaikan kepada rekan kerja. "Sampaikanlah walau satu ayat"

Segenap jajaran SDN 1 Dasan Tereng mengucapkan banyak terimakasih kepada LPMP NTB, yang telah memberikan Bimtek ini kepada kami. Bimtek dengan materi yang sangat kami butuhkan saat ini.
Bapak Musmuliadi selaku narasumber dan Ibu Yuyun Sambodo selaku host, jazakumullahu khairan katsyra. Semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin YRA.

Lombok, 19 Mei 2020
Hp.081805597038

Monday, May 18, 2020

Ketika Kerabat dan Sahabat Berpulang di Masa Corona Virus Disease 19.

Oleh Nuraini Ahwan


Selepas sholat subuh dan membaca Al Qur'an hanya beberapa lembar, tak sampai satu juz pagi ini mengisi pagi saya hari ini. Saya menutup Al Qur'an suci yang ada di pangkuan. Ada sesuatu yang terlintas dalam pikiran. 

Saya membuka handphone yang biasa setia menemani  dan saya letakkan di atas tempat tidur setiap malamnya. Setiap pagi, begitu hanphone dibuka, seperti papan seluncur pemberitahuan atau chat masuk dari whatsAap. Bukan lagi  hitungan puluhan tetapi ratusan chat masuk ke   whasAap grup. 

Satu persatu chat itu saya baca, pertama yang saya baca adalah whatsAap grup Rumah Virus Literasi (RVL). Dalam  grup ini  ada tantangan yang harus diselesaikan. Terjadwal setiap hari. Bukan dipaksa tetapi merupakan komitmen diri terhadap keikutsertaan dalam grup. Sehingga sangat berbeda rasanya ketika ada hari yang tidak tercentang warna biru tanda sudah setor tulisan. Sepagi ini pun (pukul 06.00 wita) waktu lombok  sudah ada anggota grup  yang setor tulisan.. Alhamdulilah menjadi penyemangat untuk berbagi cerita. 

Saya melanjutkan membaca chat di grup yang lain. Sampailah pandangan saya kepada grup kelompok kerja di mana saya bertugas. Jemari saya bergerak   cepat menyentuh layar handphone. Mata saya menyapu koment demi koment sehingga nyaris tak ada satu pun yang terlewatkan. . Sampailah saya pada sebuah  berita dari salah seorang teman dan sudah di balas koment oleh banyak orang,  bersusun balasan terhadap berita itu. Berita yang membuat saya pagi ini berpikir. 

Sebuah berita duka"Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun". Salah seorang rekan kerja saya, orang tuanya meninggal. Saya membalas dengan menuliskan kalimat,"Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun.  Semoga almarhumah ditempatkan di tempat sebaik-baiknya di sisi Allah SWT. Aamiin YRA."
Pikiran saya, bergerilya mengingat kejadian atau berita yang sama beberapa hari  , beberapa Minggu yang lalu .  Selama merebaknya wabah corona virus ini.  Apa yang harus saya lakukan?

Di masa pandemi ini, prosedur yang harus kita lakukan adalah hindari kerumunan, jaga jarak, gunakan masker, cuci tangan, diam di   rumah dan lain sebagainya. Tentunya mengikuti aturan pemerintah. 

Saya berpikir, berani  atau tidak saya datang takziah ke rumah duka? Selama pandemi ini ada beberapa orang kerabat dekat saya juga berpulang. Tetapi tak satu pun yang saya datangi. Terlebih lagi, ada satu kerabat dekat dari pihak saya yang juga dipanggil lebih dulu menghadap Yang Kuasa, tempat tinggalnya di daerah terpapar covid 19. Saat itu saya betul-betul bingung. Saya bertanya pada suami, apakah pergi takziah atau tidak karena daerahnya terpapar covid 19? Suami hanya menjawab, terserah kalau berani. Jawaban itu membuat saya ragu. Anak-anak juga sering mengingatkan,"Awas saja Ibu, paling sering keluar rumah, Ibu yang harus nya kita khawatirkan"
Maklum tugas dinas yang tidak memberikan rekomendasi untuk WFH. 

Bersedih dan membuat saya menjadi tidak tenang ketika ada berita duka (meninggal dunia). Ini tidak kali pertama. Selama covid 19,  sekitar 6 orang yang meninggal dan berlokasi di sekitar zona merah. Tak satu pun saya datangi. Sebelum ini, orang tua dari teman dekat saya meninggal, hanya saya tonton dari video pemakamannya malam hari gelap gulita. Penerangan hanya senter dengan petugas berseragam layaknya astronot. Sedih memang, karena hanya ucapan bela sungkawa saya sampaikan kepada salah satu anggota keluarga almarhum, yang saat itu masih dikarantina.

Dalam situasi seperti sekarang ini, ada keraguan dalam hati, untuk datang takziah ketika ada kerabat  dan sahabat yang lebih dahulu berpulang. Meskipun yang berpulang bukan terkena covid 19, tetapi jujur, yang saya khawatirkan adalah kontak fisik (menyalahi aturan psycal distanching) antara kerumunan petakziah.  Petakziah yang berasal dari segala penjuru. 

Kalimat permohonan maaf,  s kepada keluarga almarhum atau almarhumah karena tidak bisa hadir, juga saya sampiakan lewat whatsAap. 

Hanya doa yang bisa saya panjatkan dari jauh.
Semoga Jannahnya Allah SWT, disiapkan untuk almarhum/almarhumah. Aamiin YRA.

Salahkah saya yang ragu dan tak punya keberanian untuk datang ke rumah duka?😭😭

Lombok, 17 Mei 2020
Edisi. Sayangkeluarga.

Saturday, May 16, 2020

Berburu Ilmu, Mendapat Berkah (Daring Seri 11)


Oleh Nuraini Ahwan.

Berniat berburu ilmu, maka, ketika ada informasi tentang Bimbingan teknis Pemanfaatan Google Form dalam Pengumpulan Data Pendidikan dan Pembelajaran Jarak Jauh, saya tidak berpikir panjang. Saya langsung daftar, apalagi melihat jumlah kuota peserta terbatas.   Alhamdulillah, rezeki tidak akan pernah tertukar. Niatan berburu ilmu pun terkabul. Masuklah saya menjadi peserta Bimtek ini.

Saya bergabung dalam   whatsAap grup 'Bimtek Pemanfaatan Google Form dalam Pengumpulan Data Pendidikan dan Pembelajaran Jarak Jauh."  yang digagas oleh panitia Bimtek. Sebagai penyelenggara adalah  Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat. Bimtek ini dipandu oleh  Bapak Musmuliadi dan Ibu Yuyun Sambodo. Beliau berdua sekaligus menjadi admin grup watshAap ini.

Kegiatan Bimtek dilaksanakan secara daring dengan pola tatap muka virtual melalui zoom dan materi, tugas melalui  grup whatsApp. Mulai dari tanggal 13 -27 April 2020. Kurun waktu tersebut, peserta mengikuti 3 kali vicon melalui zoom  meeting pada pukul 08.00-13.00 wita. Dalam ketiga kali vicon dengan  narasumber langsung adalah Bapak Musmuliadi dan hostnya Ibu Yuyun Sambodo. Materi vicon semuanya sangat bermanfaat dan sesuai dengan situasi sekarang ini, pandemi corona disease 19 yakni bagaimana melaksanakan Belajar Dari Rumah dan bagaimana memantau pelaksanaan BDR itu sendiri. Tentunya dengan menyiapkan instrumen yang mendukung pelakanaan BDR itu sendiri dengan memanfaatkan google formulir

Untuk memperdalam atau memperkuat pemahaman peserta tentang materi pembelajaran, narasumber menyiapkan waktu sore hari untuk berdiskusi melalui watshaap grup. Peserta boleh bertanya tentang materi yang belum dipahami melaluo chating di watshaap.

Video pembelajaran juga digunakan narasumber untuk memperjelas materi dan di sajikan antara lain di chanel youtube: https://youtu.be/mzOCYqbFpEQ atau chanel Mas Mus, 
https://youtu.be/CQa6RQx7NzU

Dalam setiap sesi vicon,  peserta diberikan tugas yang harus di selesaikan. Tugas terdiri dari 5 jenis selama pelaksanaan Bimtek . Tugas  dinilai langsung oleh narasumber. Sungguh bimtek daring yang luar biasa. Peserta memiliki raport sesuai dengan nilai dari setiap tugas yang dikumpulkan.

Bapak Musmuliadi, pria yang sedikit berkumis,  sangat ramah dan sabar menjawab pertanyaan peserta ini, biasa juga dipanggil Pak Mus, atau yang akrab juga dipanggil Amaq Mazaya, juga selalu mengakhiri pemberitahuan atau info lewat wa dengan kata tabek (permisi),  sangat mahir dalam membuat pembelajaran daring ini menyenangkan.  Peka dan mengetahui kebutuhan pengawas, kepala sekolah dan guru dalam situasi sekarang ini. Pembelajaran yang mampu mencegah terputusnya pendidikan anak bangsa di era pandemi covid 19 ini. Narasumber yang luar biasa,.

Di samping materi pelatihan yang sesuai kebutuhan dengan nara sumber yang tepat, saya juga tidak menyangka, bimtek ini akan dibuat seperti ini. Ada raport masing-masing peserta. Kalau sertifikat itu sudah biasa. Jadi, ada sedikit penyesalan di hati saya,  tidak maksimal dalam kegiatan ini. . Ini menjadi pelajaran sendiri buat saya. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Menulislah setiap hari, lihatlah apa yang akan terjadi. (Ma.af amak mus, saat itu saya kurang fokus, tapi Alhamdulillah saya selalu mengikuti vicon, menonton video dari Pak Mus dan sudah diimplemtasikan di sekolah)

Keberuntungan masih berpihak pada saya. Saya dapat menyelesaikan semua tugas meskipun ada perbaikan di tugas 3. Saya dapat nilai dengan predikat baik.

Predikat baik dapat saya lihat dari raport yang saya dwonload dari link yang dibagikan oleh Bapak Musmuliadi, narasumber sekaligus admin grup. Sertifikat pun sudah bisa saya lihat dari link yang dibagikan pula atau dengan cara mengetik nomor handphone. Luar biasa kemampuan dari Bapak yang kesehariannya berdinas di LPMP NTB ini. Benar  dan tepat jika LPMP NTB, melayani sepenuh hati.

Saya merasakan manfaat yang luar biasa dari bimtek ini, sebagai kepala sekolah, saya bisa memafaatkan hasil ini untuk memantau pelaksanaan belajar dari rumah. Guru-guru di tenpat saya bertugas sudah mengadakan ulangan online dengan menggunakan aplikasi yang sudah saya peroleh dalam bmtek ini. 

Sore tadi, 16 Mei 2020,  handphone saya berbunyi, pertanda ada pemberitahuan. Kali ini pemberitahuan tentang ada pulsa masuk dengan nominal lumayan besar. Saya belum pernah membeli atau mengisi pulsa sebesar ini. Nilainya Rp 300.000. Saya tidak tahu siapa yang mengirim pulsa kepada saya. Saya berpikir, siapa pun yang mengirim saya mengucapkan terima kasih, semoga dibalas dengan kebaikan, rezeki yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Selepas membaca pemberitahuan pulsa masuk, saya membuka grup whatsAap 'grup, saya membaca chating satu persatu, ternyata pulsa yang masuk ke handphone saya berasal dari LPMP NTB melalui panitia Bimtek Google Form tahap 1 ( GF 1).

Jadi, tidak sebatas raport dan sertifikat yang membuat saya senang dan bangga,  tetapi  LPMP NTB, memberikan bonus pulsa kepada setiap peserta sebesar Rp 300.000. Peserta yang mampu bertahan dari kurang lebih 150 peserta menjadi 82 peserta sampai di akhir kegiatan. Saya termasuk berada di antara 82 peserta.

Alhamdulillah, semula berniat berburu ilmu, tak pernah berpikir sertifikat, ternyata Allah SWT melalui LPMP NTB sebagai penyelenggara memberikan rezeki dobel kepada saya "sertifikat dan bonus pulsa"

Terima kasih Bapak Kepala LPMP NTB (Bapak Mohamad Mustari, Ph.D,    Bapak Musmuliadi dan Ibu Yuyun Sambodo" semoga semua yang Bapak dan Ibu lakukan di bulan suci ini tercatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Aamiin YRA.

Semoga LPMP NTB semakin jaya dan sukses. Harapan ke depan kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan meskipun wabah ini sudah berlalu. Ini adalah salah satu langkah mengatasi guru yang ketar-ketir, gelagapan ketika awal mulai BDR, akibat IT yang kurang. Setelah GF 1,  ini ada kemajuan atau perubahan yang terjadi khususnya di tempat saya bertugas (khususnya tentang IT)

Lombok. 16 Mei 2020
Nuraini, S.Pd
https://nurainiahwan.blogspot.com

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...