Saturday, May 29, 2021

Lupa Berujung Derita

 Oleh Nuraini Ahwan

Salam sehat para sahabat, para guru hebat. Apa yang terpikir pada diri sahabat ketika membaca judul tulisan ini? Pasti beragam pemikiran yang ada. Lain orang lain pemikiran atau tanggapan terhadap judul tulisan ini. Bisa jadi penyebabnya, bisa jadi pula akibatnya. 

Sahabat hebat, 

Tulisan saya beberapa waktu yang lalu ada juga yang berjudul senanda dengan judul ini. Judul yang saya ambil saat itu berawal dari pengalaman pribadi. "Benarkah Ada Bibit Lupa?" 

Sahabat,... Lupa, salah dan khilaf adalah memang sifat manusia. Untuk urusan diri sendiri saya berpikir tidak ada seorang pun yang pura-pura lupa. Jika pura-pura lupa pada janji pada orang lain ini bisa termasuk  kepada orang yang ingkar janji. Pura-pura pada tugas yang diberikan ini namanya malas atau bisa juga tidak bertanggung jawab. Atau tidak bertanggung jawab pada tanggung jawab yang diberikan. 

Mengapa judul ini kembali saya angkat? Ini semata-mata ingin berbagi cerita tentang lupa yang melilit saya hari kemarin. Akibat lupa menyebabkan saya susah sendiri. 

Ba'da sholat Jum'at, saya menghadiri undangan rakor di kantor Bupati Lombok Barat. Tepatnya tanggal 27 Mei 2021, pukul 14.00 wita. Rapat bertempat di Aula Jayengrana bersebelahan dengan ruang Sekda lantai 2 kantor Bupati. Dengan jaket kulit berwarna coklat, saya bergegas menuju tempat rapat. 

Tiba di lokasi kegiatan, salah seorang peserta rakor sudah menunggu. Ia sudah melambaikan tangan dari jauh pertanda ia mengajak saya masuk melalui  pintu di mana ia berdiri. Melihat sudah ada teman rakor yang hadir, saya mematikan sepeda motor. Jaket kulit yang menutupi tubuh, saya masukkan ke dalam jok motor vario pink yang selalu setia menemani. Termasuk mengantar saya kali ini menuju kantor bupati yang berjarak puluhan kilometer ini. 

Dengan langkah pasti, saya menjumpai teman rakor untuk bersama masuk ke gedung di mana orang nomor satu di kabupaten Lombok Barat bertugas. Hari ini merupakan pertama kali saya masuk melalui pintu depan. Nyaman, adem dan asri  berada di dalam kantor Bupati yang bangunannya menyerupai bangunan gedung putih itu. 

Rakor diadakan Setda Kabupaten Lombok Barat, Bapak Drs Agus Gunawan yang bertanda tangan dalam undangan rakor menghadirkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berikut jajaran. Peserta dari sekolah terdiri dari 15 kepala sekolah SD, 15 kepala sekolah SMP dan 3 kepala sekolah SMA yang sudah ditetapkan sebagai sasaran dalam kegiatan ini. Hadir pula memberikan sambutan, Bapak Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid, S.Ag., M.Si

Rakor yang diadakan kerjasama dengan BNI 46 yang selaku mitra pemerintah kabupaten Lombok Barat dalam kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan oleh 33 sekolah yang ada di kabupaten Lombok Barat ini. Rakor ini berjudul rakor gerakan ijo nol dedoro (bank sampah) pada SD, SMP dan SMA dengan BNI 46. Gerakan ijo nol dedoro (sampah) sebagai upaya pendidikan karakter kepada peserta didik sejak dini untuk pelestarian lingkungan.  Ke depan nanti anak-anak akan berani berkata kepada orang tua, siapa saja bahwa membuang sampah di sembarang tempat itu, adalah hal yang tidak baik. Gerakan ini juga untuk mendukung program zero waste Bapak Gubernur provinsi NTB. Sementara BNI 46 menekankan kepada pembiasaan anak untuk menabung sejak dini. 

Kegiatan rakor berjalan lancar dengan dua pola, yakni tatap muka langsung dengan peserta dan via zoom untuk pihak BNI yang ada di pusat yakni Jakarta. Seluruh peserta serius mengikuti jalannya rakor, mengikuti pemaparan Bapak Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat Bapak Hairudin, M.Pd, tentang mekanisme pelaksanaan ijo nol dedoro (bank sampah) di sekolah. 

Ada waktu yang disiapkan untuk perwakilan kepala sekolah berbicara pada forum ini. Setiap jenjang diwakili oleh satu orang kepala sekolah. Saat kepala sekolah berbagi pengalaman tentang kegiatan yang sudah dilakukan di sekolahnya, pikiran saya melayang ke motor yang terparkir di halaman kantor Bupati. Rupanya saya lupa mencabut kunci dari jok si vario. Saya tetap tenang saja tidak berusaha pergi mencari si pink ke halaman. Saya yakin motor akan aman karena penjagaan masuk area kantor Bupati sangat ketat. Banyak POL PP berjaga di pintu masuk. 

Usai acara semua peserta bergegas pulang karena hari sudah menjelang sore. Kantor pun akan tutup. Saya melihat ini dari ramainya pegawai kantor meninggalkan kantor ini. Termasuk saya saat itu langsung turun dari lantai dua. Tiba di depan kantor bupati, ternyata hujan turun memaksa saya dan teman -teman harus menunggu hujan reda. Hari pun tambah sore. 

Saya yang sudah yakin dengan kunci motor tertinggal di jok motor tidak segera mencari si pink karena yakin barang kecil itu akan tergantung di jok. Hujan pun reda hanya gerimis kecil yang masih turun. Saya menuju motor dan pandangan langsung tertuju ke jok motor. Kaget bukan kepalang, kunci motor tidak ada di jok motor. Saya panik tak karuan. Saya bongkar tas, saya keluarkan isinya namun tidak ada kunci motor. 

Saya berlari menuju lantai 2, mencari ke setiap tempat. Kamar kecil, ruang rapat dan setiap jalan yang saya lalui. Bertanya ke semua yang  saya temui. Namun tidak ada jawaban yang menggembirakan. Saya berandai-andai. Andaikan kunci tidak ditemukan, akan meminta ayah mengantar kunci cadangan, tempat kegiatan sangatlah jauh. Bertambah bingung saja saat itu. 

Saya menuju pintu penjagaan, bertanya pada petugas jaga atau Satpol-PP. Belum saja saya mengajukan pertanyaan, mereka sudah bertanya pada saya, "Mau cari kunci motor, Bu? " Rupanya ada salah seorang peserta rakor yang mengetahui bahwa kunci yang tergantung di jok motor itu adalah milik saya. Ia menyerahkan ke penjaga yang ada di gerbang masuk kantor. Lumayan juga jauhnya dari tempat motor di parkir. 

Waduh.... Kunci ada diamankan di sini, mengapa petugas tidak mengumumkan atau menyerahkan ke bagian resepsionis,  ya? 

Tetapi, Alhamdulillah! Kunci ditemukan setelah saya bersusah payah turun naik tangga, hingga waktu berjalan terus sampai sore. Hujan turun lagi sangat deras. Saya bingung lagi karena takut berkas akan basah kena hujan.  Salah saya sendiri juga, mengapa tidak bertanya pada petugas jaga? Lagi-lagi lupa, lupa karena panik dan bingung. 

Lupa karena terburu-buru

Lupa karena tidak hati-hati

Lupa karena ceroboh

Lupa karena lalai. 

Akibat lupa jadi menderita. 

Menderita adalah suatu keadaan yang tidak mengenakkan. Sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang kita inginkan. Bisa jadi itu keadaan menyusahkan maupun menyakitkan. Pernyataan menderita ini menurut pendapat pribadi. Semoga tidak salah. 


Lombok, 28 Mei 2021.


2 comments:

  1. Ini sama dengan penyakit saya. Sudah beberapa kali kunci motor tertinggal di motor. Biasanya masih nggantung. Hehe.... (Mentang-mentang motor tidak bagus, jadi jarang khawatir)

    ReplyDelete
  2. Lupa lagi lupa lagi he he...ada temannya bunda...tp untung masih ndak lupa jalan pulang...

    ReplyDelete

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...