Oleh Nuraini Ahwan
Hari -1 pelaksanaaan hari raya idul Fitri 1441 H, di masa covid 19, masih terdengar suara takbir di masjid-masjid.. Takbir di masjid tidak di larang, yang penting dilaksanakan oleh takmir masjid saja.
Hari -1 pelaksanaaan hari raya idul Fitri 1441 H, di masa covid 19, masih terdengar suara takbir di masjid-masjid.. Takbir di masjid tidak di larang, yang penting dilaksanakan oleh takmir masjid saja.
Mendengar suara takbir yang menggema dari seluruh masjid di sekitar tempat tinggal saya, ada keharuan yang menyelimuti batin ini. Mengingat besok pagi sholat Idul Fitri akan dilaksanakan di rumah masing-masing. Ucapan selamat dan permohonan maaf sudah mulai berdatangan melalui whatsAaap grup maupun pribadi. Saling balas, saling memaafkan.
Saya mengambil handphone untuk mengirim ucapan kepada rekan, sahabat dan kerabat (sesuai anjuran pemerintah, silaturrahmi langsung diganti dengan menggunakan hanphone). Sebelum membuka whatshap, saya membuka aku fb , karna saya melihat ada pemberitauan di handphone saya pada akun FB.
Begitu saya membuka akun Facebook, pandangan saya terhenti pada sebuah foto.. Dalam foto tersebut ada wajah saya terpampang berdiri di samping seorang hafidz cilik. Hafidz cilik tersebut adalah "Naja." Hafidz penghafal Al-Qur'an 30 juz dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di atas foto ada nama Nuraini Ahwan dengan emotion"sedang merasa bersyukur" di Aula Wijaya Kusuma LPMP. Tentunya LPMP Nusa Tenggara Barat. Tanggal tertera 23 Mei 2019 (Tahun lalu, di bulan yang sama, tanggalnya sama dengan waktu saya menulis hari ini, 23 Mei 2020).
Begitu saya membuka akun Facebook, pandangan saya terhenti pada sebuah foto.. Dalam foto tersebut ada wajah saya terpampang berdiri di samping seorang hafidz cilik. Hafidz cilik tersebut adalah "Naja." Hafidz penghafal Al-Qur'an 30 juz dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di atas foto ada nama Nuraini Ahwan dengan emotion"sedang merasa bersyukur" di Aula Wijaya Kusuma LPMP. Tentunya LPMP Nusa Tenggara Barat. Tanggal tertera 23 Mei 2019 (Tahun lalu, di bulan yang sama, tanggalnya sama dengan waktu saya menulis hari ini, 23 Mei 2020).
Kegiatan Naja di LPMP NTB saat itu adalah mengisi kegiatan peringatan Nuzulul Qur'an keluarga besar LPMP Nusa Tenggara Barat di bawah kepemimpinan Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si. Bapak Kepala LPMP mengundang hafidz Naja di samping untuk kegiatan memperingati turunnya Al Qur'an juga menyesuaikan dengan moment kegiatan yang dilaksanakan LPMP saat itu yakni Bimtek Penyusunan Bahan Ajar ( Sama-sama terkait dengan literasi, Naja lierasi baca, kami literasi tulis).
Kala itu, saya bersama 20 teman lainnya, mengikuti kegiatan Bimtek Penulisan Bahan Ajar. Peserta merupakan finalis dari 50 peserta yang mengikuti atau mengirim karya pada lomba penulisan bahan ajar seri feature pasca gempa bumi Lombok dan Sumbawa.
Naskah yang dikirim oleh 20 finalis diperhalus atau dipertajam lagi setelah mendapat pembekalan dari narasumber yang didatangkan oleh LPMP NTB. Narasumber berasal dari NTT perwakilan dari redaksi Cakrawala (Robert Fahik),Bapak Kasman dari Kantor Bahasa NTB, dari redaksi surat khabar atau koran Lombok Post, Dosen Jurusan Bahasa dan Sasrta Univeristas Muhamadyah dan satu lagi narasumber hebat dari pulau jawa.Termasuk Bapak Kepala LPMP selaku narasumber.
Sebelum masuk kepada kegiatan pembekalan, kelas dibagi menjadi 2 kelas.. Setiap kelas diisi oleh 10 finalis..Satu persatu finalis dipanggil masuk ruangan untuk melakukan wawancara dengan 3 orang narasumber yang nantinya akan menjadi juri dalam penentuan pemenang lomba penulisan bahan ajar seri feature.gempa bumi Lombok dan Sumbawa.
Tidak ada di antara 20 finalis yang merasa saingan satu sama lainnya. Kami saling diskusi, saling bantu dan intinya sama sama belajar. Sama sama menggunakan kesempatan yang dierikan LPMP untuk belajar menulis. Belajar membangun semangat untuk menulis. Membangun Nyali untuk menulis.
Karya kami diperiksa narasumber, kami perhalus lagi sampai batas waktu yang ditentukan. LPMP menyiapkan fasilitas untuk frint di samping menyiapkan link pengiriman naskah.
Panitia kegiatan antara lain, Bapak Made Putra Astawa, Ibu Yuyun Sambodo, Ibu Baiq Haimun dan panitia-panitia lainnya sangat memberikan dukungan, melayani kami sepenuh hati. Sehingga kami pun mengikuti kegiatan tersebut dengan sungguh-sungguh sampai kami tak mendengar azan sebagai tanda waktu berbuka puasa saat itu. Berhasil disusun sebuah buku Bunga Rampai berjudul" Walau Digetar Sampai Terkapar Takkan Hilang Jiwa-Jiwa Pembelajar"
Inilah awal mula, keberanian saya untuk menulis. Di LPMP NTB kami menemukan jalan untuk kegiatan menulis kami. banyak teman yang memotivasi. Peserta yang 20 orang saling mendukung untuk terbitnya karya. Ada Ibu Hj. Erni Rohana, S.Pd., Mansur, S.Pd. Rozali Fanani, Eri Susmiati, Nuning Mulyani, Meike Widia Azmi, Ibu Hidmi Gramatolina Ramdayani ( Maaf tidak sebut gelar) dan teman lainnya yang tak saya sebutkan satu persatu.
Berawal dari LPMP NTB inilah, saya mulai menulis sedikit demi sedkit setiap hari. Buku tunggal saya telah terbit dan orang pertama yang mengucapkan kata"Proficiat" pada saya adalah Bapak Minhajul Ngabidin, yang sekarang menjadi kepala LPMP Jogjakarta. Saya benar-benar berterima kasih kepada LPMP NTB yang telah menghargai karya saya yang biasa dengan penghargaan yang luar biasa.
Bapak Made Putra Astawa, selalu mengatakan bagus, jempol dan penghargaan lainnya yang membuat saya selalu merasa percaya diri.
Gara-gara teman baik (Facebook) jadi mengingat tahun lalu. Di bulan suci ada berkah dobel yang saya terima dari LPMP NTB. Berkah rezeki ilmu, piagam, uang dan berkah bertemu dengan anak soleh"Naja.
Tahun ini pun di bulan suci, kembali LPMP memberikan berkah dobel, Bimtek, mendapat ilmu, mendapat sertifikat dan pulsa. Memang LPMP NTB selalu peka dan mengetahui betul yang dibutuhkan oleh guru.
Tahun 2019, Di saat guru-guru berjuang mengajak anak-anak untuk kembali ke sekolah, di saat guru-guru mempunyai kenangan pahit yang sulit dilupakan. di saat guru-guru butuh mengekpresikan diri melalui tulisan tentang kenangan itu, maka pasca gempa bumi Lombok dan Sumbawa LPMP NTB hadir untuk mewujudkan itu. LPMP juga tidak mau kejadian itu hilang tanpa ada kenangan untuk dibaca oleh anak-cucu kelak, maka LPMP mengadakan lomba.
Kini tahun 2020, saat covid melanda, Belajar Dari Rumah dilaksanakan, disaat guru belum menemukan cara yang tepat dalam pembelajaran ini, LPMP NTB hadir dengan mengadakan Bimtek yang sesuai dengan kebutuhan pengawas, kepala sekolah dan guru. Bimtek yang dilaksanakan secara virtual. Sungguh ide brilian dan luar biasa.
Inilah yang saya maksud dengan LPMP NTB peka dengan kebutuhan guru dan selalu terdepan.
LPMP membuka jalan, Membangun nyali saya untuk menulis. Sekaran saya telah bergabung dengan beberapa grup menulis bersama peserta lainnya, Grup itu antara lain Penggiat Literasi Nusantara, Rumah Virus Literasi, Pendidik Kreatif Lombok Barat dan lain-lain. . Pasca dari LPMP, alhamdulillah saya telah menghasilkan 1 buku tunggal cernak dan 7 buah buku antologi atau buku bersama, disebut juga oleh grup sebagai buku keroyokan dan 1 lagi buku siap terbit.
Terima kasih LPMP NTB. ( Bapak Mohamad Mustari, Ph.D dan Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si. Kepala LPMP Jogjakarta sekarang)
Lombok, 23 Mei 2020.
Edisi, Mengenang Ramadan Tahun lalu di LPMP NTB.
Sebelum masuk kepada kegiatan pembekalan, kelas dibagi menjadi 2 kelas.. Setiap kelas diisi oleh 10 finalis..Satu persatu finalis dipanggil masuk ruangan untuk melakukan wawancara dengan 3 orang narasumber yang nantinya akan menjadi juri dalam penentuan pemenang lomba penulisan bahan ajar seri feature.gempa bumi Lombok dan Sumbawa.
Tidak ada di antara 20 finalis yang merasa saingan satu sama lainnya. Kami saling diskusi, saling bantu dan intinya sama sama belajar. Sama sama menggunakan kesempatan yang dierikan LPMP untuk belajar menulis. Belajar membangun semangat untuk menulis. Membangun Nyali untuk menulis.
Karya kami diperiksa narasumber, kami perhalus lagi sampai batas waktu yang ditentukan. LPMP menyiapkan fasilitas untuk frint di samping menyiapkan link pengiriman naskah.
Panitia kegiatan antara lain, Bapak Made Putra Astawa, Ibu Yuyun Sambodo, Ibu Baiq Haimun dan panitia-panitia lainnya sangat memberikan dukungan, melayani kami sepenuh hati. Sehingga kami pun mengikuti kegiatan tersebut dengan sungguh-sungguh sampai kami tak mendengar azan sebagai tanda waktu berbuka puasa saat itu. Berhasil disusun sebuah buku Bunga Rampai berjudul" Walau Digetar Sampai Terkapar Takkan Hilang Jiwa-Jiwa Pembelajar"
Inilah awal mula, keberanian saya untuk menulis. Di LPMP NTB kami menemukan jalan untuk kegiatan menulis kami. banyak teman yang memotivasi. Peserta yang 20 orang saling mendukung untuk terbitnya karya. Ada Ibu Hj. Erni Rohana, S.Pd., Mansur, S.Pd. Rozali Fanani, Eri Susmiati, Nuning Mulyani, Meike Widia Azmi, Ibu Hidmi Gramatolina Ramdayani ( Maaf tidak sebut gelar) dan teman lainnya yang tak saya sebutkan satu persatu.
Berawal dari LPMP NTB inilah, saya mulai menulis sedikit demi sedkit setiap hari. Buku tunggal saya telah terbit dan orang pertama yang mengucapkan kata"Proficiat" pada saya adalah Bapak Minhajul Ngabidin, yang sekarang menjadi kepala LPMP Jogjakarta. Saya benar-benar berterima kasih kepada LPMP NTB yang telah menghargai karya saya yang biasa dengan penghargaan yang luar biasa.
Bapak Made Putra Astawa, selalu mengatakan bagus, jempol dan penghargaan lainnya yang membuat saya selalu merasa percaya diri.
Gara-gara teman baik (Facebook) jadi mengingat tahun lalu. Di bulan suci ada berkah dobel yang saya terima dari LPMP NTB. Berkah rezeki ilmu, piagam, uang dan berkah bertemu dengan anak soleh"Naja.
Tahun ini pun di bulan suci, kembali LPMP memberikan berkah dobel, Bimtek, mendapat ilmu, mendapat sertifikat dan pulsa. Memang LPMP NTB selalu peka dan mengetahui betul yang dibutuhkan oleh guru.
Tahun 2019, Di saat guru-guru berjuang mengajak anak-anak untuk kembali ke sekolah, di saat guru-guru mempunyai kenangan pahit yang sulit dilupakan. di saat guru-guru butuh mengekpresikan diri melalui tulisan tentang kenangan itu, maka pasca gempa bumi Lombok dan Sumbawa LPMP NTB hadir untuk mewujudkan itu. LPMP juga tidak mau kejadian itu hilang tanpa ada kenangan untuk dibaca oleh anak-cucu kelak, maka LPMP mengadakan lomba.
Kini tahun 2020, saat covid melanda, Belajar Dari Rumah dilaksanakan, disaat guru belum menemukan cara yang tepat dalam pembelajaran ini, LPMP NTB hadir dengan mengadakan Bimtek yang sesuai dengan kebutuhan pengawas, kepala sekolah dan guru. Bimtek yang dilaksanakan secara virtual. Sungguh ide brilian dan luar biasa.
Inilah yang saya maksud dengan LPMP NTB peka dengan kebutuhan guru dan selalu terdepan.
LPMP membuka jalan, Membangun nyali saya untuk menulis. Sekaran saya telah bergabung dengan beberapa grup menulis bersama peserta lainnya, Grup itu antara lain Penggiat Literasi Nusantara, Rumah Virus Literasi, Pendidik Kreatif Lombok Barat dan lain-lain. . Pasca dari LPMP, alhamdulillah saya telah menghasilkan 1 buku tunggal cernak dan 7 buah buku antologi atau buku bersama, disebut juga oleh grup sebagai buku keroyokan dan 1 lagi buku siap terbit.
Terima kasih LPMP NTB. ( Bapak Mohamad Mustari, Ph.D dan Bapak Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si. Kepala LPMP Jogjakarta sekarang)
Lombok, 23 Mei 2020.
Edisi, Mengenang Ramadan Tahun lalu di LPMP NTB.
Balasan tulisan ditunggu yas. Karena sempat tyang melihat postingan nike terbit kembali di fb. Jadi, teringat juga waktu di lpmp nike.
ReplyDeleteAyo.kirim tulisan..ada lomba juga tu di LPMP Jogja. Pak Min
DeleteJejak keberadaan Ibu dalam.Berliterasi ssh tersimpan rapi di blog. Banyak cara Allah untuk menguprade umat-Nya agar naik krlas
ReplyDeleteUmur tak boleh disesali, krn sy sering bilang andai saja saya masih muda, Saya akan berusaha berkarya lebih. jika saya melihat yang muda hanya diam saja, enggan membaca, enggan Menulis.
ReplyDeleteSubhanallah. Barakah dan sukses selalu Bu.
ReplyDeleteTerima.kasih. semoga sama sama kita sukses..aamiin.YRA.
DeleteKereeennn
ReplyDelete