"Menulislah setiap hari dengan sepenuh hati. Biarkan tulisan itu yang akan menemukan takdirnya sendiri. Cintailah kata agar ia jua mencintaimu. membacalah agar mampu merangkai kalimat demi kalimat menjadi indah dan bermakna. Jalani dan nikmati proses karena keajaiban akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses " kalimat inspiratif , pemompa semangat diri untuk senantiasa konsinten. Kalimat inspiratif yang dikutip dari tulisan tokoh penggiat literasi dan dosen. Bapak Much Khoiri Dosen UNESA, Bapak Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung,Bapak Wijaya Kususmah, Bloger ternama dan Bunda Sri Sugiastuti, Kepala Sekolah sekaligus penggerak Asiasiasi penggiat Literasi Nusantara.
Kalimat itu, seakan menampar saya jika dalam satu hari saja saya tidak menulis. Apa yang saya tulis sudah barang tentu bisa ditulis oleh orang lain atau pembaca. Apa yang saya tulis adalah sesuka hati saya saja. Tulisan yang belum tentu benar secara aturan penulisan. Kriteria penulisan, keilmiahan tulisan dan aturan-aturan kepenulisan lainnya. Oleh karena itu, dalam ukuran atau level malu dalam menulis, saya boleh lah menyebut diri dalam level 3. Menurut bapak Ngainun Naim pada tulisan beliau dalam blog tertanggal, 24 Juni 2020, ada empat level malu dalam menulis." Level dimaksud sebagai berikut:
- Level 1, Malu untuk menulis sehingga tidak menulis
- Level 2, Sudah menulis tapi malu jika dibaca orang
- Level 3, Menulis tanpa rasa malu, pokonya menulis saja
- Level 4, Malu tidak menulis. Menulis jadi kebutuhan
Level 3, yaitu menulis tanpa rasa malu. Pokoknya menulis saja. Apapun tanggapan orang, siap menghadapi. Dipuji tentu menjadi bonus buat saya, di kriktik tentu sebagai bahan perbaikan terhadap tulisan saya.
Berangkat dari level 3 tadi, menulis tanpa rasa malu, maka saya akan melanjutkan menulis tentang rumah yang saya bangun bersama teman-teman untuk pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah bagi siswa di tempat saya betugas. Rumah yang saya bangun untuk wadah belajar siswa-siswi adalah whatsaap grup kelas. Rumah ini telah mengantarkan siswa-siswi sampai kepada penghujung jalan di titik finish yang mereka tuju. Naik kelas ke jenjang yang lebih tinggi.
Apa yang ada dalam rumah, pastinya banyak yang akan di ceritak. Titik finish dalam setiap perjuangan pasti tak kalah seru dan tentunya akan lebih banyak punya cerita berkesan. Kesan senang, kesan sakit, kesan kecewa, kesan menganggap diri benar, kesan seharusnya dia atau aku yang menjadi pemenang. Sangat menarik jika diceritakan.
Kelelahan setelah sampai titik finish semestinya perlu untuk rehat sejenak. Dalam rumah yang dibangun (whatsaap grup) sebagai titik start tetap ramai. Penghuni di dalamnya asyik bersenda gurau, bertanya jawab, mempertanyakan mengapa dan siapa. Pemimpin yang ada di rumah itu (admin grup/guru kelas) hanya mendengarkan perbincangan sampai kepada perbincangan yang sedikit menghangat tentang hasil akhir di titik finish. Seperti itulah saya mengibaratkan whasaap grup di akhir tahun atau kenaikan kelas.
Cerita menghangat dari orang tua mempertanyakan rangking atau peringkat kelas. Apakah perlu rangking dan mengapa harus di rangking. Tambah menghangat pertanyaan ketika menghubungkan rangking dengan pembelajaran jarak jauh di masa covid-19. Saya tidak menguraikan jawabannya dalam tulisan ini. Karena masing-masing punya pendapat tentang rangking kelas, perlu atau tidak untuk dibuat.
Terlepas dari rangking, yang ramai diperbincangkan dan membuat siswa penasaran, ada yang membuat saya terkesan. Saya terkesan dengan dengan orang tua siswa yang mengucapkan terima kasih kepada guru melalui whatsaap grup. Ucapan terima kasih karena guru telah mendampingi putra-putri mereka selama covid-19 ini. Orang tua lupa bahwa mereka juga yang mendampingi putra-putrinya.
Rumah yang sudah dibangun (whatsaap), jangan ditinggalkan begitu saja. Paling tidak bawalah apa yang sudah diperoleh ketika berada di dalam rumah itu. Pelihara, benahi, lihatlah apa yang perlu diperbaiki, apa yang membuat kita senang berada di dalamnya agar pengguna berikutnya akan lebih merasa nyaman. Perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh penghuni rumah yang memiliki karakter kuat mencerminkan lima nilai utama karakter.
Whatsaap grup yang dijadikan sebagai rumah atau yang mewadahi belajar bagi siswa-siswi telah memperkuat nilai karakter pada diri siswa, orang tua dan guru. Karakter apa saja yang terbangun semasa covid -19 pada pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dengan teknik daring? Simak Saja dalam tulisan secara khusus tentang karakter pada blog https://nurainiahwan.blogspot.com
Lombok, 24 Juni 2020
Hp.081805597038
Ranking sementara ini masih menjadi tolak ukur kepandaian siswa
ReplyDeleteMantul tulisannya bun...
Sip. Inspiratif. Betul, rangking msh sesuatu yg di tunggu2 orang tua. Sekalipun sisi negatifnya tetap ada..
ReplyDeleteSependapat pak
DeleteDimana level malu sy ya? ha ha...semangat menginspirasi bunda
ReplyDeleteSemoga bisa level 4 ya...Aamiin YRA.. yang penting kita konsisten dan semangat bun. Semoga
Delete