Monday, May 18, 2020

Ketika Kerabat dan Sahabat Berpulang di Masa Corona Virus Disease 19.

Oleh Nuraini Ahwan


Selepas sholat subuh dan membaca Al Qur'an hanya beberapa lembar, tak sampai satu juz pagi ini mengisi pagi saya hari ini. Saya menutup Al Qur'an suci yang ada di pangkuan. Ada sesuatu yang terlintas dalam pikiran. 

Saya membuka handphone yang biasa setia menemani  dan saya letakkan di atas tempat tidur setiap malamnya. Setiap pagi, begitu hanphone dibuka, seperti papan seluncur pemberitahuan atau chat masuk dari whatsAap. Bukan lagi  hitungan puluhan tetapi ratusan chat masuk ke   whasAap grup. 

Satu persatu chat itu saya baca, pertama yang saya baca adalah whatsAap grup Rumah Virus Literasi (RVL). Dalam  grup ini  ada tantangan yang harus diselesaikan. Terjadwal setiap hari. Bukan dipaksa tetapi merupakan komitmen diri terhadap keikutsertaan dalam grup. Sehingga sangat berbeda rasanya ketika ada hari yang tidak tercentang warna biru tanda sudah setor tulisan. Sepagi ini pun (pukul 06.00 wita) waktu lombok  sudah ada anggota grup  yang setor tulisan.. Alhamdulilah menjadi penyemangat untuk berbagi cerita. 

Saya melanjutkan membaca chat di grup yang lain. Sampailah pandangan saya kepada grup kelompok kerja di mana saya bertugas. Jemari saya bergerak   cepat menyentuh layar handphone. Mata saya menyapu koment demi koment sehingga nyaris tak ada satu pun yang terlewatkan. . Sampailah saya pada sebuah  berita dari salah seorang teman dan sudah di balas koment oleh banyak orang,  bersusun balasan terhadap berita itu. Berita yang membuat saya pagi ini berpikir. 

Sebuah berita duka"Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun". Salah seorang rekan kerja saya, orang tuanya meninggal. Saya membalas dengan menuliskan kalimat,"Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun.  Semoga almarhumah ditempatkan di tempat sebaik-baiknya di sisi Allah SWT. Aamiin YRA."
Pikiran saya, bergerilya mengingat kejadian atau berita yang sama beberapa hari  , beberapa Minggu yang lalu .  Selama merebaknya wabah corona virus ini.  Apa yang harus saya lakukan?

Di masa pandemi ini, prosedur yang harus kita lakukan adalah hindari kerumunan, jaga jarak, gunakan masker, cuci tangan, diam di   rumah dan lain sebagainya. Tentunya mengikuti aturan pemerintah. 

Saya berpikir, berani  atau tidak saya datang takziah ke rumah duka? Selama pandemi ini ada beberapa orang kerabat dekat saya juga berpulang. Tetapi tak satu pun yang saya datangi. Terlebih lagi, ada satu kerabat dekat dari pihak saya yang juga dipanggil lebih dulu menghadap Yang Kuasa, tempat tinggalnya di daerah terpapar covid 19. Saat itu saya betul-betul bingung. Saya bertanya pada suami, apakah pergi takziah atau tidak karena daerahnya terpapar covid 19? Suami hanya menjawab, terserah kalau berani. Jawaban itu membuat saya ragu. Anak-anak juga sering mengingatkan,"Awas saja Ibu, paling sering keluar rumah, Ibu yang harus nya kita khawatirkan"
Maklum tugas dinas yang tidak memberikan rekomendasi untuk WFH. 

Bersedih dan membuat saya menjadi tidak tenang ketika ada berita duka (meninggal dunia). Ini tidak kali pertama. Selama covid 19,  sekitar 6 orang yang meninggal dan berlokasi di sekitar zona merah. Tak satu pun saya datangi. Sebelum ini, orang tua dari teman dekat saya meninggal, hanya saya tonton dari video pemakamannya malam hari gelap gulita. Penerangan hanya senter dengan petugas berseragam layaknya astronot. Sedih memang, karena hanya ucapan bela sungkawa saya sampaikan kepada salah satu anggota keluarga almarhum, yang saat itu masih dikarantina.

Dalam situasi seperti sekarang ini, ada keraguan dalam hati, untuk datang takziah ketika ada kerabat  dan sahabat yang lebih dahulu berpulang. Meskipun yang berpulang bukan terkena covid 19, tetapi jujur, yang saya khawatirkan adalah kontak fisik (menyalahi aturan psycal distanching) antara kerumunan petakziah.  Petakziah yang berasal dari segala penjuru. 

Kalimat permohonan maaf,  s kepada keluarga almarhum atau almarhumah karena tidak bisa hadir, juga saya sampiakan lewat whatsAap. 

Hanya doa yang bisa saya panjatkan dari jauh.
Semoga Jannahnya Allah SWT, disiapkan untuk almarhum/almarhumah. Aamiin YRA.

Salahkah saya yang ragu dan tak punya keberanian untuk datang ke rumah duka?😭😭

Lombok, 17 Mei 2020
Edisi. Sayangkeluarga.

1 comment:

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...