Friday, May 8, 2020

Pembelajaran Jarak Jauh, Bagaimana Khabar Siswa Yang di Luar Jaringan? (Seri 7)

Oleh Nuraini

Prinsip pembelajaran yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah di antaranya  sebagai berikut:  dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mecari tahu; dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber        belajar; pembelajaran yang berlangsung di sekolah, di rumah dan di masyarakat; pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik dan di mana saja adalah kelas;. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan  efisiensi dan efektifitas pembelajaran. 

Ada 4 point prinsip pembelajaran yang saya kutip dari 14 prinsip pembelajaran yang tercantum dalam Permendikbud  Nomor 22 tahun 2016 tersebut. Ke empat point ini seakan berbicara bahwa  prisnsip ini sangat sesuai atau tepat dilaksanakan sesuai dengan apa yang terjadi saat ini. Wabah corona virus disease 19 (covid19) mengharuskan siswa untuk meninggalkan rumah ke dua mereka (sekolah).  Rumah di mana   mereka  selama ini belajar secara tatap  muka langsung dengan guru mereka. 

Prinsip siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, di mana saja adalah kelas, pada saat ini mau tidak mau harus diakui. Siswa belajar jarak jauh atau belajar dari rumah (Study At Home) dengan orang tua mereka sebagai guru. Mereka  tidak belajar di ruang kelas berbentuk persegi, dengan meja bangku berjejer rapi, papan tulis ada di depan kelas,  lemari dan rak buku berdiri di belakang atau di samping mereka. Tidak lagi ada bel berbunyi pertanda jam keluar bermain atau jam masuk kelas kembali. Tidak ada guru yang berdiri di depan mengabsen, memberi tugas langsung dan sebagainya.
tetapi mereka belajar bersama orang tua, dibimbing orang tua menyelsaikan tugas dari guru, diperiksa langsung hasilnya oleh orang tua sebelum di kirim ke guru mereka di tempat yang tidak seperti kelas mereka. Mereka bisa saja belajar sambil tengkurap, belajar di ruang tamu,belajar sambil nonton tv dan sebagainya. 




Prinsip pemanfaatan teknologi informasi  dan komunikasi untuk mempercepat efisiensidan efektifitas pembelajaran juga di masa wabah ini sangat dirasakan penting. Alternatif pemeblajaran jarak jauh dengan teknik dalam jaringan (daring) mempercepat diaksesnya pembelajaran  oleh siswa. Salah satu teknologi yang bisa digunakan adalah handphone /gawai android. Aplikasi paling sederhana yang boleh dikatakan semua kalangan bisa memanfaatkannya adalah watshapp atau wa. 

Media inilah yang digunakan di tempat tugas penulis dengan membuat whatshap grup kelas masing masing-masing. Anggota grup setiap kelas terdiri dari Kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, dan wali murid. (siswa masih usia SD, di tempat penulis belum dibolehkanmemiliki hp sendiri). Masuknya kepala sekolah dalam grup dimaksudkan untuk memudahkan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran daring ini. 

Persentase siswa yang orang tuanya memiliki handphone android memang tidak 100 persen di tempat penulis bertugas. Data awal sejak pemberlakuan pembelajaran dari rumah dilaksanakan, menunjukkkan bahwa siswa yang orang tuanya memiliki handphone android di bawah 50 % sehingga  guru sulit untuk memberikan tugas untuk semua siswa. Sementara yang bisa mengakses atau mengetahui tugas hanya siswa yang tergabung dalam grup. Sementara siswa yang tidak tergabung dalam grup hanya berbekal buku belajaran yang diberikan di awal pelaksanakan pembelajaran dari rumah ini.

Lalu bagaimama dengan siswa yang di luar jaringan? Siswa yang orang tuanya tidak memiliki handphone  android? 
Seiring dengan perpanjangan waktu belajar dari rumah yang sudah memasuki 2 tahap waktu itu, jumlah anggota dalam grup juga bertambah. Kesadaran wali murid akan pentingnya pendidikanputra-putrinya meningkat. Sehingga data terakhir,  orang tua yang tidak mamiliki handphone persentasenya sedikit. Dalam satu kelas berkisar 6 atau 8 orang. 

Melihat kenggotaan grup bertambah, maka khabar siswa yang orang tuanya tidak memilki handphone terjawab sudah. Jumlah yang sedikit ini akan mampu di tarik atau di dampingi oleh yang punya handphone. Sehingga mereka bisa mengakses semua tugas dari guru.   Sekolah bersama rekan guru mencoba mengimplemetasikan pendidikan karakter yang selama ini dilaksanakan. Dengan 5 nilai karakter utama di antaranya religiusitas, dan gotong royong. 

Orang tua atau siswa yang punya dan yang tidak punya hnadphone android sudah terdata  di wa grup. Kepala sekolah mengetahui perkembangan jumlah anggota. Dengan mudah kepala sekolah meminta guru memetakan tempat tinggal siswa yang orang tuanya tidak memiliki handphone. Pemetaan ini dimaksudkan untuk memudahkan melakukan penjaringan atau perekrutan mereka untuk bergabung bersama tetangga sekelasnya yang punya handphone.

Proses atau kegiatan ini tidak serta merta atau langsung dilaksanakan. Setelah pemetaan tempat tinggal selesai di buat guru.  Kepala Sekolah mengimformasikan kepada wali murid dalam grup, untuk berkenan menjadi inang atau induk dari teman sekelas anaknya yang tidak punya handphone dalam hal pengaksesan tugas.  Dengan bahasa yang menyentuh hati melalui chat di watshapp grup, kepala sekolah menyampaikan bahwa bagaimana caranya agar anak-anak semua memperoleh haknya untuk pendidikan. Pembelajaran jarak jauh seperti ini, entah sampai kapan akan berakhir. Di perpanjang terus sampai wabah ini benar-benar tidak ada.  Di sekitar tempat tinggal bapak dan ibu, ada teman sekelas putri-putra bapak yang tidak punya handphone. Bisakah kira-kira bapak berbagi informasi tentang tugas dari guru kepada mereka? (kepala sekolah menyebutkan nama siswa yang tidak punya hp). Bulan ini penuh berkah, mari berbagi, saling tolong menolong, semoga rizki bapak dan ibu dilancarkan Allah SWT. 

Sentuhan hati ini, membuat respon orang tua sangat bagus. Mereka dengan senang hati mengimformasikan setiap tugas yang diberikan guru bahkan sampai kepada pegiriman tugas. 

Teknik menjaring teman sekelasnya yang tidak punya handpohone android dan tempat tinggalnya tidak jauh dari rumahnya berangkat dari pemikiran bahwa dalam grup ada admin kelas dari masing-masing wilayah sumber siswa atau asal siswa. Mereka menjaring  anggota grup dari orang tua yang punya hp. Mengapa tidak bisa dikembangkan , jika yang punya handphone android juga menjaring teman sekelasnya yang tidak punya hp android?
Seperti multilevel, multilevel ini tidak seperti multilevel perbisnisan. Mencari rekan joint seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya sampai bercabang-cabang. Mencari untung sebanyak-banyaknya.

Tetapi multilevel daring di sini dimaksudkan mencari anggota, teman sekelasnya, dekat rumahnya, tidak lebih dari 2 orang, tidak menarik untung atau bayaran ( untuk beli kuota internet) kecuali diberi tanpa meminta. Untungnya adalah semoga niat berbaginya mendapat balasan dari Allah SWT.

Kami menyebutnya "Multilevel Daring Tanpa Laba" 
Dengan teknik ini kami akhirnya mengetahui bagaimana khabar siswa kami yang awalnya mengikuti pembelajaran secara luring (luar jaringan). Inangnya atau yang punya handphone akan menginformasikan atau menulis chat di watshap bahwa ini tugasnya si ini.....(ditulis nama di bawah tugas jika dikirim dalam bentuk foto tugas)
Semoga teknik ini mampu mewujudkan bahwa pendidiikanuntuk semua, dan semua anak berhak mendapatkan pendidikan. jangan biarkan pendidikan anak-anak kita terhenti meskipun wabah masih melanda negeri kita.


Terima kasih, semoga bermanfaat
Mohon krisannya
Lombok Barat, 
Hp. 081805597038

1 comment:

Kegiatan Akhir Tahun di SDN 1 Dasan Tereng

Beragam kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk mengakhiri masa pembelajaran setiap tahunnya. Kegiatan ini sepertinya merupa...