Oleh Nuraini Ahwa
Ketika tulisan dalam blog menjelma menjadi sebuah buku, maka tidak ada kata yang pantas diucapkan selain puji dan syukur kepada Ilahi Rabbi atas ridhanya sehingga tulisan lahir sesuai harapan penulisnya.
Tulisan yang tercerai berai, terserak kini menyatu diikat dalam satu judul sehingga semakin kuat. Kuat untuk memberikan motivasi bagi si empunya untuk terus berkarya. Entah bagaimana takdirmu kelak duhai sangat buku. Bagi penulisnya, buku adalah sebagai pengabadian nama penulis. Juga sebagai pertanda bahwa penulis pernah ada di dunia yang fana ini.
Buku adalah warisan untuk anak cucu kelak. Tidak saja untuk anak cucu secara darah keturunan tetapi anak cucu sebangsa setanah air bahkan lebih luas dari itu.
Hadirnya buku sebagai sebuah karya, tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh penulisnya. Mengapa tidak? Sebuah buku melewati proses panjang menjelang kehadirannya. Mulai dari menabung tulisan. Untuk. Menjelma menjadi sebuah buku, tulisan tidak bisa bim salabim langsung ke penerbit. Tetapi perjalanannya untuk sampai ke penerbit cukuplah panjang. Mulai dari pra menulis, proses menulis dan mengedit tulisan. Belum lagi jika tabungan tulisan kita masih dalam bentuk draf, editingnya sekaligus dengan jumlah sekian banyak kumpulan tulisan
Bisa dibayangkan bagaimana mengedit dalam jumlah ratusan lembar atau minimal 60 lembar.
Jadi lahirnya sebuah buku merupakan titik yang ditujukan oleh penulis. Jangan sebut dulu mengenai finansial pasca terbit seperti hasil pemasaran atau royalti jika penerbitan di penerbit mayor karena masalah itu perihal yang berbeda dari makna lahirnya sebuah buku bagi penulisnya. (Ini perasaan diri pribadi saya)
Seperti lahirnya anak pertama, apapun jenis kelaminya yang penting sehat, kebanyakan orang tua pasrah saja dengan apa yang diberi Sangat Pencipta. Tetapi begitu anak kedua ada permintaan atau pengharapan untuk mendapatkan anak yang tentunya berbeda dengan anak pertama.
Demikian juga dengan terbitnya buku pertama, apapun genre tulisan yang mampu kita tulis dan terbitkan, penulis pasti bangga dan bersyukur. Begitu berkeinginan menerbitkan buku berikutnya, pasti penulis punya target untuk bisa menulis dengan genre atau paling tidak lebih baik dari buku pertama.
Mungkin saya terlalu berlebihan mengumpamakan terbitnya buku petama, kedua dan selanjutnya seperti lahirnya anak pertama dan seterusnya. Lagi-lagi ini perasaan pribadi saya, ya....
Begitulah, ... kedua, ketiga dan seterusnya, hadirmu pasti akan ditunggu oleh penulisnya. Hadirmu dalam wujud kumpulan tulisan yang dapat mengabadikan nama bahkan mungkin bisa menjadi ikon diri penulisnya
Hadirmu untuk menemui takdirmu.. Meski entah kapan....... Takdir baik berpihak padamu.
Lombok, 24 Maret 2021
Mantab
ReplyDelete