Oleh Nuraini Ahwan
Menulis tidak semudah kita berbicara. Kalimat yang klise dari seseorang yang belum berkecimpung dalam dunia kepenulisan. Lebih tepatnya adalah dikatakan oleh orang yang belum memulai menulis.
Dari beberapa tipe malu dalam menulis seperti yang disampaikan oleh Bapak Prof. Ngainun Naim, ada 4 tipe malu dalam menulis. Ya, ...orang pada tataran tipe yang pertama yang cenderung mengatakan kalimat klise seperti di atas. Sehingga ia tak pernah punya kemauan untuk menulis. Ia malu menulis dengan berbagai alasan sehingga ia tak mau memulai menulis. Alasan bisa jadi karena memang tak pernah berani mencoba untuk menulis (tidak punya nyali), takut di katakan tulisannya jelek, takut tulisannya tidak disukai orang, takut tulisannya tak dibaca orang, bahkan parahnya lagi seseorang tidak menulis -menulis sampai seterusnya karena takut jika tulisannya di kritik orang.
Seseorang lupa bahwa kritik orang lain atau pembaca terhadap tulisan kita merupakan keberuntungan bagi kita. Kritikan itu menjadi bahan untuk perbaikan tulisan demi kesempurnaan tulisan tersebut. Seseorang yang mau menerima kritikan ibarat payung. Payung akan berguna jika ia terbuka. Demikian juga dengan pikiran. Ia akan terbuka jika mau menerima kritikan orang lain. Jika terbuka terhadap kritikan, maka wawasan akan semakin luas. Kritikan itu pula bermanfaat terhadap tulisan kita. Pengibaratan ini saya kutip dari tulisan Bapak Much Khoiri (Pegiat Literasi, Editor, penulis 42 buku dari Unesa Surabaya) pada buku"Writing is Selling yang selanjutnya pada cetakan berikutnya menjadi "Sopo Ora Sibuk atau SOS"
Mengajak seseorang yang berada pada tipe malu yang pertama dalam menulis, tidak mudah sehingga memerlukan kesabaran. Apalagi yang kita ajak adalah seseorang yang berusia lanjut. Sebut saja guru yang berusia lima puluh tahun ke atas. Usia atau masa kerja dalam hitungan satuan seperti 5 tahun, 4 tahun atau menghitung bulan untuk purnabakti. Menggerakkan dengan berbagai cara juga tak bergerak. Kalau diumpamakan bak kereta api. Lambat panasnya. Akan tetapi masih bersyukur meskipun lambat panasnya tetapi ia akan berjalan walaupun pelan atau agak lambat. Bukankah seperti itu kereta api? Kereta api panasnya lambat tapi tetap berjalan dan jalannya atau larinya kencang. Benarkah kereta api lambat panasnya? Ehhh.....saya belum pernah cek....hanya menggunakan istilah yang sering digunakan orang saja. Ma.af kalau salah.
Saya pernah mengisi blog sebelumnya tentang bagaimana menyebarkan semangat literasi. Menyebarkan semangat literasi tak secepat menyebarnya virus corona. Andai saja sama cepatnya , wahhhh....bisa jadi semua akan menjadi penulis.
Merupakan suatu keberhasilan , jika ada teman yang mau untuk mengabadikan apa dirasa, dilihat, didengar, dipikirkan dan dilakukan dalam tulisan. Meskipun tidak berlembar-lembar seperti penulis hebat yang mampu menulis dengan sekejap. Satu paragraf bahkan kurang dari satu pargaraf jugatidak apa-apa. Intinya merekaada kemauan untuk mencoba.
Saya sendiri mengajak teman di tempat tugas, untuk menulis. Lama dan lama saya menunggu tak ada pergerakan. Tak ada respon secara signifikan. Jawaban klise kembali saya dengar. Bukankah menulis itu bukan merupakan keterampilan tetapi merupakan pembiasaaan ynag dilatih secara terus-menerus. Bukankah kegiatan tulis menulis merupakan kegiatan yang sangat dekat dengan dunia guru? Bukankah setiap hari guru menulis?
Entah apa yang membuat teman teman hari ini mau mengikuti tantangan menulis yang saya posting di whatsAap grup sekolah. Saya mengajak mereka menulis apa saja yang dilakukan, di lihat, didengar dan dirasakan terkait tugas mereka selama pandemi covid 19 ini. Saya minta mereka menulis secara bebas, tak perlu pikirkan kalimat, kosa kata, disksi, ejaaan dll yang menurut mereka berat atau terbebani seperti yang mereka sampaikan kepada saya. Tulis dan tulis saja. Yang terpenting tulisan tidak mengandung unsur sara.
Saya motivasi mereka dengan kalimat, jangan takut tulisan jelek, diolok, atau sejenisnya. Kirim tulisan ke wa pribadi saya. Saya beri batas waktu sampai pukul 24.00 wita. Lalu dalam whatsap grup guru, saya akan isi list siapa yang sudah setor tulisan. Teknik komunitas menulis "umah virus literasi (RVL), yang saya adopsi.
Saya tak menyangka, 21 Agustus 2020 dari 17 guru, sampai pukul 12 siang, sudah masuk 8 orang guru setor tulisan. Tulisan mereka lumayan bagus dalam tahap awal untuk kategori baru memulai. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa bagi saya. Seakan ada titiik cerah. Teman satu sekolah bisa menghasilkan karya berupa buku antologi seperti impian saya.
Saya memberikan acungan jempol untuk mereka melalui wa pribadinya. Dan saya mengatakan tulisan guru-guru bagus. Pernyataan tulisan bagus sebagai chat saya di watsaap grup di samping melalui whatsaap pribasi guru. Menurut kaca mata saya, tulisan guru-guru yang masih sebagai penulis pemula memang bagus.
Lanjut saya memotivasi guru dengan mengatakan izin bapak dan ibu guru, tulisan bapak dan ibu guru saya akan edit tanpa keluar dari isi tulisan awal. Pada tahapan berikutnya tulisan hasil editan saya kembalikan kepada bapak dan ibu di samping tulisan aslinya. Silahkan ditambahkan agar menjadi lebih banyak. (dalam hitungan lembar)
Respon yang signifikan dari guru di tempat saya bertugas merupakan pertamnda ada sinyal virus literasi sudah menyentuh beberapa orang guru. Saya akan menunggu setoran tulisan berikutnya sebagaimana Bu Mlila Efendi menunggu setoran tulisan dari teman-teman RVL.
Lombok, 24 Agustus 2020
Chanel Youtub. Nuraini Ahwan
Fb. Nuraini Ahwan.
I am intrested in writing. But i still do not have idea how to begin. And i am sure that so many topics those can be written but, again and again, i consider that the Topic which i want to write is not good and up to date. Need your suggest my sister.
ReplyDeleteMulai saja menulis, apa saja janganntakut salah, danntidak harus yang terkini. Karena banyak ragam tulisan. Suatu saat kita akan menemukan branding tulisan kita. Kita cocoknya tulisan ragam yang mana. Ayoo...semangat.
DeleteBagys ibu saya telah membaca tulisan ibu. Benar ini saya alami. Saya akan berusaha untuk berbuat. Tulisan ibu Menginspirasi kepada diri saya yg mungkin karena malas. Saya mau menghilangkan malas itu ibu. Mohon doanya๐๐๐
ReplyDeleteMantul
ReplyDeleteMantap, saya berkali ulang kali mengajak, mana ada yang mau. Jadinya di sekolah saya seorang diri yang suka menulis. Saya juga sudah mengajak teman di luar sekolah pun mereka bersedia bergabung saja tanpa menyetor tulisan, dan lagi tak juga mau membaca yang dikirim ke dalam grup. Congrats ibu Nuraini
ReplyDeleteMohon doa, semoga bisa menghasilkan buku bukti nyata usaha kami Aamiin. Terima kasih oak Roni
DeleteAlhamdulillah sudah jadi pembawa virus menulis di komunitasnya
ReplyDeleteMohon doanya bunda gih
Deletesaya sdh baca Bu Nur mantappp, sangat menginspirasi terutama bagi BP,Ibu guru pemula.
ReplyDeleteSemoga kita komitmen dan konsisten uuntuk menulis. Yerima kasih
DeleteTerima kasih, sudah mau berkunjujg
DeleteAlhamdulillah semoga bermanfaat utk semua orang. Aamiin
ReplyDeleteAamiin YRA, Terima kasih, sudah berkunjung.
DeleteSuper bunda hebat....tetap semangat dan menginspirasi
ReplyDelete