Monday, April 20, 2020

Aku Sangat Menyayangimu (Seri 1)

Oleh Nuraini Ahwan



"Ia menjilati tanah yang masih ada bercak darahnya. Ia berputar putar seakan meluapkan rasa sedihnya di seputaran tanah yang dipenuhi bercak darah. Ia mencium bau darah seakan darah itu adalah anaknya. Ia lalu menyirami tumpukan tanah di mana ada yang sedang terlelap berselimut dinginnya dalam tanah dengan kencingnya.  Ia menunggui tumpukan tanah yang masih baru itu. Ia berlarian ke sana kemari mencari dan mencari. Tapi tak ia temukan. Suaranya tak henti-hentinya memanggil kekasih hatinya   dengan sangat jelas dengar"

Pagi itu, aku menguncinya bertiga dalam kamar (dapur) belakang. Aku belum sempat memberinya makan sewaktu ku tinggalkan rumah beberapa waktu sebelum kejadian ini.
Moza adalah nama induk kucingku. Ia baru saja kehilangan anak satu satunya. Tiga anaknya yang lain sudah diadopsi sama temanku..sesama pencinta cat. "Satu persatu anakku hilang meninggalkan ku. Bahkan ia bekum lepas pula dari susuan ku' begitu mungkin keluh kesah moza dalam batinnya.  Andai saja ia bisa berbicara, mungkin ia akan mengucapkan, "Tolong......., jangan pisahkan aku dari anak-anakku' Kehilangannya kali ini mungkin merupakan kehilangan yg paling berat baginya. Moza tak mampu menolong anak anaknya disaat ia dibutuhkan. Ia hanya memandangi anak anaknya.

Di bawa satu persatu bahkan kali ini, saat yang paling berbahaya sekalipun, ia tak mampu menolong anaknya. Kalau mengalah untuk makan,  selalu ia   lakukan untuk anaknya. Ketika disiapkan makanan dan makanan itu hanya satu, moza, nama induk kucingku,  hanya duduk di samping anaknya. Ia  menunggui  dan menyaksikan anaknya yang yang sedang makan  dengan lahap.


Hatiku rasa sedih, air mataku saat itu tak keluar, tapi jantung ku berdegup sangat kencang.
"Ibu...!  Teriak anakku yg paling kecil menyambut ku di depan pintu gerbang.
Kucingnya, matanya keluar berdarah, matanya panjang .......berdarah lagi, ibu..... anakku melanjutkan perkataannya.
Aku kaget. Keluar...berdarah..panjang..mengapa? Ucapku sambil gemetar.
"Digilas mobilnya ayah"
Teriakan anakku bagaikan petir yang sangat kencang membuatku ketakutan. Aku terduduk di halaman, seakan tak mampu berdiri.

Anak gadisku dan adikku mengiyakan perkataan keponakanku  yg paling kecil (umur 4 tahun). Masak ya? Aku bertanya lagi meyakinkan apa yang ku dengar kepada mereka berdua. Mereka pun membenarkan. Mereka memberi tahu aku bahwa  anaknya moza telah digilas mobil yang sedang mundur. Ia sudah di kubur tepat di samping pohon kamboja depan rumahku. Hatiku semakin sedih, ketika anakku menceritakan , moza menjilati darah anaknya dan mengencingi kuburan anaknya. Seakan ia memberi tanda bahwa di sinilah anaknya  dikubur. Aku belum saja menyadari bahwa semua ini sudah ketentuan Allah. Aku masih saja bertanya, kenapa tidak melihat dulu baru mundur?  Mengapa yang duduk di luar tidak membantu melihat keberadaan kucing-kucingku?

Aku beringsut meninggalkan mereka. Aku duduk, berdiri dan duduk lagi di belakang rumah.  Aku menangis, membayangkan semua kejadian yang menimpa kucing ku. Kalau aku menangis di depan, mungkin akan di bilang belebihan atau lebai bahasa anak sekarang.  Sementara, anak lelaki ku, yang sangat menyayangi kucingnya tak tega melihat. Ia hanya sampai di pintu depan, lalu kembali ke kamar. Ia mengunci diri di dalam kamar. Aku tidak berani membangunkannya. Aku pahami perasaannya.

Ku dengar suara benda yg di banting banting dalam kamar anakku. Aku yakin anakku belum bisa menerima kejadian itu. Ku lihat matanya sembab begitu keluar kamar. Ia bertanya, " Ayah, sudahkah ayah siram darah itu?" Ia bertanya, mungkin anakku tak mampu melihat bekas darah kucingnya.
Aku yang saat itu berada di lantai atas,  langsung turun dan segera mengambil selang. Aku siram dan gosok bekas lumuran darah itu. Sambil tangis ku pun pecah lagi tak kuasa menahan sedih. Tak hanya ini saja, kisah  menyedihkan yang pernah terjadi pada kucing-kucingku.
Next
Lombok, 20 April 2020
Penulis. Hp. 081805597038
Email.ahwan.nuraini69@gmail.com
Blog.https://nurainiahwan.blogspot.com

2 comments:

  1. Replies
    1. Saya tulis bun, untyk jadi kenangan. Bahkan mungkin lebih dari itu suasana hati saat itu.

      Delete

Forum Pemangku Kepentingan ( Sekolah Penggerak Angkatan 2)

 Oleh Nuraini Ahwan.  Da lam rangka mendorong dan mempercepat terjadinya transformasi satuan pendidikan dan terciptanya ekosistem pendukung ...