Oleh Nuraini
Ku tuliskan cerita ini, untuk mengingatkanku kembali kepada kucing kesayanganku. Moza yang beberapa kali ku buat terluka hatinya. Bahkan mungkin bukan aku saja yang melukai hatinya. Kehilangan anak-anaknya (diadopsi) saat mereka masih butuh air susunya. Kehilangan salah satu anaknya yang tergilas mobil juga merupakan peristiwa yang melukai hatinya. Aku bisa melihat dari tatapan matanya.
Aku adalah salah satu keluarga pencinta kucing. Terutama anak laki-laki ku. Ia sangat mencintai hewan yang dicintai Nabi ini. Ia bahkan tidak jajan di sekolah hanya untuk membeli makanan kucing kesayangannya. Suatu ketika, saat duduk-duduk di teras rumah, aku bertanya kepada anakku.
"Beli apa saja di sekolah, Nak?" tanyaku pada anakku. Aku kaget dengan jawaban anakku. Ia hanya belanja Rp 1000 untuk membeli air minum gelasan. Ia tidak jajan karena aku selalu menyiapkan bekal nasi untuk di bawa ke sekolah oleh anakku. Meskipun ia sudah duduk di bangku SMA.
Tidak sebatas membeli makanan untuk kucingnya. Anaku juga membawa juga kucing-kucingnya ke dokter. Pernah suatu hari, anakku membawa sekaligus 4 ekor kucingnya yang sakit mata ke dokter. Aku bertanya berapa bayar di dokter. Anakku hanya menjawab, cukup uangnya dari uang jajan yang dikumpulkannya. "Kalau ibu tahu berapa bayarnya, ibu nanti marah."ujar anakku.
Ia sangat telaten merawat kucingnya ketika sakit. Ia rela duduk berjam-jam di dekat kucingnya yang sakit. Memakaikan lampu untuk menghangatkan tubuhnya, mengipas-ngipas tubuh salah satu kucingnya selepas operasi ambeien.
Ia tidak mau mendengar sedikit pun ada suara membentak kucingnya, apalagi sampai mengusirnya dari dalam rumah
Awalnya aku sama sekali tidak berani pada hewan satu ini. Perhatian dan kasih sayang anakku pada kucingnya membuat hatiku luluh juga. Aku akhirnya sayang juga pada semua kucing yang ada di rumahku. Satu persatu ku perhatikan. Aku akan lebih gelisah jika makanan kucingku habis daripada meja makanku belum terisi
Aku bersyukur, di usia SMA, anakku tidak meminta sesuatu yang diminta oleh anak kebanyakan seusianya. Ia hanya minta kucingnya di rawat, di beri makan dan jangan di sakiti.
Kini 2 ekor kucing kesayangan keluargaku diadopsi sesama pencinta kucing. Aku melepasnya setelah memastikan pengadopsinya akan perhatian padanya. Moza menatapku dengan tatapan sedih, ada bulir bening di sudut matanya. Aku pun selalu menangis setiap kucingnku di adopsi orang.. Demikian juga kucing-kucingku yang lain, setiap akan meninggalkan rumahku, selalu ada bulir bening di kedua sudut matanya. Selamat jalan mozaku, semoga di tempat yang baru akan lebih baik.
Senyum ceria setiap anak kecil yang ke berikan mengadopsi kucing-kucingku membuat kesedihanku berkurang, Meskipun sehari-dua hari, atau semalam dua malam, masih saja bersedih. Selalu sulit melupakannya.
Senyum ceria setiap anak kecil yang ke berikan mengadopsi kucing-kucingku membuat kesedihanku berkurang, Meskipun sehari-dua hari, atau semalam dua malam, masih saja bersedih. Selalu sulit melupakannya.
Sangat menyentuh kisahnya
ReplyDelete