Wednesday, May 20, 2020

Indahnya Kebersamaan Pada Tradisi Maleman.


Oleh Nuraini Ahwan

Marhaban Ya Ramadan. Bulan yang mulia. Bulan yang di tunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bulan yang penuh berkah dan ampunan.
Di luar bulan Ramadan, keluarga kecil saya, yang terdiri dari empat orang yaitu saya, suami dan 2 anak  yang sudah remaja,  melakukan aktivitas dalam keluarga sebagian besar secara sendiri. Intensitas untuk bersama sangat kecil. Mungkin karena jam pulang kerja yang berbeda. Contoh makan bersama yang mungkin sebagian besar keluarga melakukannya, tetapi tidak dengan keluarga kami.  Alasannya seperti di atas tadi. Lagi pula kalau saya mengajak untuk makan, jawaban mereka, belum lapar .Demikian juga dengan ibadah sholat, kami hanya bisa sholat berjamaah pada waktu magrib, isya dan subuh.  Itupun tidak dengan semua anggota keluarga.

Bulan Ramadan, kebersamaan sangat terasa, menumbuhkan rasa saling memperhatikan satu sama lain. Saling membantu antara ibu dan anak di dapur, saling membantu menyiapkan es kelapa muda antara suami dan anak lelaki. Menyajikan dan menata meja makan bersama antara ibu dan anak gadisnya. Bisa duduk bersama di ruang makan sambil mengobrol menanti saat berbuka, saling menawarkan makanan, saling mengambilkan makanan, saling melayani satu sama lain. Sangat menyenangkan.

Saya sangat bersyukur bisa berada atau tinggal satu daerah dengan banyak anggota keluarga lainnya. Ibu, saudara, keponakan dan cucu-cucu dari saudara.  Dengan tempat tinggal yang nyaris berdekatan, bisa terjangkau dengan perjalanan dalam hitungan  jam.
Jadi kami bisa mengadakan kegiatan buka puasa bersama.

Di malam ke 27 Ramadan tahun ini, tepatnya 19 Mei 2020,  sebuah acara  bersama yang dilakukan di kampung saya.  Namanya maleman. Maleman ini di pulau Lombok, dimulai tanggal 21 sampai malam ke 29 bulan Ramadan. Kegiatan maleman merupakan kegiatan menyalakan dile  jojor (dile atau lampu terbuat dari campuran buah jarak atau bisa dari buah jamplung dengan kapas yang ditumbuk halus, dibuat menyerupai lilin atau sate.).

Maleman diawali dengan acara  rowah (selamatan) di masjid. Semua kepala keluarga membawa dulang (sajian makanan dalam wadah nare ditutup tudung saji) untuk disantap bersama setelah diadakan doa bersama.  Begitu acara rowah selesai, bedug dimasjid dibunyikan sebagai pertanda rowah selesai dan tiba waktunya acara maleman dimulai.

Serentak seluruh warga menyalakan dile  jojor di rumah masing-masing dan menancapkannya di seluruh pojok rumah, di bawah pohon, ditempat air, didapur sehingga menerangi semua penjuru rumahnya. Katanya orang tua kami,  ini untuk menyambut Lailatul Qodar.
Moment maleman ini digunakan oleh keluarga besar untuk berbuka puasa bersama. Setelah acara maleman atau bakar dile  jojor selesai,  kami lanjutkan dengan saling berbagi dengan keluarga. Berbagi untuk anak-anak kecil. Amplop yang berisi uang kertas baru, isinya berapa saja sesuai kemampuan, tidak banyak tetapi cukup membuat anak-anak senang.

Momen seperti ini sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga kami. Momen bersama di tradisi maleman.
Saya menyebutnya tradisi karena saya kurang tahu di daerah lain acara semacam ini ada atau tidak.

Semoga kebersamaan ini akan terpelihara, tradisi maleman tetap bisa dilaksanakan,  berbagi dapat ditingkatkan. Dan covid 19 cepat berlalu dan tidak menjadi penghalang dalam kebersamaan.

Lombok Barat 20 Mei 2020
Edisi;*hilangkancoviddaripikiran.

No comments:

Post a Comment

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...