Saturday, May 29, 2021

Lupa Berujung Derita

 Oleh Nuraini Ahwan

Salam sehat para sahabat, para guru hebat. Apa yang terpikir pada diri sahabat ketika membaca judul tulisan ini? Pasti beragam pemikiran yang ada. Lain orang lain pemikiran atau tanggapan terhadap judul tulisan ini. Bisa jadi penyebabnya, bisa jadi pula akibatnya. 

Sahabat hebat, 

Tulisan saya beberapa waktu yang lalu ada juga yang berjudul senanda dengan judul ini. Judul yang saya ambil saat itu berawal dari pengalaman pribadi. "Benarkah Ada Bibit Lupa?" 

Sahabat,... Lupa, salah dan khilaf adalah memang sifat manusia. Untuk urusan diri sendiri saya berpikir tidak ada seorang pun yang pura-pura lupa. Jika pura-pura lupa pada janji pada orang lain ini bisa termasuk  kepada orang yang ingkar janji. Pura-pura pada tugas yang diberikan ini namanya malas atau bisa juga tidak bertanggung jawab. Atau tidak bertanggung jawab pada tanggung jawab yang diberikan. 

Mengapa judul ini kembali saya angkat? Ini semata-mata ingin berbagi cerita tentang lupa yang melilit saya hari kemarin. Akibat lupa menyebabkan saya susah sendiri. 

Ba'da sholat Jum'at, saya menghadiri undangan rakor di kantor Bupati Lombok Barat. Tepatnya tanggal 27 Mei 2021, pukul 14.00 wita. Rapat bertempat di Aula Jayengrana bersebelahan dengan ruang Sekda lantai 2 kantor Bupati. Dengan jaket kulit berwarna coklat, saya bergegas menuju tempat rapat. 

Tiba di lokasi kegiatan, salah seorang peserta rakor sudah menunggu. Ia sudah melambaikan tangan dari jauh pertanda ia mengajak saya masuk melalui  pintu di mana ia berdiri. Melihat sudah ada teman rakor yang hadir, saya mematikan sepeda motor. Jaket kulit yang menutupi tubuh, saya masukkan ke dalam jok motor vario pink yang selalu setia menemani. Termasuk mengantar saya kali ini menuju kantor bupati yang berjarak puluhan kilometer ini. 

Dengan langkah pasti, saya menjumpai teman rakor untuk bersama masuk ke gedung di mana orang nomor satu di kabupaten Lombok Barat bertugas. Hari ini merupakan pertama kali saya masuk melalui pintu depan. Nyaman, adem dan asri  berada di dalam kantor Bupati yang bangunannya menyerupai bangunan gedung putih itu. 

Rakor diadakan Setda Kabupaten Lombok Barat, Bapak Drs Agus Gunawan yang bertanda tangan dalam undangan rakor menghadirkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berikut jajaran. Peserta dari sekolah terdiri dari 15 kepala sekolah SD, 15 kepala sekolah SMP dan 3 kepala sekolah SMA yang sudah ditetapkan sebagai sasaran dalam kegiatan ini. Hadir pula memberikan sambutan, Bapak Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid, S.Ag., M.Si

Rakor yang diadakan kerjasama dengan BNI 46 yang selaku mitra pemerintah kabupaten Lombok Barat dalam kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan oleh 33 sekolah yang ada di kabupaten Lombok Barat ini. Rakor ini berjudul rakor gerakan ijo nol dedoro (bank sampah) pada SD, SMP dan SMA dengan BNI 46. Gerakan ijo nol dedoro (sampah) sebagai upaya pendidikan karakter kepada peserta didik sejak dini untuk pelestarian lingkungan.  Ke depan nanti anak-anak akan berani berkata kepada orang tua, siapa saja bahwa membuang sampah di sembarang tempat itu, adalah hal yang tidak baik. Gerakan ini juga untuk mendukung program zero waste Bapak Gubernur provinsi NTB. Sementara BNI 46 menekankan kepada pembiasaan anak untuk menabung sejak dini. 

Kegiatan rakor berjalan lancar dengan dua pola, yakni tatap muka langsung dengan peserta dan via zoom untuk pihak BNI yang ada di pusat yakni Jakarta. Seluruh peserta serius mengikuti jalannya rakor, mengikuti pemaparan Bapak Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat Bapak Hairudin, M.Pd, tentang mekanisme pelaksanaan ijo nol dedoro (bank sampah) di sekolah. 

Ada waktu yang disiapkan untuk perwakilan kepala sekolah berbicara pada forum ini. Setiap jenjang diwakili oleh satu orang kepala sekolah. Saat kepala sekolah berbagi pengalaman tentang kegiatan yang sudah dilakukan di sekolahnya, pikiran saya melayang ke motor yang terparkir di halaman kantor Bupati. Rupanya saya lupa mencabut kunci dari jok si vario. Saya tetap tenang saja tidak berusaha pergi mencari si pink ke halaman. Saya yakin motor akan aman karena penjagaan masuk area kantor Bupati sangat ketat. Banyak POL PP berjaga di pintu masuk. 

Usai acara semua peserta bergegas pulang karena hari sudah menjelang sore. Kantor pun akan tutup. Saya melihat ini dari ramainya pegawai kantor meninggalkan kantor ini. Termasuk saya saat itu langsung turun dari lantai dua. Tiba di depan kantor bupati, ternyata hujan turun memaksa saya dan teman -teman harus menunggu hujan reda. Hari pun tambah sore. 

Saya yang sudah yakin dengan kunci motor tertinggal di jok motor tidak segera mencari si pink karena yakin barang kecil itu akan tergantung di jok. Hujan pun reda hanya gerimis kecil yang masih turun. Saya menuju motor dan pandangan langsung tertuju ke jok motor. Kaget bukan kepalang, kunci motor tidak ada di jok motor. Saya panik tak karuan. Saya bongkar tas, saya keluarkan isinya namun tidak ada kunci motor. 

Saya berlari menuju lantai 2, mencari ke setiap tempat. Kamar kecil, ruang rapat dan setiap jalan yang saya lalui. Bertanya ke semua yang  saya temui. Namun tidak ada jawaban yang menggembirakan. Saya berandai-andai. Andaikan kunci tidak ditemukan, akan meminta ayah mengantar kunci cadangan, tempat kegiatan sangatlah jauh. Bertambah bingung saja saat itu. 

Saya menuju pintu penjagaan, bertanya pada petugas jaga atau Satpol-PP. Belum saja saya mengajukan pertanyaan, mereka sudah bertanya pada saya, "Mau cari kunci motor, Bu? " Rupanya ada salah seorang peserta rakor yang mengetahui bahwa kunci yang tergantung di jok motor itu adalah milik saya. Ia menyerahkan ke penjaga yang ada di gerbang masuk kantor. Lumayan juga jauhnya dari tempat motor di parkir. 

Waduh.... Kunci ada diamankan di sini, mengapa petugas tidak mengumumkan atau menyerahkan ke bagian resepsionis,  ya? 

Tetapi, Alhamdulillah! Kunci ditemukan setelah saya bersusah payah turun naik tangga, hingga waktu berjalan terus sampai sore. Hujan turun lagi sangat deras. Saya bingung lagi karena takut berkas akan basah kena hujan.  Salah saya sendiri juga, mengapa tidak bertanya pada petugas jaga? Lagi-lagi lupa, lupa karena panik dan bingung. 

Lupa karena terburu-buru

Lupa karena tidak hati-hati

Lupa karena ceroboh

Lupa karena lalai. 

Akibat lupa jadi menderita. 

Menderita adalah suatu keadaan yang tidak mengenakkan. Sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang kita inginkan. Bisa jadi itu keadaan menyusahkan maupun menyakitkan. Pernyataan menderita ini menurut pendapat pribadi. Semoga tidak salah. 


Lombok, 28 Mei 2021.


Thursday, May 27, 2021

Ku Titip Engkau di Pengabadian.

 Oleh Nuraini Ahwan

Patut bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmatNya atas lahirnya karya ini.  Berterima kasih kepada sahabat, motivator, editor, pembuat layout isi , pembuat desain sampul dan tata letak juga penerbit atas lahirnya sebuah karya. Sentuhan tangan-tangan banyak pihak membantu  lahirnya mahkota seorang penulis yaitu buku. Tanpa mereka, tulisan  seorang penulis tak akan menjelma menjadi karya yang juga membuktikan penulis pernah ada di kehidupan ini,


Patut berbahagia juga karena hari ini, 27 Mei 2021 dalam grup menulis Yayasan Pusaka Tamrin Dahlan kami bisa melihat teman-teman penulis hadir di perpustakaan nasional menyerahkan buku yang diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan. Bukti penyerahan ini dapat kami saksikan dalam bentuk foto dan video yang dipublish di watshaap grup.  Ada juga dalam bentuk postingan di youtube. 

Menurut Bapak H. Thamrin Dahlan, ada 53 penulis yang karyanya disearhakan  ke perpustakaan nasional hari itu. Mengenai jumlah bukunya lebih dari itu karena satu penulis ada yang mempunyai karya lebih dari 1 buah buku.  Salah satu buku yang diserahkan adalah buku di bawah ini. Sahabat ingin mengetahui siapa pemilik buku ini? Bisa perhatikan di cover buku ya.... Ingin memiliki...______boleh dengan menghubungi pemilik blog ini.

Bahagia sekali rasanya ketika dalam tayangan video, ketika petugas dari perpusnas mengecek nomor ISBN, tampak sebuah buku dengan cover merah dengan judul yang sangat saya hapal. Rupanya buku itu adalah buku karya saya. Alhamdulillah, ucapan syukur, karena buku warna merah ini sampai ke perpusnas. 

Rupanya mutiara penulis akan bertemu dengan teman-temannya yang lain. Ia hadir di mana ia seharusnya berada. Di sinilah ia akan tetap berada sampai esok. Ia akan dijumpai oleh anak cucu dan generasi-generasi selanjutnya. 

Ini menjadikan motivasi tersendiri bagi saya. Semoga hadirnya buku ini di perpusnas menjadikan motivasi bagi saya untuk lahirya mutiara berikutnya. Dukungan dan motivasi para sahabat dan teman-teman yang telah berkenan menghadirkan buku ini di tangannya sebagai bentuk penghargaan atas lahirnya karya ini



Lombok, 27 Mei 2021


Wednesday, May 26, 2021

Lengkapi Lampiran Unsur Utama

 Oleh Nuraini Ahwan

Tulisan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman, berbagi cerita kepada para sahabat, para guru hebat yang hendak naik pangkat. Pengalaman ini ketika saya hendak mengajukan usul penetapan angka kredit ke pusat. Kenaikan pangkat untuk jabatan guru madya IVb tahun 2012. Pada tahun 2012, untuk golongan IV/b dan seterusnya pengajuannya ke Kementerian. Berbeda dengan tahun ini atau beberapa tahun sebelumnya, kenaikan pangkat guru madya golongan IV/b pengajuannya ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten masing-masing. 

Sahabat, pengalaman yang ingin saya bagikan tentu saja mengenai apa penyebab usulan kita ditolak atau apa saja yang ditolak dari unsur penetapan angka kredit jabatan guru. Apakah unsur utama ataukah unsur penunjang. Tidak hanya di tingkat pusat, penilai di tingkat kabupaten juga akan melakukan hal yang sama atau menolak usulan kita dengan tidak memberikan nilai kredit pada unsur yang kita ajukan jika tidak memenuhi kriteria yang ditentukan. 

Mengambil satu saja contoh dulu, pada unsur utama yakni pada unsur pembelajaran dan pembimbingan. Unsur utama yang mempunyai nilai tinggi, kalau tidak salah 90 persen nilai angka kredit berasal dari unsur utama. 

Baik, kita memperhatikan usulan yang diajukan oleh guru untuk  penetapan angka kreditnya telah disusun dalam satu jilidan tebal. Berbagai macam bentuk jilidan. Ada yang dijilid buku, jilid biasa bahkan ada yang jilid skripsi. Isi dokumen yang dijilid berbeda antara satu orang dengan yang lain dari sistematika isinya. Tapi sudahlah, susunan jilidan tak berpengaruh terhadap nilai, hanya saja mempersulit tim penilai jika tidak sesuai dengan urutan yang ditetapkan dalam PermenPANRB. 

Sahabat, kita fokus kepada unsur utama yakni pada point pembelajaran dan pembimbingan. Bagaimana bukti fisik yang dilampirkan pengusul terkait dengan penilaian kinerja guru? Penolakan pada usulan saya pada saat itu adalah pada unsur pembelajaran tidak melampirkan bukti fisik yang lengkap. Penilaian kinerja guru atau PKG yang saya lampirkan tidak lengkap. Lampiran PKG kurang pada lampiran IB yang berisi kegiatan sebelum pengamatan, pada saat pengamatan dan pasca pengamatan.  Lampiran ini harus lengkap dengan deskripsinya. Saya hanya melampiran format IA, IC dan ID. Paling mencoloknya adalah format yang hanya berisi 14 kompetensi guru dengan pentolan ya tidak, atau 0, 1, 2 lalu penghitungan angka kreditnya. 

Ini  terjadi pada pengusul Dupak yang saya perhatikan . Tidak lengkap melampirkan bukti fisik PKG. Ada yang lengkap namun kurang cermat dalam memperhatikan tanggal pelaksanaan pra pengamatan, pengamatan dan pasca pengamatan. Sehingga terjadi tanggal yang sama, hari yang sama bulan yang sama meskipun tahun yang berbeda. Bisa jadi juga ditemukan tanggal pelaksanaan pada hari minggu atau hari libur. Aduhh...... Usil juga nich...mengecek sampai sedetil itu. 

Ada lagi nich..... Deskripsi pada lampiran 1B dari tahun ke tahun sama. Copy faste benar he he

Jangan diulangi lagi ya.... Ada penilai yang jeli juga. 

Baik sahabat,... Itu saja dulu ceritanya, semoga bermanfaat untuk meminimalisir kekurangan pada saat pengusulan penetapan angka kredit jabatan guru ya, untuk para sahabat yang hendak naik pangkat. 

Lombok, 26 Mei 2021


Tuesday, May 25, 2021

Ala Bisa Karena Biasa

Oleh Nuraini Ahwan. 

Sahabat, tentu pernah mendengar kata-kata pada judul di atas? Sahabat juga tentu pernah  mendengar pribahasa, "Sejak kecil teranja-anja, setelah besar terbawa-bawa. " Dua kalimat ini memiliki makna yang tak jauh berbeda. Semuanya tentang kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan terpola atau membudaya menjadi prilaku seseorang. Ini kurang lebih makna yang dapat ditarik dari dua kalimat di atas. Sahabat boleh memaknai dengan kalimat yang berbeda. 

*Ala bisa karena biasa,* judul tulisan yang saya gunakan kali ini untuk menggambarkan pembelajaran tatap muka pada masa pandemi selepas liburan Idul Fitri. Mengapa judul ini saya ambil? Saya mencermati atau mengamati adanya perbedaan prilaku siswa pada masa awal pembelajaran tatap muka 14 Nopember 2020 lalu dengan setelah liburan ini. Jika masa awal dulu, sekolah bisa dikatakan berat dengan penerapan protokol kesehatan baik pada peserta didik maupun kepada orang tua. Namun seiring berjalannya waktu, pembiasaan penerapan prokes setiap hari kepada siapa saja yang memasuki area sekolah, membuat pembiasaan itu menjadi sebuah budaya sekolah. Prokes menjadi membudaya pada warga sekolah. 

Inilah yang menjadi beda pembelajaran tatap muka yang sekarang, 24 Mei 2021 dengan pada awal dulu. Sekarang, sekolah tidak harus menyampaikan apa yang harus dilakukan oleh peserta didik jika masuk sekolah. Mereka sudah siap dengan perlengkapan, mengantre dengan jarak yang sudah ditentukan saat akan mencuci tangan atau pengecekan suhu tubuh. Bahkan mereka akan mencari petugas pengecekan suhu tubuh jika kebetulan petugas belum tiba di sekolah. 

*Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian*, begitulah pendidik di sekolah kami sekarang. Kini saatnya tidak banyak bicara kepada peserta didik untuk mengingatkan tentang prokes. Peserta didik sudah terbiasa. Tanpa diperintah mereka sudah melakukan apa yang harus mereka lakukan. Mereka melakukan apa yang sudah menjadi kebiasaan baik yang ditanamkan oleh guru mereka di sekolah terutama tentang ketatnya prokes yang harus dilakukan jika ingin melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini. 

*Ala  bisa karena biasa,* mereka bisa karena memang mereka dibiasakan untuk melakukannya. *Sejak kecil teranja-anja, setelah besar terbawa-bawa.*. Semoga kebiasaan baik sejak kecil ini akan terbawa sampai mereka besar nanti. 

Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian*, pendidik bersakit-sakit, berlelah-lelah, bersusah-susah, bermandikan keringat, menyosialisasikan tentang prokes dan standar operasional prosedur pembelajaran tatap muka pada masa pandemi kepada peserta didik dan wali murid pada awalnya dulu. Pendidik bertambah tupoksinya bagaikan menjadi petugas kebersihan, menjadi satpolpp, menjadi polisi dan petugas kesehatan. Kini semua kesulitan itu tidak lagi. Pendidik boleh merasa senang menikmati  hasil lelahnya itu. 

Ini karena..... 





Ala bisa karena biasa.


Lombok, 25 Mei 2021

Sunday, May 2, 2021

Sudahkah kita Melakukan Pesan ini

Olleh Nuraini Ahwan


Disampaikan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim atau akrab di telinga dengan panggilan Mas Menteri bahwa 2 Mei 2021 ini adalah kali kedua, peringatan Hari Pendidikan Nasional dilaksanakan di tengah pandemi covid 19. Bahwa memang benar adanya, inilah kedua kalinya peringatan hari besar ini dilaksanakan di tengah pandemi covid 19. Dilaksanakan dengan cara berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Sebelum pandemi, hari lahirnya tokoh Pendidikan yang dikenal dengan trilogi pendidikannya, semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Kasro, Tut Wuri Handayani dan juga pendiri Taman Siswa ini, diperingati dengan kemeriahan di sana-sini. Lomba-lomba dilaksanakan di kantor, lembaga-lembaga Pendidikan bahkan instansi yang tidak bergerak di bidang pendidikan juga turut serta. Tetapi tidak kali ini nuansa peringatan hari lahirnya tokoh pendidikan kita Bapak Ki Hajar Dewantara di meriahkan oleh jajaran Pendidikan dengan memasang twibon bertema Serentak Bergerak Wujudkan Merdeka Belajar. 

Mengingat kembali pidato Mas Menteri tentang pembelajaran jarak jauh di masa pandemi tahun lallu, bagaimana seorang guru membuat pembelajaran jarak jauh tidak membosankan. Masa pandemi merupakan saatnya guru banyak belajar, banyak bertanya, banyak mencoba dan banyak karya.  Sudahkah kita melaksanakan isi pidato Bapak Menteri Pendidikan pada peringatan hari Pendidikan Nasional tahun lalu?  Mari kita merefleksikan diri, sudahkah atau belum? Apa yang sudah kita lakukan dan apa yang harus diperbaiki. 

Sesuai dengan sebagian isi pidato Mas Menteri yang akrab dengan semua lapisan, baik tua maupun muda, yachhh karena memang beliau masih sangat muda. Beliau mengajak para guru untuk merefleksikan apa yang sudah dilakukan , apa yang belum dilakukan dan apa yang harus diperbaiki. Pandemi ini bukanlah satu-satunya tantangan namun sederet tantangan di depan membentang  harus kita hadapi dan lalui. 

Sependapat dengan apa yang disampaikan Mas Menteri dan setuju dengan solusi yang ditawarkan yakni menghadapi tantangan dengan inovasi dan solusi. Sederet tantangan ini pula yang mungkin menjadi lahirnya pemikiran bahwa  kewajiban guru untuk banyak belajar, bertanya, mencoba dan banyak karya. Lagi-lagi, sudahkah kita melakukannya? 

Mas Menteri mengajak kita untuk mengesampingkan kesulitan-kesulitan di masa pandemi ini. Sulit memang melaksanakan pembelajaran jarak jauh tetapi tidak harus membosankan bukan? Mari jadikan pandemi ini ladang optimisme. 

Selanjutnya Mas Menteri menyampaikan upaya perbaikan yang akan dilakukan bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat. Ada empat upaya perbaikan yang disampaikan pada pidato beliau, yakni pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi;  kedua perbaikan kebijakan, prosedur dan pendanaan serta pemberian otonomi yang lebih bagi satuan Pendidikan; ketiga perbaikan kepemimpinan, masyarakat dan budaya; perbaikan keempat perbaikan kurikulum, pedagogi dan asesmen.

Merdeka belajar,......kalimat yang sudah tak asing lagi bagi kita, namun perlu kita kaji lebih mendalam makna dari merdeka belajar itu agar mampu mewujudkannya. Untuk itu implementasi nilai karakter berperan penting  seperti saling asah, saling asuh, saling menyayangi saling memintarkan dan saling memelihara. 

Mari kita mendukung perbaikan-perbaikan yang dilakukan sehingga betul-betul menyasar ke seluruh masyarakat demi satu tujuan SDM unggul,  Indonesia Maju

Selamat hari Pendidikan Nasional untuk guru-guru hebat di mana pun berada. Jasamu tiada tara

Lombok, 2 Mei 2021.





Saturday, May 1, 2021

Dari Guru Madya Ke Guru Utama

 Oleh Nuraini Ahwan

Salam literasi dan salam sehat pagi ini, buat para guru dan pembaca. Saya ingin menyapa para guru yang sudah berada pada jabatan Guru Madya dan hendak melaju ke jenjang jangan Guru Utama atau lebih jelasnya jabatan Guru Madya golongan ruang IV//c ke jabatan Guru Utama golongan ruang IV/d. 

Tulisan ini terinspirasi dari penganugrahan tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia untuk PNS yang telah setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara dan Pemerintah dengan penuh pengabdian, jujur, cakap dan disiplin secara terus menerus. 

Mengapa ini menjadi inspirasi saya? Inspirasi berawal dari rasa bangga, ketika ada nama diri berada dalam satu lembar kertas yang menyatakan tentang keputusan orang nomor satu di negeri ini. Jika tidak mendapat penganugrahan tanda kehormatan ini,  masih ada jalan untuk  membuat diri memiliki atau dapat merasakan yang dirasakan oleh penerima tanda kehormatan ini. 

Jika jenjang jabatan mampu diraih sampai jenjang mulai dari Guru Madya IV/c dan seterusnya, maka orang nomor satu di negeri ini yang memutuskannya. Akan tertera dalam SK pangkat "Keputusan Presiden Republik Indonesia"  Bukankah ini membanggakan juga? 

Sahabat, ... Jenjang Jabatan Guru Madya  golongan ruang IV/b pada tahun 2013 masih pengusulan dan penilaian Dupak Jagurnya ke pusat atau ke Kementerian, sehingga  saat itu masih dikatakan sulit. Namun setelahnya, pengusulan dan penilaian Dupak diserahkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten masing-masing. Kebijakan ini memberikan peluang dan kesempatan banyak bagi Guru untuk mencapai jenjang golongan ruang IV/b.  Selanjutnya untuk mencapai setingkat lebih tinggi yakni IV/c menjadi   kebijakan  Pusat atau Kementerian. Pengusulan dan penilaian Dupak melalui LPMP setempat. 

Guru dengan golongan ruang IV/b sudah sangat banyak saat ini. Saatnya meraih golongan yang lebih tinggi lagi yakni IV/c. Bagi yang sudah golongan ruang IV/c, mari kita meraih jabatan baru dari Guru Madya IVc ke jabatan Guru Utama IV/d. Bagaimana memehui persyaratan mencapai jenjang jabatan Guru Utama? Baiknya kita simak atau baca uraian dalam buku 4, Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru Pembelajar. 

Jumlah angka kredit yang dipersyaratkan  bagi Guru Madya, golongan ruang IV/c menjadi Guru Utama golongan ruang IV/d wajib melakukan presentasi ilmiah. Persyaratan lainnya tentu saja harus dipenuhi seperti unsur utama. Adapun jumlah angka kredit minimal dari sub unsur pengembangan diri 5 dan dari sub publikasi ilmiah dan atau karya inovatif berjumlah 14 (empat belas). 

Yang menjadi beda dengan kenaikan pangkat pada golongan sebelumnya adalah presentasi ilmiah. 

Berikut ketentuan presentasi ilmiah yang harus dilakukan oleh guru yang akan naik ke jabatan Guru Utama

  • Memiliki 5 angka kredit dari sub unsur pengembangan diri dan 14 angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan atau karya inovatif. 
  • Melakukan presentasi  ilmiah secara terbuka di hadapan tim penilai tingkat pusat, akademisi, dan pejabat terkait setempat. 
  • Waktu pelaksanaan presentasi ilmiah diatur oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Ke pendidikan. (Disesuaikan dengan jumlah dan lokasi guru yang akan presentasi) 
  • Tempat pelaksanaan presentasi  bisa di instansi pusat, provinsi, LPMP atau tempat lain yang memenuhi syarat.
  • Wajib membuat ringkasan dari masing-masing publikasi ilmiah/karya inovatif unggulan. 
  • Ringkasaan terkait dengan perolehan 5 angka kredit dari sub unsur pengembangan diri dan 14 angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah/karya inovatif. 
  • Membuat uraian kegiatan publikasi ilmiah/karya inovatif dan ringkasan penjelasan hasil publikasi ilmiah dan karya inovatif. 
Berdasarkan hasil presentas ilmiah inilah, tim penilai menerapkan kelayakan jabatan Guru Madya golongan IV/c ke jabatan Guru Utama golongan ruang IV/d.
Jika belum dianggap layak maka diminta untuk melakukan perbaikan dan mengulang presentasi ilmiahnya. 

Nah, sahabat dan Guru hebat. 
Sudah adakah gambaran untuk melaju ke jenjang jabatan Guru Utama golongan ruang IV/d? Untuk menambah lembaran  bertuliskan nama diri yang  diawali dengan kalimat "Keputusan Presiden Republik Indonesia. "

Selamat meraih jenjang Jabatan Guru Utama. 
Salam literasi 
Tulisan ini bersumber dari buku 4. 

Lombok, 1 Mei 2021



Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...