Oleh Nuraini Ahwan
Pagi -pagi baca tulisan seorang dosen yang bukunya dipinjam oleh seorang teman dan tak kembali sampai sekarang. Buku yang penting berbahasa inggris dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dilacak keberadaan sang peminjam juga tak ditemukan. Seperti itu inti dari tulisan bapak dosen yang saya baca.
Saya sempatkan membuka handphone pagi hari sebelum mandi. Buka whatsaap dan tulisan itu yang saya baca pertama kali.
Eee....saya kena cubit oleh tulisan Bapak dosen. Saya jadi ingat beberapa bulan yang lalu, saya pinjam buku Pak Bos, saat itu beliau mengatakan pada saya,"Awas, jangan sampai besok buku saya tidak dikembalikan. Buku saya sering dipinjam orang, ujung-ujungnya sering juga tidak kembali." Begitu ucapan Pak Bos sebelum menyerahkan buku yang saya pinjam.
Saya janji saat itu, kalau saya akan kembalikan secepatnya setelah selesai dibaca. Apalagi buku itu masih dalam bungkusan saat itu. Sebuah buku novel
Tapi karena langsung disambut corona, sampai Pak Bos pindah menjadi Kepala Dinas di suatu instansi, buku itu belum saya kembalikan. Pak Bos yang super baik kepada semua bawahan. Ramah, supel dan disayang oleh semua bawahan.
Saya janji akan mengembalikan setelah corona berlalu atau setelah pembatasan protokol kesehatan tidak terlalu ketat. Tunggu, saya akan menepati janji mengembalikan buku dan meninggalkan kalimat-demi kalimat yang saya rekam dari isi buku Bapak.
Terima kasih pada Pak dosen, yang telah mengingatkan akan janji dan aturan pinjam meminjam lewat tulisan Bapak pagi ini, 4 September 2020.
Saya selalu membaca buku yang saya pinjam meskipun tamatnya lama. Menjadi inspirasi tulisan saya dari beberapa kata atau kalimat yang saya baca.
Lepas dari aturan pinjam meminjam, saya ingin menuliskan tentang buku yang saat ini belum tamat-tamat saya baca. Ada buku Bapak Much.Khoiri dan buku Bu Kanjeng.
Saat ini buku yang masih mengisi ransel saya dan di bawa ke sekolah adalah buku SOS ( Sapa Ora Sibuk) Karena saya ke sekolah membawa ransel bukan tas cantik. Ransel laksana kantor bagi saya.
Saya bahkan membawa buku ini saat mengantar anak ke dokter. Sambil nunggu antrean, saya baca buku *SOS* berulang-ulang pada satu sub judul. Maklum sudah usia, sulit masuk pelajarannya.
Pada bagian tertentu dari yang saya baca, saya garis bawahi, tidak apa- apa buku dicoret karena sudah sudah menjadi milik sendiri. Salah satu bagian yang saya garis bawahi adalah maqam menulis seperti, *Syariat, thareqat, hakekat dan makrifat* Ini penting bagi saya untuk mengetahui saya berada pada tahapan yang mana. Bukan mau berada pada maqam yang ke empat. Tapi paling tidak memahami dan menjadi penyemangat diri.
Lalu diri saya dalam maqam menulis berada pada maqam yang mana?
Hanya diri ini yang tahu.
Terima kasih ilmunya BuNur, kita memang harus saling mengingatkan
ReplyDeleteTerima kasih ibu
DeleteSemoga semakin banyak buku yg dibacs
ReplyDeleteBukunya omnjay belum saya punya. Sudah pesan yg guru bloger tapi gak dikirim omnjay. Buku bunda kanjeng, pak dosen Much Khairi sudah dan terakhir tadi buku Bapak Ekoji
DeleteSemangat menulis bu. Hebat.. Salut sama ibu yg rajin tuk menulis
ReplyDeleteSemoga tetap istikomah bun
DeleteSudah nyampe maqam yg mn bunda...pingin tahu bocorannya😂😂 salm sukses bunda
ReplyDeleteSudah nyampe maqam yg mn bunda...pingin tahu bocorannya😂😂 salm sukses bunda
ReplyDeleteAduh....masih merangkak...he he he
ReplyDeleteApa saja bisa jd ide menulis
ReplyDeleteMantul bunda...
Salut dengan semangat menulisnya bu Nur. Dan beliau tak bosan-bosan menyemangati rekan-rekan di sekitarnya, termasuk saya. Terima kasih sobat,teruslah menjadi penulis, semoga tulisannya menunjukan takdirnya
ReplyDeleteKeren makasih ilmunya bu nurAini.
ReplyDelete