Sabar untuk Ecobrik Menuju Zero Waste
di Sekolah Dasar Negeri 1 Dasan Tereng
oleh Nuraini

oleh Nuraini
Isu kekinian yang
sedang berkembang secara meluas di semua lapisan adalah zero waste atau bebas sampah. Zero
waste ini , ini sendiri oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat
dicanangkan pada pertengahan tahun 2018 di beberapa regional di wilayah Nusa Tenggara
Barat. Dalam program zero waste ini, pemerintah menggandeng
Dinas Lingkungan Hidup dan berkoordinasi
dengan para Bupati dan Walikota.
Untuk mewujudkan NTB bebas sampah tahun 2023 mendatang,
berbagai upaya dilakukan mulai dari penyusunan PERDA tentang pengeloaan sampah sampai
kepada digelontorkan dukungan anggara dalam APBD. Perda ini sudah masuk ke
dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda) di DPRD NTB. Sehingga dengan kerjasama dan peran aktif
pemerintah kabupaen, pemerintahan desa, bukan mustahil program Nusa Tenggara
Barat zero waste atau bebas sampah dapat terwujud.
Zero waste atau bebas sampah atau nol sampah sebenarnya
bagaimana sebisa mungkin mengurangi penggunaan bahan/material yang mencemari
lingkungan terutama bahan sekali pakai (sedotan, plasrik, cofy cup, dan
rekan-rekannya). Terpenting dari zero
waste adalah meminimalisir sampah, tidak cukup daur ulang mengingat
kemampuan daur ulang masih rendah.
Zero waste
dimulai dari menolak pengunaan bahan-bahan tidak ramah lingkungan, sulit
terurai tentu saja tidak sekali pakai. Alternatif setelah penolakan adalah
mencari penggati yang lebih ramah lingkungan (tidak sekali pakai), membawa
tempat sendiri(tempat makan sendiri, tempat belanja sendiri), membawa tempat
minurm sendiri yang bukan merupakan botol kemasan.
Sekolah Dasar
Negeri 1 Dasan Tereng yang merupakan bagian dari masyarakat pun bisa mengambil
langkah untuk turut mendukung program ini didasarkan pula pada kebermanfaatan
dari program ini. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk
mendukung zero waste adalah program sarapan
bersama (sabar) dengan melibatkan guru, pendidik dan tenaga
kependidikan. Program ini dilaksanakan sebelum mulai pembelajaran jam pertama
bagi anak yang masuk pagi. Sarapan tidak hanya berupa nasi tetapi bisa berupa
roti dan makannan lainnya yang mengandug karbohidrat.
Pada program sabar (sarapan bersama, sarapan bareng) di
sekolah merupakan salah satu pilihan untuk mendukung terlaksananya zero waste. Pada program ini, anak
diminta untuk membawa sarapannya atau membeli sarapan di kantin sekolah dengan
menyiapkan tempat nasi dari bahan bukan sekali pakai seperti kertas nasi, plastik mika, strepom dan sejenisnya. Hal ini
belajar dari pengalaman bahwa anak yang membawa nasi atau membeli nasi di sekolah dengan bungkus
kertas nasi atau bahan sekali pakai merupakan penyumbang sampah terbanyak di
sekolah. Bisa dibayangkan misalnya satu sekolah dengan jumlah anak 345 orang
dan semua sarapan di kantin sekolah atau membawa sarapan dari rumah dengan
pembungkus kertas nasi atau sejenisnya, maka dalam 1 hari akan ada sampah
kertas nasi sejumlah 345 lembar yang akan memenuhi keranjang sampah atau tempat sampah di sekolah. Lalu
bagaimana kalau dalam waktu 1
minggu, 1 bulan dan seterusnya? Berapa banyak sampah yang akan terkumpul? Berapa
banyak tong sampah yang harus disiapkan sekolah? Betapa cepatnya sampah akan
menggunung di tempat pembuangan akhir di sekolah? Demikian juga dengan sampah
plastik yang berasal dari bungkus snak, minuman kemasan dan sejenisnya, akan
terjadi hal yang sama dengan kasus di atas.
Anak SDN 1 Dasan Tereng Anak
SDN 1 Dasan Tereng
(foto diambil dari dokumen pribadi) (Foto diambil dari dookumen pribadi)
Sekolah bisa berupaya
mengurangi beban bumi dari sampah sampah plastik, mengingat sampah jenis ini
merupakan sampah yang tidak bisa hancur. Salah satu teknik yang bisa dilakukan bersamaan
dengan program sabar (sarapan bareng) adalah satu anak satu tong sampah (tong
sampah berupa botol minuman) yang selalu siap dibawa setiap hari.
Setidak-tidaknya sampah mereka masing-masing bisa dimasukkan ke dalam botol mereka
sendiri dan dijadikan ecobrik untuk dimanfaatkan di sekolah.
Anak SDN 1 Dasan Tereng Anak SDN 1 Dasan
Tereng( 1 anak,1 tong sampah)
Sampah
di sekolah masih memerlukan penanganan untuk bisa mencapai zero waste yang diharapkan. Tahapan dari 5R yang dipolulerkan oleh Bea Jhonson yaitu refuse, reduse, reuse, recycle dan rot yang belum bisa dilaksanakan secara menyeluruh atau sempurna
oleh sekolah. Ada 4 tahapan yang memilki kemungkinan besar bisa dilakukan
sekolah yakni: Refuse (menolak
pemakaian barang yang tidak perlu), Reduse
(menghindari pemakaian/pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
besar), Reuse (menggunakan kembali
alat), Recycle (mendaur ulang untuk
dijadikan benda yang bermanfaat). Sedangkan rot
(membusukkan sampah organik menjadi kompos) bisa dilakukan akan tetapi memerlukan
peralatan dan tenaga di sekolah.
Sarapan bersama rupanya mampu mengurangi sampah.
Sarapan yang dijadwalkan oleh sekolah dengan memantau pelaksanaannya mulai dari
tempat nasi yang dibawa anak dan tempat minum yang bukan dari botol minuman
sekali pakai termasuk pemnatuaan terhadap kantin sekolahmerupakan langkah awal
mengurangi sampah di sekolah. Dampak pembiasaan ini akan berpengaruh kepada
perilaku anak di rumah. Mereka akan menempatkan sampah plastik mereka pada
botol atau akan mendaur ulang botol minuman, gelas minuman menjadi barang yang
bermanfaat.
Secara rinci pelaksanaan “sabar” atau sarapan bersama
atau sarapan barang sebagai langkah awal mendukung zero waste di sekolah
khususnya di SDN 1 Dasan Tereng adalah: membangun kesepakatan awal atau
komitmen awal bersama guru, anak dan wali murid untuk mendukung kegiatan ini
berupa menyiapkan wadah tempat sarapan bagi putra dan putrinya masing-masing,
mengatur jadwal sabar, anak membawa sarapan sendiri dari rumah berisi nasi atau
makanan lainnya dalam wadah berupa termpat nasi dan botol minuman yang bukan
dari tempat minum sekali pakai, memantau pelaksanaan sabar di setiap kelas oleh
kepala sekolah
Kelebihan dari program ini adalah dari nilai kesehatan,
anak mengkonsumsi makannan sehat, , anak terbiasa sarapan yang meupakan cikal
bakal pola hidup sehat, sarapan
berdampak pada semangat dan konsentrasi belajar; dari segi nilai religiusitas,
anak dilatih untuk berdoa sebelum dan sesudah makan, belajar mensyukuri rezeki
yang sudah diterima; sedangkan dari nilai karakater gotong royong; anak
terbiasa berbagi, saling memberi karena tidak menutup kemungkinan ada anak yang
tidak membawa sarapan.
Pelaksanaan program sabar (sarapan bersama, sarapan
bareng) juga telah mampu menekan sampah di sekolah. Sampah yang ada di sekolah
setelah pelaksanaan ini hanya berupa sampah daun atau sampah organik. Sekolah
bisa dalam kondisi bersih selama pelaksanaan pembelajaran, bahkan sampai
keesokan harinya. Sekolah tampak asri sehingga seluruh warga sekolah merasa
nyaman berada di sekolah.
Zero waste merupakan sebuah sebuah
proses yang tidak datang dengan instan. Oleh karena itu mari bersama-sama
selamatkan bumi, kurangi beban bumi, lestarikan alam, hijaukan bumi agar bumi
tetap layak untuk dihuni dengan penghuni bumi hidup selalu sehat.
Perlunya
komitmen dari seluruh komponen untuk terlaksananya zero
waste di semua lapisan masyarakat.
BIODATA PENULIS
Nuraini, S.Pd, lahir di Keling, Lombok
Barat 51 tahun yang lalu. Menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1983.
Melanjutkan ke SMP 1 Narmada dan tamat pada tahun 1986. Menyelesaikan Sekolah
Pendidikan Guru di SPG Negeri Mataram pada tahun 1989.
Pada tahun 1991, ia mengawali karirnya
sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri Tanak Tepong. Selanjutnya dipindah tugas
ke sekolah pada jenjang yang sama sampai
tahun 2006.
|
Sejak tahun 2007, ia diberi amanah
sebagai kepala sekolah di Sekolah Dasar Negri 2 Dasan Tereng dan hingga saat ini masih menjalankan tugas
sebagai kepala sekolah di SDN 1 Dasan Tereng.
Dalam
masa karirnya, ia telah menyusun beberapa tulisan dalam bentuk Penelitian
Tindakan Sekolah, Penelitian Tindakan Kelas, Best Practice, antologi puisi,
antologi surat, tulisan dalam bentuk feature dan cerita fiksi yang sudah
diterbitkan oleh penerbit yang ber-ISBN.
Catatan lainnya: No HP. 081805597038
Very good mom 🤗
ReplyDeleteYour blog?????
ReplyDeleteBermanfaat sekali ya bu, kalau ecobrick ini bisa diterapkan dengan baik. Kami disekolah baru sampai tahap memilah saja. Salam kenal ibu saya http://ninghhani.blogspot.com/
ReplyDelete