Oleh Nuraini Ahwan.
Tulisan saya beberapa hari yang lalu tentang ketika ada siswa yang terpapar covid 19, masih penuh cerita dan tanda tanya. Dari mana virus itu datang, siapa yang menularkan dan mengapa harus saya tutupi. Sampai pada mengapa harus ditutupi? Covid 19 bukanlah merupakan aib sebagaimana dikomentari oleh para sahabat literasi.
Saya belum akan menulis perkiraan untuk jawaban darimana virus itu datang sehingga siswa kami tertular. Saya ingin mengulas sedikit mengapa harus saya tutupi tentang terpaparnya siswa kami dan kepada siapa saja informasi ini ditutup dan kepada sidapa informasi ini kami buka.
Pertama, tentang terpaparnya siswa kami bukanlah orang pertama yang mengetahuinya. Siswa biasa-biasa saja pada hari terakhir mereka masuk. Saya menyebut mereka karena ada 2 orang yang terpapar. Tidak tampak ada gejala, batuk filek yang pada mereka. Jadi praktis kami tidak mengetahui siswa ada yang terpapar. Lagi pula sewaktu pengecekan suhu tubuh ketika tiba di sekolah dan pulang sekolah, suhu tubuhnya normal di bawah 37, 33.
Keterbatasan pengetahuan itulah, menyebabkan kami bukanlah orang pertama yang mengetahui siswa ada yang terpapar. Berita ini justru kami tahu dari orang lain yang tak mengizinkan putranya mengikuti pembelajaran secara tatap muka karena adanya siswa yang terpapar covid 19.
Ini baru tetangga dekat yang mengetahui, sudah memutuskan untuk tidak menyekolahkan putranya. Baru satu orang atau beberapa orang yang mengetahui, bagaimana kalau semua warga yang tahu tanpa edukasi yang tepat tentang pandemi ini. Maka bisa dibayangkan bagaimana hebohnya warga sekolah kami yang lain.
Untuk informasi tentang siswa yang terpapar covid 19, tentu saja harus terbuka kepada pihak dinas pendidikan, pengawas bina dan dinas kesehatan. Ini terkait dengan keberlanjutan pembelajaran tatap muka. Apabila ada siswa yang terpapar, maka segera pembelajaran tatap muka ditutup atau dihentikan. Begitu kebijakan pihak dinas dan SOP sekolah yang sudah disusun. Sementara bagi orang tua, kami tidak membuka informasi ini. Di samping untuk.menjaga kondusifitas warga, juga untuk menjaga moril siswa yang terpapar berikut keluarganya.
Ditutupi bukan karena covid ini adalah sebuah aib, tetapi semata-mata untuk kebaikan bersama. Biarlah pihak kesehatan yang lebih memahami dan lebih tepat memberikan informasi untuk ini.
Begitulah sekilas mengapa informasi terpaparnya siswa tidak dibuka lebar-lebar kepada wali murid. Namun yang pasti perlahan-lahan lewat wadah whatshap grup orang tua, edukasi tentang covid 19 ini akan tersampaikan kepada orang tua. Termasuk bagaimana pola hidup dan gaya hidup saat ini. Covid ada di sekeliling kita. Tetap waspada karena kita tidak mengetahui apakah saya, anda atau siapa di antara kita yang membawanya.
Masih penuh tanda tanya dan perlunya untuk berhati-hati. Menjadikan informasi atau kejadian ini sebagai pembelajaran, bagaimana pola dan gaya hidup sehat dan pengingat diri. Yang penting lagi bukan menjauhi seseorang yang sudah terpapar covid 19, tetapi justru harus memberikan motivasi dan dukungan mental.
Lombok, 1 Februari 2021
Semua pasti ingin sehat, tapi ironisnya komitmen untuk menerapkan prokes yg msh sangat kurang..ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete