Thursday, October 29, 2020

Komitmen, Konsistensi Menuju Ikon Diri

Oleh Nuraini Ahwan

Memelihara komitmen dan tetap memegang konsistensi dalam menulis membutuhkan perjuangan. Melawan segala gangguan atau godaan yang menyerang diri. Godaan rasa malas dan merasa sok sibuk setiap hari. Padahal kesibukan yang dibuat menjadi alasan tak jelas  menghasilkan kerja apa saat itu. Kadang mengeluh pada diri sendiri dengan mengatakan saya sibuk. Atau ketika ditelp oleh seseorang tak jarang pula orang tersebut bertanya sebelum melanjutkan pembicaraan dengan mengatakan, "Apakah anda sibuk hari ini?"

Itu adalah bagian dari beberapa alasan melemahnya komitmen dan konsisten dalam menulis yang mungkin bisa jadi dirasakan oleh banyak orang Jika dikaitkan dengan tulisan seorang dosen yakni Bapak Ngainun Naim dalam blog beliau, ada beberapa type malu dalam menulis, maka saat itu bolehlah seseorang menyebut diri berada dalam level atau type yang ke tiga yakni menulis saja tanpa rasa malu.  Mau tulisannya bagus, atau kurang bagus, mau dibaca orang atau tidak, ia tidak perdulikan. Pokoknya menulis saja. Jika tulisan  mau dibaca orang atau orang senang pada tulisannya, maka itu adalah bonus baginya dan bisa djadikan pemantik semangat dari penulis tersebut.

Lalu akankah type ini bisa meningkat menjadi type ke empat yakni malu jika tidak menulis? Atau menurun ke level ketiga, kedua atau ke satu. Jika komitemen dan konsisten tidak dipelihara, kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Inilah letak perjuangan komitmen dan konsistensi pada diri dalam.menulis.

Menghasilkan buku antologi merupakan jalan menuju terbitnya tulisan sendiri suatu saat nanti. Buku solo dengan seluruh isi buku merupakan tulisan atau karya sendiri mungkin  merupakan impian setiap penulis. Walaupun belum sampai kepada ikonik pribadi.

Pagi ini saya membaca tulisan  seorang dosen, penggerak literasi, editor dan penulis buku, Bapak Much Khoiri , dalam tulisan berjudul*Buku Sebagai Ikon Penulisnya* 

Inti dari tulisan beliau dapat saya kutip sebagai berikut:

"Karya ikonik adalah karya kreatif yang menjadi ikon pribadi pengarang, serta representasi diri dan karya pengarang itu secara keseluruhan.

Karya ikonik adalah karya kreatif yang menjadi ikon pribadi pengarang, serta representasi diri dan karya pengarang itu secara keseluruhan.  Tentu, semua itu akibat keajegan atau konsistensi pengarang di dalam menuangkan gagasan ke dalam tulisan.

Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bapak penggagas grup "Rumah Virus Literasi atau RVL" yang akrab dengan panggilan Mr.Emcho, bahwa karya ikonik akan menjadi ikon pribadi pengarang. Tinggal bagaimana seorang penulis terutama penulis pemula mempunya komitmen dan konsisten untuk menulis.

Menulis setiap hari tentang apa byang dilihat, dirasa, didengar, dilakukan maupun apa yang dipikiran bukan yang dipikirkan. ___Menulis setiap hari___lambat laun penulis akan menemukan ikon pribadinya.

Apalagi jika yang kita tulis adalah sesuatu yang paling kita sukai, kita kuasai, maka lama kelamaan kita atau seorang penulis akan menemukan branding dirinya sendiri. Branding diri inilah yang menjadi cikal bakal ikon penulis atau pengarang itu sendiri 

Menulis tentang apa yang kita sukai akan lebih mengalir dan lebih dinikmati. Bukan berarti seorang penulis hanya menulis satu genre tukisan saja.  Dengan terus mengasah diri sendiri secara terus menerus dan berkelnjutan, konsisten dan bagus, berlatih habis habisan setiao hari. Ikon itu lambat laun penulis akan menemukan ikon dirinya atau mungkin boleh disebut branding diri.

Dengan menulis konsisten setiap hari itulah, pengarang itu akan terbentuk dengan alamiah dan meningkat dari satu waktu ke waktu selanjutnya.  Jangan lupa, menulis itu keterampilan. Semakin sering dan konsisten dalam berpraktik dan berlatih, maka otomatis kemahiran akan diperoleh. Kemahiran yang diwujudkan dalam karya, menunjukkan keikonan karya yang dihasilkan."

Jika selama ini, seorang penulis atau sebut saja penulis pemula yang sudah menghasilkan berapa banyak buku dalam bentuk buku keroyokan atau buku antologi, maka jangan berkecil hati. Dengan terus berlatih, keberanian akan muncul untuk menerbitkan buku solo.

Kapankah akan bisa menghasilkan buku solo? Kapankah akan menghasilkan buku yang merupakan ikon diri? 

Mengambil yang terpendam dari tulisan ini adalah teruslah menulis, kuatkan komitmen, pegang konsisten diri untuk menulis. Jika diperlukan hukum diri jika tidak menulis. Buat janji pada diri sendiri bahwa hutang tulisan dibayar tulisan. Jika dalam satu hari tidak menulis maka dianggap sudah berhutang satu tulisan. 

Mr.Emcho diakhir paparan ingin  suatu saat,  akan menjadi saksi untuk kita wujudkan   "Buku adalah Ikon Penulisnya".

Semoga kelak, ketika sebuah buku dibaca orang, maka pembaca akan mengetahui bahwa buku itu adalah karya kita, tanpa melihat terlebih dahulu nama penulis di cover buku. Aamiin YRA

Lombok, 29 Oktober 2020

Judul ?

15 comments:

  1. Masya Allah. Bunda sudah membuktikannya. Semoga saya mampu mengikuti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, Mari yang muda yang berkarya. Tiang sekedar isi waktu dinda dinda inges.

      Delete
  2. aamiin.. bismilah bertekat untuk bisa menulis buku solo..

    ReplyDelete
  3. Komitmen dan konsisten diri pasti akan melahirkan ikon diri, mantaaap Bu Nur...mengalir dan mengalir,itu sudah terbukti.👍

    ReplyDelete
  4. Teruslah menulis, kuatkan komitmen, pegang konsistensi. Wah...frase ini hebat

    ReplyDelete
  5. Enak membaca blogx bu nur, motivasinya luar biasa, semoga s bisa seperti sidd, terus berkarya untuk negri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, terima kasih, mari kita sama sama berlatih, saya mau kunjungan balik ke blognya. Mana alamatnya?

      Delete
  6. Terima kasih pak pengawas hebat.....

    ReplyDelete

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...