Nuraini Ahwan |
Mempersiapkan pembelajaran tatap muka pada masa tatanan baru tak semudah yang kita bayangkan. Pembelajaran tatap muka yang sangat dirindukan oleh siswa , sangat diharapkan oleh orang tua dan sangat ditunggu oleh para guru.
Lebih setengah tahun, guru dan siswa berkutat dengan pembelajaran jarak jauh atau PJJ yang penuh dengan beragram cerita, kisah, pengalaman dan keseruan seperti rasa nano-nano. Manis, dan asam, bahkan bisa jadi pahit dan kecut. Rasa nano-nano yang dirasakan oleh semua yang terlibat dalam pembelajaran jarak jauh, baik dengan pola daring, luring maupun kombinasi antara keduanya.
Jika ditanyakan kepada yang bersentuhan langsung dengan pembelajaran jarak jauh ini, yakni guru, siswa dan orang tua, apakah pembelajaran seperti ini menyenangkan atau tidak? Jawaban bisa jadi serempak akan menjawab tidak menyenangkan.
Mengapa?
Guru menjawab, pembelajaran jarak jauh ini membuat guru bekerja 24 jam. Seusai jam sekolah, bukannya lepas dari pekerjaan sekolah dan fokus pada pekerjaan di rumah, tetapi justru pekerjaan sekolah yang memanggil.." Klang klung suara handhpone, siswa mengirim tugas.'" jika tidak dibuka, maka bisa bejibun tugas yang belum dibaca. Jika tidak direspon, bisa jadi seabrek pertanyaan,"Mengapa tidak ditanggapi."
Siswa menjawab, kalau mamanya tidak bisa menjadi guru dan beragam komentar lainnya.
Orang tua menjawab, "Mengapa lama sekali tidak sekolah. tidak ada corona, mereka tidak punya waktu mendampingi putra-putri mereka..Kuota mereka tidak ada. Kapan anak-anak masuk sekolah. "Lama-lama anak saya tidak bisa apa-apa." kata mereka.
Ragam rasa saat PJJ ini berlangsung, membuat sekolah berusaha mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan cheklist yang menjadi persyaratan pembukaan pembelajaran tatap muka. Sesuatu yang melelahkan bagi guru belakangan ini. Cheklist yang begitu ketat seperti apa yang disampaikan oleh Bapak Mendikbud, Bapak Nadiem Makarim.
Melelahkan memang dalam mempersiapkan pembelajaran tatap muka ini, yang ini sudah, yang itu sudah tapi ada saja yang belum dilengkapi. Menjelang pembukaan sekolah di tempat saya bertugas, semua guru bekerja ekstra. Merupakan suatu tanggung jawab yang besar ketika Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten, memberikan sinyal izin kepada sekolah kami untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Ada 4 sekolah yang insyaAllah akan diberikan izin melaksanakan pembelajaran tatap muka di Kabupaten kami. Satu di antaranya adalah sekolah tempat saya bertugas yakni SDN 1 Dasan Tereng, Kecamatan Narmada. Sekolah lainnya adalah SDN 1 Gerung Utara, SDN 1 Gelogor dan SDN 1 Sandik.
Ini tentunya merupakan kepercayaan besar kepada kami. Bagaimana tidak? Setelah nanti, izin dikeluarkan oleh Bapak Bupati maka bisa dipastikan sekolah-sekolah lain akan menjadikan sekolah kami barometer untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka.
Oleh karena itu, kami mempersiapkan dengan maksimal semampu kami agar bisa menjadi barometer yang sesuai atau yang benar.
Dalam edaran sebelumnya, belajar dari rumah dilaksanakan sampai tanggal 13 September 2020, diperpanjang lagi sampai tanggal 29 September 2020. Mungkin tidak dengan sekolah kami.
Dalam tiga hari ke depan, sesuai surat yang kami terima, pihak dinas kesehatan kabupaten akan melakukan verifikasi terhadap instrumen kesiapan pembelajaran masa new normal atau tatanan baru.
Bisa tatap muka atau tidak? Menunggu hasil setelah dilaksanakan verifikasi tersebut.
Semoga bisa tatap muka. Aamiin YRA.
Lombok, 12 September 2020
No comments:
Post a Comment