Tuesday, May 12, 2020

Benarkah Pembelajaran Teknik Daring Mahal? (Seri 9)



Oleh Nuraini Ahwan

Tulisan saya hari ini, Selasa 12 Mei 2020 dengan judul sebuah pertanyaan. "Benarkah Pembelajaran Teknik Daring Mahal?"  Jawaban pembaca  tentunya akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi, tempat, keadaan ekonomi dan sebagainya. 

Tulisan ini saya angkat dari pengalaman pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan sejak pandemi corona virus disease 19 melanda negara kita Indonesia. Pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan sudah pada hari terakhir tahap 4 dari perpanjangan pertama 26 Maret 2020. 

Pembelajaran dengan model daring atau dalam jaringan membutuhkan jaringan internet dan kuota internet yang cukup, handphone android, tablet, lattop,  dekstop atau salah satu di antaranya. Ini pastinya memerlukan dana yang cukup dan sinyal yang lancar untuk bisa melaksanakan atau mengikuti pembelajaran jarak jauh model ini.

Saya mengambil sebuah contoh di tempat saya bertugas. Sebuah sekolah desa yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh model daring  (dalam jaringan) dengan memanfaatkan aplikasi sederhana watshaap. Apilkasi ini yang mampu digunakan oleh semua guru pada tahap awal pelaksanaan "Belajar Dari Rumah atau disingkat BDR. 

Demikian juga secara umum aplikasi watshaap ini yang mampu digunakan oleh sebagaian besar wali murid yang akan menjadi guru bagi putra - putrinya di rumah.
Whatshap sebagai aplikasi yang digunakan di tempat saya bertugas semakin hari  anggotanya semakin banyak. Hampir seratus persen wali murid menjadi anggota watshap grup kelas pada tahap 4 BDR ini.   Dari jumlah anggota grup kelas yang hampir mencapai  seratus persen ini, saya bisa merekam beberapa chat anggota yang mengindikasikan bahwa pembelajaran jarak jauh dengan teknik daring (dalam jaringan ) ini mahal. Walaupun ini mungkin tidak untuk di tempat lain. Beberapa chat itu merupakan jawaban dari siswa kelas tinggi (4, 5,6) dan beberapa orang tua kelas awal (1,2,3) ketika ditanya oleh guru kelas"Mengapa telat mengirim tugas? Mengapa tidak mengirim tugas?

Jawaban mereka beragam. Jawaban yang  memperkaya istilah-istilah pada masa covid 19 ini. Jawaban mereka antara lain.
1. Ma.af Bu, dana kuota internet saya kalah  
    dengan Lombok Tengah (penghalusan kata
    perut lapar) jadi belum bisa mengirim tugas.
2. Ma.af Bu, saya telat mengirim tugas karena
    kuota internet saya sekarat.
3. Ma.af Bu, kuota internet saya lagi lock down
    jadi baru sekarang bisa kirim tugas.
4. Ma.af Pak, kouta internet saya ikuta kena
    corona, jadi baru sekarang mengirim tugas.

Masih ada beberapa chat wali murid di tempat saya bertugas yang menunjukkan bahwa BDR dengan model dalam jaringan memerlukan biaya.  Semakin banyak tugas diberikan, semakin banyak tugas yang harus dikumpulkan..semakin beragam tugas semakin beragam pula yang harus dikirim. Semakin banyak pula kuota internet yang harus disiapkan.Apakah mungkin karena saya adalah guru di desa dengan siswa yang sebagian besar berasal dari orang tuanya dengan ekonomi menengah ke bawah? Memiliki handphone android saja sudah merupakan suatu kesyukuran yang luar biasa. Sehingga mempertanyakan " Apakah Benar Pembelajaran Jarak Jauh Mahal?


Saya pernah menonton sebuah tayangan di youtube, yang meminta perkuliahan jarak jauh model daring dihentikan karena dinilai mahal dan merugikan mahasiswa. Ma.af saya lupa di chanel yuotube apa namamnya.
Intinya , yang saya tonton itu menjelaskan jika mahasiswa  sehari saya mengikuti perkuliahan jarak jauh  menghabiskan dana Rp 50.000 untuk membeli kuota internet, maka dalam satu minggu mahasiswa akan menghabiskan dana Rp 350.000.  oleh karena itu ia mengatakan pembelajaran atau perkuliahan seperti ini mahal dan minta dihentikan.

Memang BDR ini memerlukan biaya, tetapi apa boleh buat. Ini bukan pilihan tetapi keharusan. Untuk tidak memberatkan orang tua di tempat saya bertugas  mengurangi tugas untuk menonton youtube tentang pelajaran, tentang sekolahnya, mengurangi siswa membuat video dan lain lain tugas yang menyedot kuota internet yang banyak. Intinya bagaimana anak mampu menahan diri untuk tidak keluar rumah  dengan tugas  dari guru dan mengimplementasikan pendidikan karakter dalam kehidupannya.

Di tengah pelaksanaan pembelajaran yang terkesan mahal di tempat saya bertugas, merupakan suatu kewajiban tambahan guru yang berdiri di garda terdepan untuk memberikan wawasan, pandangan dan membangun kesadaran kepada wali murid bahwa pembelajaran ini memang harus dilakukan seperti ini. Cara aman untuk memutus penularan virus corona. 
Guru dan orang tua saat ini harus  bersama - sama berdiri di garda terdepan untuk mencegah terputusnya pendidikan bagi anak bangsa

Lombok, 12 Mei 2020
Edisi Membuat BDR tidak Mahal.

4 comments:

  1. ya begitulah. Memang belajar dari rumah dengan pendekatan daring pada aplikasi manapun pasti berbayar. Sekalipun Dana BOS dalam juknis perubahan memungkinkan penggunaannya untuk kuota internet pada siswa, tetap belum bisa dicairkan secepatnya. Selamat terus belajar dari rumah ibu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, sudah berkenan mampir.satu kata kalimat buat kita...."Jangan biarkan pendidikan terhenti karena corona!"

      Delete
  2. Benar terasa mahal bagi sebagian orang, Bu. Tidak semua orang mampu membeli kuota. Jangankan kuota, memiliki android saja perlu mengeluarkan uang banyak bagi sebagian orang. Pembelajaran daring di masa sekarang memang mau tak mau menjadi keharusan. Namun bagaimana kita semua bisa menyikapi dengan bijak ketimpangan yang ada di antara peserta didik kita dan mereka tetap bisa belajar dalam perbedaan kondisi yang ada pada mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, banyak cerita dalam pembelajaran ini, belum lagi ada kisah handphone hilangdimasa sulit ekonomi. berbuat apa yang bisa di lakukan dengan meberdayakan apa yang ada sesuai kemmampuan.

      Delete

Kegiatan Akhir Tahun di SDN 1 Dasan Tereng

Beragam kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk mengakhiri masa pembelajaran setiap tahunnya. Kegiatan ini sepertinya merupa...