*CURAHAN HATI TENTANG MENULIS*
_Oleh: Nuraini_
Alhamdulillah, saya bisa bergabung dalam beberapa komunitas menulis online. Komunitas menulis online ini di wadahi oleh media sosial whatshap. Lewat media ini lah saya bisa bertemu dengan teman-teman pencinta literasi dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Penulis yang menjadi peserta berasal dari berbagai kalangan dan tingkat kemampuan yang beragam. Mulai dari penulis yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan sampai kepada penulis pemula. Bahkan saya sendiri menyebut diri saya sebagai penulis pra pemula disebabkan kemampuan menulis yang sangat jauh dari kategori bagus dan sempurna.
Saya sudah membaca tulisan teman teman yang luar biasa dalam komunitas menulis. Sebut saja komunitas "Rumah Virus Literasi" yang digagas oleh Bapak Much Khoiri, tulisan teman-teman sangat luar biasa bagus, apik dan tertata dengan baik.
Perasaan senang, dan tumbuhnya semangat baru untuk menulis ketika saya membaca tulisan teman yang ~wow~ keren dan sempurna itu. Sepertinya saya mendapat nutrisi baru dan kapsul pemompa semangat untuk menulis. Saya teringat ungkapan dari buku yang saya baca (berjudul writing is selling yang sekarang menjadi SOS di edisi revisi.): Jangan remehkan ide kebetulan atau boleh saya menyebutnya jangan sia-siakan ide yang muncul tiba tiba.
Saya sudah membaca tulisan teman teman yang luar biasa dalam komunitas menulis. Sebut saja komunitas "Rumah Virus Literasi" yang digagas oleh Bapak Much Khoiri, tulisan teman-teman sangat luar biasa bagus, apik dan tertata dengan baik.
Perasaan senang, dan tumbuhnya semangat baru untuk menulis ketika saya membaca tulisan teman yang ~wow~ keren dan sempurna itu. Sepertinya saya mendapat nutrisi baru dan kapsul pemompa semangat untuk menulis. Saya teringat ungkapan dari buku yang saya baca (berjudul writing is selling yang sekarang menjadi SOS di edisi revisi.): Jangan remehkan ide kebetulan atau boleh saya menyebutnya jangan sia-siakan ide yang muncul tiba tiba.
Tetapi , jujur, setelah saya membaca tulisan teman-teman yang sangat luar biasa ini---mengalir, bukan pelan pelan mengalirnya, tetapi deras dan jernih namun tak berbahaya. Membaca tulisan teman-teman rasanya enak saja, gurih, layaknya makanan yang cukup bumbu dan racikannya pas. Begitulah saya membuat perumpamaan tulisan teman dalam grup "Rumah Virus Literasi"
Sebut saja tulisan saudara Husni Mubarrok, seorang guru di sebuah madarasah, tulisan beliau yang di share di grup whatshap, tertata sangat runtut, apik dengan tata bahasa dan kalimat yang mengalun, jelas tujuan dan gampang dipahami, menusuk langsung ke jantung hati. Menembus ke pikiran dan seakan membawa pembaca untuk berada di situasi yang terjadi dalam tulisan itu.
Sebut saja tulisan saudara Husni Mubarrok, seorang guru di sebuah madarasah, tulisan beliau yang di share di grup whatshap, tertata sangat runtut, apik dengan tata bahasa dan kalimat yang mengalun, jelas tujuan dan gampang dipahami, menusuk langsung ke jantung hati. Menembus ke pikiran dan seakan membawa pembaca untuk berada di situasi yang terjadi dalam tulisan itu.
Belum lagi tulisan Bapak Emcho, panggilan akrab Bapak Penggagas Rumah Virus Literasi, yang sangat sempurna senada dengan tulisan Bunda Kanjeng Penggagas APLN (Bunda Sri Sugiatuti. Tulisan kedua tokoh literasi ini dengan ramah menyapa kita di grup watshap setiap harinya.
Saya jujur, setiap saya punya ide, langsung pikiran saya melesat ke tulisan teman-teman yang luar biasa itu. Saya merasa tidak bisa mengikutinya. Setiap saya memulai menulis, saya berpikir apakah tulisan ini layak dibaca atau tidak. Pikiran atas ide yang muncul itu mandek. Saya kehabisan kalimat, kehabisan kata kata. Kalimat tak beraturan.
Berulang-ulang menulis, berulang-ulang pula saya mencoret atau menghapus. Berulang pula saya memperbaiki. Demikian seterusnya. Ujung-ujungnya saya tutup lattop atau matikan gawai kalau saya menulis di gawai.
Belum lagi saya membaca di biodata teman-teman penulis yang kaya pengalaman, kaya karya dan tinggi pendidikan membuat saya malu. Tapi sudahlah, saya berusaha melepaskan pikiran semacam itu. Keinginan untuk bisa menulis membuat saya seakan serakah. Saya serakah masuk ke semua grup menulis yang menawarkan atau memberi kesempatan untuk bergabung. Saya berharap grup inilah yang membantu mengasah kemampuan saya untuk menulis.
Sehingga setiap hari saya bolak balik di grup whatshap untuk melihat chat atau pesan yang masuk.
Berulang-ulang menulis, berulang-ulang pula saya mencoret atau menghapus. Berulang pula saya memperbaiki. Demikian seterusnya. Ujung-ujungnya saya tutup lattop atau matikan gawai kalau saya menulis di gawai.
Belum lagi saya membaca di biodata teman-teman penulis yang kaya pengalaman, kaya karya dan tinggi pendidikan membuat saya malu. Tapi sudahlah, saya berusaha melepaskan pikiran semacam itu. Keinginan untuk bisa menulis membuat saya seakan serakah. Saya serakah masuk ke semua grup menulis yang menawarkan atau memberi kesempatan untuk bergabung. Saya berharap grup inilah yang membantu mengasah kemampuan saya untuk menulis.
Sehingga setiap hari saya bolak balik di grup whatshap untuk melihat chat atau pesan yang masuk.
Saya ingin virus literasi ini menjangkiti teman teman di lingkungan kerja saya. Menggerakkan komunitas literasi dalam lingkup yang paling kecil dulu. Boleh dikatakan meneruskan cita cita komunitas PLN, Rumah Virus Literasi, Bunda Sri Sugiastuti, yaitu menebar virus literasi. Teman-teman dari grup literasi di lingkup kerja saya menaruh harapan besar kepada saya yang lebih awal ikut di komunitas literasi. Harapan itu berupa berbagi pengalaman menulis.
Meskipun saya sudah ikut di sejumlah grup menulis, saya merasa kemampuan saya menulis sangat kurang, tidak bisa mengikuti teman-teman yang hebat.
Meskipun saya sudah ikut di sejumlah grup menulis, saya merasa kemampuan saya menulis sangat kurang, tidak bisa mengikuti teman-teman yang hebat.
Sekali lagi, tulisan teman-teman grup wow keren dan luar biasa. Wawasan luas dan sudah mengembangkan ide dengan baik. Sementara, saya hanya bisa menulis pengalaman langsung di lingkup yang sempit.
Saya merasa beruntung berada di komunitas menulis. Komunitas ini memberikan banyak pelajaran dan pengalaman dalam menulis. Memberikan masukan agar tulisan menjadi lebih bagus. Memberi pelajaran untuk belajar menjadi editing paling tidak untuk tulisan sendiri. Dan tak kalah pentingnya adalah tak pernah melemahkan atau menjelekkan tatkala tulisan saya tidak sempurna. Teman-teman selalu memberikan motivasi ketika saya kehilangan ide dan semangat.
Tantangan yang diberikan membuat saya semangat. Satu contoh ketika Bapak Emcho memberikan tantangan kepada saya untuk membuat risensi buku beliau. Bapak Emcho, saat itu yang ada di pikiran saya adalah seorang yang baru menulis diberi kepercayaan membuat risensi? Apa ya? Dari hati kecil saya mengatakan bukunya Bapak Emcho yang saya baca pastilah bagus.
Tantangan itu mungkin sengaja diberikan agar saya terus berlatih untuk menulis. Semoga saja benar ya...
Kembali rasa percaya diri saya melemah karena harus menulis risensi seorang maestro. Diakhir tulisan risensi yang saya tulis, saya menyampaikan permohonan maaf jika risensi saya tidak sempurna sekaligus mohon kritik dan saran.
Alhamdulilah, risensi saya diterima. Inilah salah satu bentuk penghargaan seorang penulis hebat kepada penulis pemula seperti saya. Risensi yang saya tulis masuk dalam buku 'Virus Emcho".
Nebeng tenar he he he
Bangga luar biasa. Tulisan saya ada dalam buku yang covernya ada foto Bapak motivator saya'Bapak Much.khoiri
Saya berharap ke depan tulisan saya meningkat.[]Saya merasa beruntung berada di komunitas menulis. Komunitas ini memberikan banyak pelajaran dan pengalaman dalam menulis. Memberikan masukan agar tulisan menjadi lebih bagus. Memberi pelajaran untuk belajar menjadi editing paling tidak untuk tulisan sendiri. Dan tak kalah pentingnya adalah tak pernah melemahkan atau menjelekkan tatkala tulisan saya tidak sempurna. Teman-teman selalu memberikan motivasi ketika saya kehilangan ide dan semangat.
Tantangan yang diberikan membuat saya semangat. Satu contoh ketika Bapak Emcho memberikan tantangan kepada saya untuk membuat risensi buku beliau. Bapak Emcho, saat itu yang ada di pikiran saya adalah seorang yang baru menulis diberi kepercayaan membuat risensi? Apa ya? Dari hati kecil saya mengatakan bukunya Bapak Emcho yang saya baca pastilah bagus.
Tantangan itu mungkin sengaja diberikan agar saya terus berlatih untuk menulis. Semoga saja benar ya...
Kembali rasa percaya diri saya melemah karena harus menulis risensi seorang maestro. Diakhir tulisan risensi yang saya tulis, saya menyampaikan permohonan maaf jika risensi saya tidak sempurna sekaligus mohon kritik dan saran.
Alhamdulilah, risensi saya diterima. Inilah salah satu bentuk penghargaan seorang penulis hebat kepada penulis pemula seperti saya. Risensi yang saya tulis masuk dalam buku 'Virus Emcho".
Nebeng tenar he he he
Bangga luar biasa. Tulisan saya ada dalam buku yang covernya ada foto Bapak motivator saya'Bapak Much.khoiri
Wassalam.
Penulis bisa dihubungi di nomor HP. 081805597038
Email. ahwan.nuraini69@gmail.com.
Email. ahwan.nuraini69@gmail.com.
Teruslah berkarya, Bu. Insyaallah tulisan akan makin sempurna ke depan.
ReplyDeleteInsyaallah, Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.
ReplyDeleteWaahhhh bagus sekali curhatan ibu. Tulisan mengalir lancar
ReplyDeleteTetap semangat menebar virus literasi
ReplyDeleteTulisannya gurih bunda...enak dibaca serasa bumbunya pas😊 keep spirit and dont never give up 💪💪💪
ReplyDeleteTulisannya gurih serasa bumbunya pas, keep spirit 💪💪💪
ReplyDelete