Mengukir apa yang dilihat dan dirasakan dalam tulisan tentang suasana lebaran di era corona virus disease 19 (covid 19) agar tidak hilang begitu saja. Lebaran yang penuh penuh cerita. Lebaran yang berbeda, Idul Fitri yang berbeda dari tahun - tahun sebelumnya. Mungkin kita baru pertama kali mengalami lebaran seperti ini dalam sejarah hidup kita, Sepanjang kita diberi nikmat hidup oleh Allah SWT. Ya....baru kali ini perayaan lebaran dan sholat Idul Fitri yang seperti ini. Sholat Idul Fitri di rumah saja. Suasana yang sangat berbeda. Semua dirasakan berbeda. Kecuali niat sholat Idul Fitri , syarat dan rukunnya yang tidak berbeda.
Saya tuliskan apa yang saya lihat sepanjang pengamatan terhadap suasana lebaran Idul Fitri di tempat tinggal saya sebelum dan sesudahnya.
Malam hari sebelum hari raya Idul Fitri dilaksanakan, tidak ada kemeriahan seperti biasanya, pawai takbiran yang memenuhi jalan raya. Pawai takbiran yang mengusung miniatur masjid dengan arsitektur yang sangat indah. Lampu warna-warni yang menghiasi miniatur masjid tersebut dan menyala berkedap kedip menambah indahnya malam.
Miniatur masjid dari setiap desa atau kelurahan di kota saya. Mereka membuat sebagus mungkin.Ini artinya setiap desa atau kelurahan ingin tampil menjadi yang terbaik. Mereka ingin miniatur masjid merekalah yang menjadi pusat perhatian penonton yang memenuhi sepanjang sisi jalan. Ingin tampil yang terbaik membuat mereka menyiapkan jauh hari sebelumnya..
Biasanya pembuatan miniatur ini dibuat di halaman masjid dan dikerjakan secara gotong royong. Pendanaan untuk pembuatannya di peroleh dari dana urunan warga dengan memfungsikan remaja masjid sebagai penggalang dana.
Suara kumandang takbir menggema menambah kemeriahan dan kesyahduan malam takbir. Wujud kegembiraan akan hari kemenangan.
Tetapi tidak dengan Idul Fitri tahun ini.
Tetapi tidak dengan Idul Fitri tahun ini.
Gema takbir di masjid-masjid saling bersahutan sepanjang malam hingga disambut pagi dengan gembira. Masjid - masjid dan lapangan sejak pagi sudah dipenuhi rona gembira umat muslim dengan menyandang sajadah di pundak bagi laki-laki dan balutan mukena yang indah bagi para muslimah.
Sujud dengan sempurna, tanpa masker penutup hidung.
Tetapi tidak dengan Idul Fitri tahun ini.Sujud dengan sempurna, tanpa masker penutup hidung.
Idul Fitri tahun ini di rumah saja..
Perasaan hati..Ada kesedihan terasa. Air mata pun tak terasa menetes. Berjamaah sholat Idul Fitri hanya berempat, bertiga bahkan mungkin berdua di rumah saja.
Baju lebaran tak lagi menjadi perhatian, baju serimbitan seperti katanya Bu Milla Efendi tak lagi banyak di gunakan. Mukena baru pun tak menjadi buruan kaum hawa. Karena lebaran di rumah saja.
Tak ada yang mengetuk pintu rumah mengucapkan "Assalamualaikum" untuk bertamu, bersilaturrhami. Tetapi hanya kalimat dan wajah yang terbaca dan terihat lewat layar ponsel untuk saling memaafkan. Silaturrahmi di rumah saja
Silatrurrahmi tahun ini dengan cepat melesat sampai ke keluarga, kerabat dan sahabat lewat tiupan angin. Berharap suasana yang berbeda tak mengurangi kehidmatan pelaksanaaan sholat Idul Fitri dan kita bisa kembali kembali ke jiwa yang fitrah.
Mohon maaf lahir dan batin apapun caranya.
Lombok, 25 Mei 2020
Selalu ada hikmah. Semua merasakan hal yang sama Bu. Lebaran berbeda suasana. Semoga pandemi segera berlalu.
ReplyDeleteAamiin YRA
DeleteUhuy... Lombok ceria dalam tawa canda bersama..
ReplyDeletePernah ke lombok kah bunda?
DeleteYs,kita bisa bandingkan tahun ini dan tahun lalu.Biarlah kenangan hari raya tahun ini.jadi kisah unik.dalam sejarah yg kita miliki
ReplyDeleteSetuju bun
Delete