Oleh Nuraini Ahwan
Si Pintar yang disayang. Si Pintar yang selalu membuat senang. Menghibur hati dengan seabrek talenta yang dimiliki. Ia mempunyai mental tinggi dan tak pernah mengatakan tidak terhadap apa yang kita minta darinya. Si Pintar, sering pula mengaduk-aduk rasa.
Si Pintar tidak hanya membuat senang, tapi sangat cepat membuat hati terluka. Membuat hati menangis. Tidak hanya membuat diri menangis tetapi orang lain pun bisa dibuat menangis begitu melihatnya, begitu mengorek-ngorek atau membaca dirinya. Masyarakat dan bahkan siapa saja bisa terpecah-belah karenanya. Ia mampu memecah-belah sesama dalam waktu sekejab.
Si Pintar selalu membuat orang tertarik padanya. Orang bisa lengket dan tak lepas darinya. Bisa membuat terluka dan terancam bahaya jiwa dan raga. Orang bisa lari tunggang - langgang dan bisa ngebut sekencang-kencangnya jika ia dilupakan atau terabaikan di tempat yang tak pasti.
Oleh karena itu, hati-hati pula menjaga si Pintar. Jangan sampai ia jatuh atau dirampas orang.
Sebut saja Bapak Wijaya Kusumah, bapak bloger Indonesia hampir membahayakan jiwanya karena orang menginginkan apa yang dimiliki. Handphone milik beliau dijambret hampir membahayakan jiwa raga beliau.
Hari ini, saya alami sendiri. Bukan karena dijambret tetapi karena kesalahan atau keteledoran sendiri. Saya merasa yakin handphone itu saya bawa pergi rapat dengan jarak kurang lebih 27 km dari sekolah. Waktu rapat dimulai, saya merogoh saku hendak mematikan handphone. Saya gagal karena handphone tak ada di saku. Saya mencari di seluruh ruang yang ada dalam tas. Saya gagal juga.
Keringat mulai mngucur. Konsentrasi rapat mulai pecah. Tak bisa duduk dengan tenang. Tengok kanan tengok kiri. Segala macam perasaan menambah keringat deras mengucur. Mata sudah mulai berkaca-kaca. Saya meminta teman sebelah menelpon ke nomor saya. Tetapi gagal....tak diangkat. Ada nada masih aktif, namun tak ada jawaban. Peserta yang lain juga ikut menjadi tak konsentrasi.
Saya berdiri dari ruang rapat. Saya ijin keluar, bergegas hendak mencari handohone. Tanpa membawa tas atau dompet yang berisi SIM dan STNK. Hanya membawa kunci motor vario merah yang setia ada di tangan. Berlari ke arah motor tanpa menghiraukan orang yang di sekeliling, menyapa dengan ramah.
Dengan kecepatan tinggi, melarikan motor ke tempat yang saya perkirakan handphone terjatuh. Bertanya dari satu tempat ke tempat yang lain. Adakah yang melihat handphone saya? Nihil tak ada jawaban. Mata saya berkaca-kaca. Segala macam perasaan mengisi pikiran saat itu. Segera membuat semacam sayembara agar yang menemukan handphone tertarik mengembalikan. Siapa yang menemukan dan mengembalikan akan diberikan imbalan. Pesan ini dikirim melalui handphone teman ke nomor handphone saya. Si Pintar sudah dua kali membuat kalang kabut dan mengaduk-ngaduk perasaan.
Kurang hati-hati menjaga si Pintar, bisa membahayakan diri.
Si Pintar bisa bersahabat dengan pemiliknya bisa juga membahayakan pemiliknya. Bisa berdampak positif dan bisa juga berdampak negatif jika kurang bisa memanfaatkan dan menggunakan secara bijak. Termasuk menjaganya.
Lombok, 28 Maret 2021
.
Isinya mantap. Tapi mhn izin saran, bhw tulisan seyogianya dicek ulang penulisannya, termasuk ejaan. Maaf n makasih
ReplyDeleteSiapp... Terima kasih, saya kembali ke runmah
DeleteDi manakah si pintar berada?
ReplyDelete