Thursday, April 16, 2020

Cerita Pembelajaran Daring di SDN 1 Dasan Tereng (seri 3)

CERITA  PEMBELAJARAN DARING  
DI SDN 1 DASAN TERENG (SERI 3)
Oleh Nuraini Ahwan

"Jangan biarkan pendidikan putra-putri kita terhenti meskipun wabah corona virus disease (covid 19) melanda dua pertiga belahan dunia. Kami ikhlas melepas kalian,  meninggalkan rumah kedua kalian (sekolah) untuk sementara. Kirimkan kami aktivitas kalian belajar di rumah yang  didampingi oleh guru pertama dan utama kalian, yaitu ayah dan ibu. Meskipun itu nanti, tak cukup untuk mengobati rasa rindu bapak dan ibu guru pada kalian. Tetap belajar, jangan biarkan pendidikan kalian terhenti. Tetap jaga kesehatan dan mari bersatu melawan covid -19. Semoga Allah SWT melindungi kita. Aamiin YRA" 

Kutipan tulisan  di atas merupakan penggalan dari tulisan saya tentang pelaksanaan pembelajaran dengan teknik daring (dalam jaringan). Tulisan itu saya posting di media sosial facebook berikut dengan video kegiatan belajar di rumah yang dikirim  oleh siswa melalui watshaap grup kelas mereka. Saya berharap pesan singkat itu akan sampai kepada siswa-siswi dan wali murid di sekolah saya khususnya dan masyarakat pada umumnya. 

Pesan pemerintah melalui menteri pendidikan untuk kegiatan Work from Home (WFH) bagi ASN dan belajar dari  rumah untuk siswa-siswi dilaksanakan di semua sekolah tak terkecuai  di SDN 1 Dasan Tereng. Seperti pada tulisan yang telah diposting oleh penulis  sebelumnya bahwa payung hukum pelaksanaan pembelajarn dari rumah sudah jelas. Mulai dari edaran Menteri Pendidikan Republik Indonesia, Bapak Nadiem Makarim sampai kepada edaran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten. Bahkan edaran tersebut diteruskan oleh kepala UPT Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan.

Banyak cerita menarik  dalam pembelajaran dari rumah yang di kemas dengan metode daring atau dalam jaringan yang  sudah dan tengah berlangsung. Cerita menarik, lucu, gembira bahkan ada cerita yang menyedihkan berasal dari guru, orang tua dan siswa. 
Metode daring yang dilaksanakan di tempat penulis bertugas, dilaksanakan melalui Watshaap grup kelas. Anggota grup kelas terdiri dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran dan siswa.
Apakah watshaap grup ini berjalan lancar?
Apakah semua siswa tergabung dalam grup?
Apakah semua anggota grup menguasai tentang penggunaan menu yang tersedia pada gawai mereka?

Di mana letak menarik, lucu, dan menyedihkannya?
Waah...terlalu banyak yang akan penulis ceritakan..

Dalam tulisan sebelumnya,  penulis juga telah menceritkakan bagaimana kalang kabutnya dan  paniknya guru ketika pembelajaran daring ini direkomendasikan untuk mengggantikan pembelajaran di sekolah. Kepanikan yang disebabkan karena masih minimnya pengetahuan guru tentang teknologi informasi. Tapi apa boleh dikata, ini memang harus dilaksanakan.

Anggota grup kelas di data dari nomor ponsel wali murid . Permintaan nomor ponsel wali murid disebabkan karena usia sekolah dasar,  di tempat penulis bertugas belum diperbolehkan memilki ponsel. Pada awal pendataan prosentasi  anggota grup sangat sedikit sehingga menyulitkan guru memberikan pelajaran lewat watshaap (siswa yang luring sudah ada tugas mengantisipasi tidak tersedianya ponsel).

Perpanjangan waktu belajar di rumah berdampak pada meningkatnya kesadaran wali murid tentang pendidikan putra-putrinya sehingga jumlah anggota grup kian bertambah dari hari ke hari. Mencapai lebih dari 55 % wali murid tergabung dalam grup.

Penulis memantau perkembangan atau perjalanan grup, sehingga banyak cerita yang bisa diabadikan dalam tulisan.

Cerita dimulai dari anggota grup ya...
Bertambahnya  anggota grup watshap setiap hari, sangat disyukuri oleh penulis. Namun siswa yang menyerahkan tugas atau melaporkan kegiatan belajaranya di rumah dalam bentuk catatan, foto, video dan lain-lain tidak sesuai dengan jumlah angggota. Penulis mencari tahu apa yang menjadi penyebanya. Ternyata  ponsel yang dimiliki oleh wali  murid tidak semuanya android. Ini artinya meskipun anggota  grup sudah banyak, pelaksanaan metode daring belum terlaksanan dengan baik.  Tidak hanya itu saja, faktor ekonomi wali murid juga mempengaruhi terhadap tersedianya danan untuk membeli kuota internet.


Punya ponsel android, tetapi kuota tidak ada. "Bu  Guru, ma.af saya telat mengumpulkan tugas karena kuota saya sekarat."
Ada siswa jenjang kelas yang  lebih tinggi mengatakan ketika ditanya oleh gurunya. "Mengapa tidak mengirim tugas, nak?"
'Hp saya di sita oleh Bapak."
"Ma,af  bu guru, Hp bapak saya baru selesai diperbaiki,." kata salah satu siswa.
Tidak hanya itu saja, seorang anak kelas 1, mengatakan bahwa ibunya tidak cocok menjadi guru. Dia rindu dan ingin segera bersekolah.

Penulis sendiri yang tergabung dalam grup bisa mengamati banyak hal terkait dengan metode daring yang dilaksanakan pertama kali di sekolahnya. Banyak pesan yang  penulis sampaikan  kepada siswa mulai dari bagaimana menggunakan ponsel secara bijak sampai kepada bagaimana belajar dari rumah dalam upaya pencegahan penularan covid -19.
Mengingat ponsel yang digunakan bukan milik siswa melainkan milik orang tua, maka Penulis juga berpesan agar orang tua mendampingi putra dan putri merka waktu belajar. Memberikan  ijzin putra-putrinya memegang atau melihat ponsel saat mengecek tugas dan saat akan mengirim tugas.

Lalu bagaimana dengan guru? Penulis mengamati kesiapan guru dalam pelaksanaan daring yang masih kurang sehingga penulis bisa mengelompokkkan guru menurut cara pandang penulis menjadi beberapa tipe guru. Ada guru dengan tipe memberikan tugas seabrek, terus menerus. Guru semacam ini boleh lah dikategorikan guru aktif. Ada guru dengan tipe Senin-Kamis. Guru Senin Kamis adalah guru yang jarang memberikan tugas,  jarang menyapa, jarang memberikan penghargaan sekedar emotion atau jempol kepada siswa  dalam grupnya. . Ada juga guru dengan tipe  timbul tenggelam tak beda jauh dengan tipe Senin Kamis.

Akan halnya dengan tipe wali murid. Ada yang aktif dan mengerti atau paham pelajaran sehingga mudah mendampingi putra-putrinya, sabar dan tidak cepat marah. . Wali murid yang seperti ini dengan cepat menyerahkan tugas. Ada wali murid dengan tipe  cuek, menjadi anggota tetapi merespon tidak. Ada tipe wali murid yang aktif, sering bertanya dan suka  mengeluh karena tidak bisa menjelaskan kepada putra dan putrinya. . Bahkan ada wali murid yang tidak tahu apa  tugas putra putrinya sekali tahu, maka mereka langsung marah kepada putra-putrinya terekam dalam video yang mereka kirim ke grup kelas. Wali murid dengan tipe seperti ini dengan cepat dikomentari oleh penulis. "Alhamdulillah pak, ananda sudah bisa berbuat seperti ini. semoga ananda menjadi anak yang sukses.".

Cerita gembira yang  bisa penulis ceritakan dalam tulisan ini adalah melukiskan perasaan senang siswa-siswi ketika mereka bisa melihat atau menonton video yang mereka kirim ke grup. Terlebih lagi foto , video, dan tugas lainnya tidak hanya bisa ditonton oleh teman-temannya dalam grup saja. Semua orang bisa menontonnya karena penulis membuat video, foto dan tugas mereka bisa diakses di Youtube dan facebook. Tentu saja seizin orang tua terlebih dahulu
"Ijin, Bapak dan Ibu, bolehkah video atau foto putra-putri kita, saya uploud ke youtube?' begitu kalimat izin kepada orang tua yang penulis sampaikan sebelum uploud ke youtube dan lainnya.
Siswa-siswi senang ketika kegiatan belajar mereka di rumah diuploud penulis dan bisa mereka tonton kapan saja dalam channel youtube SDN 1 Dasan Tereng  atau channel Nuraini Ahwan.

Lalu...sebatas inikah pelaksanaan pembelajarn daring di tempat penulis?
Menu watshaap dengan kirim foto, pesan dan suara  sudah bisa dikuasai guru-guru. Saat ini dan selanjutnya penulis akan terus merancang pembelajaran daring ini lebih menarik lagi.
Zoom cloud metting, goegle formulir dan goegle classroom sedang dilaksanakan oleh penulis. Bukan hal yang baru bagi sekolah - sekolah yang lain, tetapi bagi penulis dan rekan sejawatnya ini adalah sesuatu yang sudah lama tetapi baru dilaksanakan di sekolahnya. Hikmah dibalik covid 19. Semua belajar.

"Siapa saja adalah guru, siapa saja  adalah peserta didik dan di mana saja adalah kelas"
Salah satu point dalam Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah


Penulis
Nuraini Ahwan
Ponsel. 081805597038
Email. ahwan.nuraini69@gmail.com
Blog. https:/nurainiahwan.blogspot.com



6 comments:

  1. Inspiratif,bagaimana dengan guru yg blm memiliki hp android.langkah apa yg sebaiknya dilakukan oleh kepala sekolah??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau sudah sertifikasi, memang keharusan hp android. Ke depan kan keberadaan kita akan terdeteksi dengan hp. Ada citra spasial, ada zoom. Tidak harus hp. Lattop, tablet juga bisa. Insyaallah sekarang rata rata guru punya hp android. Kalau lihat teman yg mampu menggunakan berbagai menu yg di siapkan hp android insyaallah akan tertarik. Sekarang lagi belajar ulangan pakai goegle formulir. Coba nanti saya kirim lewat gruo literasi hasil guru saya ya.

      Delete
  2. Tulisan yang menginspirasi. Semoga guru lain segera menulis isu sejenis. Salam literasi

    ReplyDelete
  3. Insyaallah dalam beberapa kali tulisan, saya masih konsisten dengan isu covid 19 dan pembelajaran pak. Yang di ramu menjadi beberapa seri.

    ReplyDelete
  4. Saya membacanya sambil senyum Bun.Teringat cuci saya yang brlajat via daring dan cukup heboh

    Tulisannya renyah kriuk

    ReplyDelete
  5. bersyukur walau tidak lancar tapi masih dapat berkomunikasi. Saya di sini, dengan guru pun tidak bisa. Saya tinggal di desa lain sementara para guru di desa tetangga yang letak geografisnya sangat sulit terjangkau signal, bahkan untuk bertelepon pun susah, apalagi jaringan internet. Saya di sini agak mudah. Teman-temanku stres karena ketiadaan signal. Belum lagi siswa.
    Inspiratif tulisannya.

    ReplyDelete

Kegiatan Akhir Tahun di SDN 1 Dasan Tereng

Beragam kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk mengakhiri masa pembelajaran setiap tahunnya. Kegiatan ini sepertinya merupa...