Monday, March 22, 2021

Editor Tulisan Sendiri

Kepala Cenat-Cenut, Butuh Stok Sabar yang Tinggi

Oleh Nuraini Ahwan

Menulis adalah sebuah proses. Proses mulai dari menggali ide sampai pada tulisan siap dikonsumsi oleh orang lain. Ups......salah, bukan dikonsumsi ,. seperti makanan saja. Maksudnya sampai tulisan siap dibaca orang. Mulai dari menggali ide  sebut saja sebagai pra menulis, menulis, membaca ulang, lalu mengedit dan mengirim tulisan. Proses yang kadang saya rasakan tertatih-tatih dalam tiap posesnya atau tahapannya. 

Saya mengajak anda gila (gali ide langsung action) pada tulisan saya sebelumnya agar tidak kehilangan ide saat ide itu baru saja ditemukan. Itu barulah langkah awal bahkan masih pada tahap pra menulis. Ups.....jangan salah lagi ya,....saya bukan bermaksud menakut-nakuti, lho...! Bukan pula bermaksud mengatakan menulis itu sulit sehingga anda tidak memiliki keberanian untuk menulis. Tapi,....dengan mengetahui bahwa menulis itu melewati  tahapan  atau proses maka kita akan menghargai sesederhana apa pun tulisan seseorang. 

Melewati proses menulis sampai pada proses editing tulisan merupakan perjuangan keras. Seorang penulis  pemula setidaknya berusaha menjadi editor untuk tulisannya sendiri. Nah,...ini yang  membutuhkan pemikiran super ekstra dan membutuhkan stok sabar yang tinggi.

Saya pernah membaca curahan pengalaman Bapak penggagas grup RVL (Much.Khoiri), beliau mengatakan bahwa ketika sedang mengedit tulisan seseorang, tak jarang kepala cenat-cenut. Apalagi tulisan yang masih berantakan , diserahkan mentah-mentah.  Waktu itu saya membalas curahan hati beliau dalam tulisan saya, jika bapak menjadi editor tulisan saya, mungkin tidak hanya kepala yang cenat-cenut, mungkin bisa jadi kaki dihentak-hentakkan karena geregetan, he he

Begitulah, proses menulis, menjadi editor tulisan sendiri sebelum sampai ke sentuhan halus tangan-tangan para editor yang sudah punya lisensi, sungguh menguras pikiran dan harus punya stok sabar tingkat tinggi.

Ketika saya mengeditori tulisan sendiri, kepala saya pusing.  Sewaktu saya pindah dari komputer desktop di sekolah ke lattop di rumah, tulisan berubah tatanannya. Tidak ada spasi di setiap kalimat. Sambung menyambung seperti mobil tanpa rem, nyeruduk....kalimat di depannya. 

Bisa dibayangkan, saya harus mengatur spasi untuk 150 halaman. Mungkin bagi yang sudah mahir IT, ada cara khususnya supaya cepat, ya tidak menjadi masalah. Lah,....saya memperbaikinya satu persatu. Belum lagi ketika diubah menjadi Pdf,  tambah aneh. Ada paragraf tak dikenal yang muncul. Tambahlah pusing kepala. Andai saja ada bintang sepuluh puyer obat sakit kepala, mungkin sudah saya minum untuk menghilangkan sakit kepala saat itu.

Belum lagi harus belajar tentang  ejaannya, tata bahasanya, aturan penulisannya dan lain-lain. Memang ada nilai plus ketika kita ingin mengetahui tentang kepenulisan yang benar. Mengedit sambil mencari referensi di embah google agar tidak salah. Membaca masukan dari teman ketika tulisan yang kita posting sebelumnya mendapat komentar perbaikan. Menjadi tambah pengetahuan dari membaca.

Begitulah proses menulis. Saya sangat setuju ketika para pakar mengatakan bahwa sesungguhnya menulis itu adalah berpikir. Memang betul, ketika menulis banyak sekali yang harus dipikirkan. Memilih diksi yang tepat. Menyusun diksi menjadi kalimat yang benar dan lain-lain.

Saya juga sangat setuju dengan pendapat para pakar bahwa penulis itu adalah pembaca juga

Bagaimana seorang penulis yang tidak menjadi pembaca, tentu ia akan fakir kata-kata. (Ini diriku)

Sesederhana apapun tulisan seseorang, paling tidak ia sudah melalui proses dan berpikir. Pasti ada hal sederhana yang kita bisa ambil dari tulisan yang sederhana itu.

Atau mungkin sederhana bagi kita, tapi bermanfaat bagi orang lain.

Lombok, 22 Maret 2021

21 comments:

  1. Butuh proses juga untuk memahami IT ...
    Semangat bun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang hilang semangat, maunya momong cucu aja he he

      Delete
  2. ...proses editing tulisan merupakan perjuangan keras. Seorang penulis pemula setidaknya berusaha menjadi editor untuk tulisannya sendiri. Nah,...ini yang membutuhkan pemikiran super ekstra dan membutuhkan stok sabar yang tinggi.(by Nuraini ahwan ) ...inilah yg menjadi momok buat saya sehingga tidak bisa-bisa menulis sampai sekarang...hehe ,ayo terus semangat kawanku yg hebat suatu saat dikau akan menjadi penulis yg handal...

    ReplyDelete
  3. Pengalaman yang mengesankan dan berbuah manis

    ReplyDelete
  4. Keren bunda pengalamannya.. Saya pun pernah mengalaminya he he bahkan sempat nangis gegara tulisan seperti mobil gakbada rem...

    ReplyDelete
  5. Editing, itu satu tahapan menarik.. Mereka yang mampu melakukan proses ini pada tahapan menyusun untuk menjadi buku lebih ribet. Saya pernah mengalami hal ini. Seorang Editor harus membaca secara utuh naskah yang disodorkan padanya. Di situ tugasnya untuk melakukan koreksi pada segala aspek tulisan. Ejaan, tanda baca, diksi, dan jika perlu mengganti frase menempatkan paragraf yang tepat pula. Akh...saya ngibul. Blogger Nuraini sudah mahir dan telah masuk tahap bagus, GILA

    ReplyDelete
  6. Bener bu..pengalaman yang menyenangkan plus ada cenut2, hee.apalagi sudah deadline..

    ReplyDelete
  7. Kereeeen bu tulisannya, saya share di kelas saya ya buu. Sukses terus dan terus memberikan inspirasi kepada anak negeri.

    Salam Inspirasi
    Ibu guru cantik
    Guru inspirasi NTT
    Bunda Lilis Sutikno

    ReplyDelete
  8. Mengedit = memadukan nalar dan rasa.

    Cemungut, Bu!

    ReplyDelete
  9. Kok rasanya ada terus yg harus dibenahi setiap kali baca ulang ....bikin cenat cenut ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar.... Ada saja yg dibenahi ulang, sampai sampai gak selesak

      Delete
  10. Keren,,. Pengalaman pribadi... Proses editing membuat tulisatu enak dibaca,, tetapi harus dilakukan dengan penuh perjuangan...Semangat ...💪💪💪

    ReplyDelete
  11. Keren,,. Pengalaman pribadi... Proses editing membuat tulisatu enak dibaca,, tetapi harus dilakukan dengan penuh perjuangan...Semangat ...💪💪💪

    ReplyDelete
  12. Keren,,. Pengalaman pribadi... Proses editing membuat tulisatu enak dibaca,, tetapi harus dilakukan dengan penuh perjuangan...Semangat ...💪💪💪

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, pengalaman Ibu menjadi motivasi untuk belajar menulis lebih baik lagi.

    ReplyDelete
  14. Terima kasih teman teman semua yang baik hatinya

    ReplyDelete

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...