"Ya Allah, rahmatilah kami dengan Al qur'an, Jadikan ia imam kami, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi kami.Ya Allah, ingatkanlah kami apa yang kami lupa dan ajarkan bagi kami apa yang kami jahil. Karuniakanlah kepada kami untuk dapat membacanya sepanjang malamnya dan sepanjang siangnya. Jadikanlah ia prisai kami, Wahai Tuhan sekalian alam"
Untaian kalimat di atas membuat hati bergetar dan mengingatkan saya akan kegiatan satu tahun yang lalu. Kegiatan pada bulan suci ramadhan di tempat saya bertugas. Kalimat di atas membuat saya selalu menangis, Saya pasti meminta siswa-siswi untuk mengulangnya sampai berkali-kali. Tak segan- segam saya memberi komando,"Ayo..buka suaramu, nak" lebih kencang lagi, yang lantang nak, biarkan suaramu terdengar sampai rumahmu yang jauh di sana!"
Cerita pagi ini, Selasa 12 Mei 2020, saya hanya duduk sendiri di belakang meja piket guru. Suasana memnag tidak seperti biasanya. Corona virus disease membuat semua tatanan kehidupan berubah, bahkan saya mengatakan wabah ini telah mengaduk-aduk perasaan saya. Di belakang meja piket, saya hanya duduk termenung sembari menunggu teman-teman piket yang lainnya. . Tidak ada lagi celoteh siswa yang terdengar. Hanya bising kendaraan lalu lalang yang saya lihat karena tempat tugas saya berada di pinggir jalan negara.
Pandangan saya menyapu seluruh sekolah, sampai pada halaman sekolah yang sangat lengang, sepi seakan menyapaku," Hai...mana siswa-siswimu? mengapa ia tidak berlari-lari di sini? Mengapa mereka tidak lagi melantunkan ayat suci di sini lagi? Aku sudah bersih di sapu dari tadi."
Saya hanya bergumam sendiri,"Dulu, pada jam ini, halaman ini sudah dipenuhi oleh siswa perempuan menggunakan mukena, menyandang Al Qur'an suci di dada. Siswa laki-lai dengan gagahnya menggunakan busana muslim dengan peci menambah kegagahan dan kesholihannya.
Di halaman inilah, setahun yang lalu semua siswa berkegiatan. Sangat seru dan menyenangkan. Tidak terasa panas, mereka asyik dalam kelompoknya melaksanakan kegiatan tadarrus. Dengan dikoordinir oleh masing-masing guru. Mereka melaksanakan tadaruus dengan pola yang diterpakan oleh sekolah
Pola yang diterapkan dalam tadarrus tahun lalu adalah "One Day One Juz One Grup"
Pola ini di fasilitasi dengan media berupa satu kaleng Juz ( Juz Al Qur'an bukan juss minuman). Dalam kaleng juz tersebut berisi kartu potongan surat dan ayat. Kaleng juz dibuat sebanyak 30 kaleng yang mencerminkan juz 1 sampai juz 30. sehingga disebut kaleng juz 1 sampai kaleng juz 30. dalam kaleng juz itulah terdapat potongan-potongan surat dan ayat yang akan dibaca siswa.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam setiap kelompok dipimpin oleh 1 orang ketua kelompok dan 1 guru pemandu. Pada awal pelaksanaan kegiatan, kepala sekolah atau guru agama memberikan arahan cara kerja atau pelaksanaan. Pertama, semua kelompok siswa duduk di halaman yang sudah di gelar karpet. Koordinator pelaksana menyiapkan kaleng juz di depan. Selanjutnya ketua kelompok mengambil 1 kaleng juz dan menyerahkan kepada anggota kelompoknya. Guru pemandu atau pendamping masing-masing kelompok membimbing siswa cara membaca karttu surat, ayat, dan halaman yang tertera pada potongan kartu. Selanjutnya siswa membaca Al Qur'an sesuai dengan potongan kartu yang mereka ambil masing-masing dalam kaleng juz. (ada perbedaan tugas untuk siswa yang masih ikro' dari hasil pendataan sebelum pelaskanaan)
Pola ini mampu menyelesaikan membaca Al Qur'an sampai beberapa juz. Bagi kelompok yang sudah selesai membaca 1 kaleng juz, mereka boleh mengambil kaleng juz berikutmya yang belum dibaca atau lanjutan juz.
Untuk memotivasi grup, koordinator membuatkan jurnal membaca Al Qur'an yang diisi setiap hari Juz apa yang dibacanya. Boleh lah berkompetisi untuk kebaikan. Guru pendamping yang bertugas menyimak dan memperbaiki bacaan siswa yang belum tepat. Jadi tidak mengejar asal khatam.
Di penguhujung kegiatan, atau apabila sudah khatam, maka itulah kegiatan yang sangat menyenangkan. Siswa-siswi melaksanakan khatam layaknya mereka khataman Al Quran di masjid. Sebelum khatam Al Qur'an, siswa-siswi melantunkan doa khatam Al Qur'an yang artinya seperti yang tertera pada awal tulisan ini.
Sebelum khatam kepala sekolah berpesan" Bacaah Al Qur'an dengan hati. Taruh Ia di tempat tertinggi dan dekaplah Ia di dadamu"
Kalimat yang dalam dan penuh arti yang dijelaskan selanjutnya oleh guru agama Islam selaku koordinator kegiatan.
Saya meneteskan air mata, mengingat siswa-siswi yang masih belajar dari rumah (BDR) sampai 1 Juni 2020 nanti. Saya rindu suara mereka. Saya rindu gelak tawa mereka. Saya rindu lantunan doa mereka. Saya rindu dengan suara mereka yang menggema sampai jauh. Saya rindu dengan kalimat yang engkau lantunkan "Allhaummarhamna Bil Qur'an........"
Saya rindu padamu, jadilah generasi pencinta Al Quran. Jadikanlah membaca Al Qur'an sebagai kebutuhan.
Wassalam
Lombok, 13 Mei 2020
Edisi, Rindu Siswa
Hp. 081805590038
No comments:
Post a Comment