Saturday, September 19, 2020

Indahnya Kebersamaan

Oleh Nuraini Ahwan

Selalu penuh cerita, keseruan di sekolah, di tempat kami bertugas.  Dari pagi sampai menjelang pulang. Pagi diisi dengan kegiatan memyapu, halaman sekolah. Ini sudah menjadi pekerjaan rutin guru di masa pandemi covid 19 ini.  Biasanya sebelum pandemi, tugas menyapu diatur dengan sistem piket kelas dengan dikoordinator guru piket. Tapi tidak dengan saat ini. Semua tugas ini digantikan oleh guru. 

Selepas itu, baru dilanjutkan dengan mengirim absen online dan tugas online kepada  anak-anak.  Lepas dari semua, saya ingin menulis tentang keseruan kami di pagi hari sebagai bentuk ungkapan gembira dengan kebersamaan kami.

Setiap pagi, guru-guru seperti lomba, untuk datang lebih awal ke sekolah. Kedatangan kami sudah ditunggu oleh mesin fingerprint untuk segera disentuh.  Berikutnya sudah menunggu dereran sapu untuk segera dipegang oleh guru. Sampah berserakan sangat banyak di setiap pagi. Pohon penghijauan yang tumbuh di pinggir jalan menambah pekerjaan kami di sekolah.

Ada 4 pohon mahoni besar yang menjadi penyumbang sampah di sekolah setiap pagi. Pohon ini dalam  satu tahun meranggasnya dua kali. Ini yang menjadi pekerjaan  tambahan bagi kami. Sampah dedaunan itu belum bisa kami olah menjadi kompos atau pupuk organik. Tempat pembuangan akhir tidak kami miliki. Kami beruntung karena sampah itu tidak mengganggu setelah kami kumpulkan. 

Pihak kantor desa mempunyai program untuk menjemput sampah ke sekolah setiap hari Selasa dan Jumat. Untuk menampung sampah sementara di sekolah, pihak kantor desa memberikan kami karung.  Dan sampah dalam karung kami tempatkan di sisi jalan, pojok sekolah. 

Menyapu pagi hari, diselingi dengan merawat taman bunga, kebun sayur dan tanaman obat atau apotek hidup. Menikmati langsung hasil tanaman seperti buah timun yang masih sangat muda dengan rasa yang renyah. Memetik bayam dan daun kelor, memetik daun ubi jalar dan daun singkong. Semua dilakukan dengan penuh gembira, canda dan tawa.

Swafotodan foto bareng menambah keseruan kami di setiap pagi. Menjadi lupa kalau harus jaga jarak akibat keseruan kami. 

Lombok, 19 September 2020

Deretan foto kami di SDN 1 Dasan Tereng, (Sdensa Santer Apik)










Wednesday, September 16, 2020

Mempersiapkan Tatap Muka Dengan Penuh Harap

 *Sabar Menantimu Di sini*

  Oleh Nuraini Ahwan



Selasa, 19 September 2020, sekolah kami kedatangan tamu dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat. Kali ini bergabung 2 Kepala Bidang yakni Kepala Bidang Pendidikan Dasar  Bapak H. Muzapir M.Pd dan Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Bapak Haji Sujai, M.Pd.

Pada kesempatan ini, Dinas Pendidikan menggandeng unsur  Dinas Kesehatan sesuai dengan tujuan kedatangan beliau ke sekolah kami yakni memverifikasi kesiapan sekolah dalam rangka pembukaan pembelajaran tatap muka pada masa tatanan baru atau kebiasaan baru atau masa new normal. 

Kehadiran tamu dari 2 instansi ini sudah kami nanti-nanti dari sebelumnya dengan berbagai persiapan terkait  dengan bukti fisik sesuai dengan instrumen yang telah kami terima sebelumnya.  Banyak sekali yang harus dilakukan dan disiapkan dalam rangka pembukaan sekolah ini. Berlelah-lelah, berkeringat, kerja dan kerja guna memenuhi komponen yang tertera pada instrumen. Waktu, tenaga, biaya dan pikirian memang sangat memegang peran penting dalam persiapan ini. Oleh karenanya tak penting jika bertanya apakah capek, lelah, berat hati atau kata kata sejenisnya. 

Terpenting ini adalah usaha atau upaya  bagaimana menyiapkan sekolah yang layak  dan aman dalam pembelajaran tatap muka di saat kita sudah lalui masa -masa sulit akibat pandemi covid 19. Di sampaing itu menepis  kesan kurang tepat dari segelintir orang yang menganggap bahwa pendidik saat ini enak diam tanpa aktifitas mendapat hak berupa gaji alias menerima gaji buta. (Ini pendapat pribadi yang didengar dari beberapa sumber yangbtak diketahui identitasnya he he)

Banyak hal yang muncul ketika sudah memulai. Sehingga yang kita lakukan banyak yang keluar  dari rel rencana yang tertuang dalam rencana kerja. Tetapi karena merupakan hal yang penting dan harus ada maka tidak mungkin tidak dikerjakan. Di sini perlunya memutar otak agar semua bisa  tersentuh, terlaksana dan selesai.

Kami sambut tim dengan lega hati meskipun terlambat , Tanpa harus duduk di ruangan, rombongan tim verifikasi langsung mengecek kesiapan  sekolah sesuai instrumen. Memeriksa dari ujung ke ujung hingga berakhir dengan diskusi, mendengar masukan dari tim verifikas dan mendengar pula tanggapan atau penjelasan dari kepala sekolah di ruang kepala sekolah. 

Diskusi berlamgsung dengan hangat, membahas hasil verifikasi. Ada beberapa hal yang harus kami lengkapi. Secara umum hasilnya bagus, semua komponen lengkap. Hanya saja keputusan pembukaan sekolah harus menunggu keputusan dari pemegang kebijakan yakni  Kepala Daerah. Tim akan menyampaikan hasil verifikasi kepada Kepala Daerah. Kami diminta bersabar menunggu. Masih banyak juga yang menjadi pertimbangan antara lain kondisi wilayah di sekitar wilayah sekolah terkait dengan zona merah atau orange.

Dokumen yang di bawa oleh tim antara lain SOP pembelajaran tatap muka di masa pembiasaan baru, dokumen verifikas berikut lampiran dan isian kesiapan sekolah yang diunggah di laman dapodik.

Lampiran dokumen verifikasi berupa berita acara rapat wali murid dengan daftar hadirnya, fakta integritas bermaterai dari wali murid, jadwal belajar, pembagian kelompok belajar, denah ruang belajar, prosedur pemeriksaan kesehatan atau prosedur pemantauan kesehatan warga satuan pendidikan dll.

Alhamdulillah, selesai dan rasa lega mewarnai semua warga satuan pendidikan, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan. Pengawas yang turut hadir (Hj. Mahdarihpinetri) menemani sampai akhir. Di tuttup dengan acara makan bakso bersama. 

Sabar menunggumu di sini, wahai generasi penerus bangsa,  generasi emas bangsa ini.

Salam sehat untuk kita

Lombok, 15 September 2020

Saturday, September 12, 2020

Persiapan Pembelajaran Tatap Muka



Nuraini Ahwan

Mempersiapkan pembelajaran tatap muka pada masa tatanan baru tak semudah yang kita bayangkan.  Pembelajaran tatap muka yang sangat dirindukan oleh siswa , sangat diharapkan oleh orang tua dan sangat ditunggu oleh para guru.

Lebih setengah tahun,  guru dan siswa berkutat dengan pembelajaran jarak jauh atau PJJ yang penuh dengan beragram cerita, kisah, pengalaman dan keseruan seperti rasa nano-nano. Manis, dan asam, bahkan bisa jadi pahit dan kecut.  Rasa nano-nano yang  dirasakan oleh semua yang terlibat dalam pembelajaran jarak jauh, baik dengan pola daring, luring maupun kombinasi antara keduanya. 

Jika ditanyakan kepada yang bersentuhan langsung dengan pembelajaran jarak jauh ini, yakni guru, siswa dan orang tua, apakah pembelajaran seperti ini menyenangkan atau tidak? Jawaban bisa jadi serempak akan menjawab tidak menyenangkan.

Mengapa?

Guru menjawab, pembelajaran jarak jauh ini membuat guru bekerja 24 jam. Seusai jam sekolah, bukannya lepas dari pekerjaan sekolah dan fokus pada pekerjaan di rumah, tetapi justru pekerjaan sekolah yang memanggil.." Klang klung   suara handhpone, siswa mengirim tugas.'" jika tidak dibuka, maka bisa bejibun tugas yang belum dibaca. Jika tidak direspon, bisa jadi seabrek pertanyaan,"Mengapa tidak ditanggapi."

Siswa menjawab, kalau mamanya tidak bisa menjadi guru dan beragam komentar lainnya.

Orang tua menjawab, "Mengapa lama sekali tidak sekolah. tidak ada corona, mereka tidak punya waktu mendampingi putra-putri mereka..Kuota mereka tidak ada. Kapan anak-anak masuk sekolah. "Lama-lama anak saya tidak bisa apa-apa." kata mereka. 

Ragam rasa saat PJJ ini berlangsung, membuat sekolah berusaha mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan cheklist yang menjadi persyaratan pembukaan pembelajaran tatap muka. Sesuatu yang melelahkan bagi guru belakangan ini.  Cheklist yang begitu ketat seperti apa yang disampaikan oleh Bapak Mendikbud, Bapak Nadiem Makarim. 

Melelahkan memang dalam mempersiapkan pembelajaran tatap muka ini, yang ini sudah, yang itu sudah tapi ada saja yang belum dilengkapi.  Menjelang pembukaan sekolah di tempat saya bertugas, semua guru bekerja ekstra. Merupakan suatu tanggung jawab yang besar ketika Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten, memberikan sinyal izin kepada sekolah kami untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Ada  4  sekolah yang insyaAllah akan diberikan izin melaksanakan pembelajaran tatap muka di Kabupaten kami. Satu di antaranya adalah sekolah tempat saya bertugas yakni SDN 1 Dasan Tereng, Kecamatan Narmada. Sekolah lainnya adalah SDN 1 Gerung Utara, SDN 1 Gelogor dan SDN 1 Sandik.

Ini tentunya merupakan kepercayaan besar kepada kami. Bagaimana tidak? Setelah nanti, izin dikeluarkan oleh Bapak Bupati maka bisa dipastikan sekolah-sekolah lain akan menjadikan sekolah kami barometer untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka. 

Oleh karena itu,  kami mempersiapkan dengan maksimal semampu kami agar bisa menjadi barometer yang sesuai atau yang benar.

Dalam edaran sebelumnya, belajar dari rumah dilaksanakan sampai tanggal 13 September 2020, diperpanjang lagi sampai tanggal 29 September 2020. Mungkin tidak dengan sekolah kami. 

Dalam tiga hari ke depan,  sesuai surat yang kami terima, pihak dinas kesehatan kabupaten akan melakukan verifikasi terhadap instrumen kesiapan pembelajaran masa new normal atau tatanan baru.

Bisa tatap muka atau tidak? Menunggu hasil setelah dilaksanakan verifikasi tersebut.

Semoga bisa tatap muka. Aamiin YRA.

Lombok, 12 September 2020

Thursday, September 10, 2020

Ide Bisa Muncul Dari Tulisan Orang Lain

 Oleh Nuraini Ahwan. 

Assalamu'alaikum...

Ustadzah, ini hadiah dari saya Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH. Hadiah menulis resume pada materi diklat menulis bersama Om Jay pada tanggal 29 Juli 2020. Ustadzah salah satu pemenangnya.

Mohon di terima yaa...

Salam Inspirasi. Ibu Guru Cantik. Guru Inspirasi NTT. Bunda Lilis Sutikno. Kupang - NTT.

Untain kalimat di atas merupakan kalimat ucapan Bunda Lilis kepada peserta komunitas menulis bersama Om Jay. Peserta yang berhak mendapat kenang-kenangan dari narasumber kala itu adalah peserta yang membuat resume tercepat dan dishare di fb milik narasumber, Bunda Lilis Ika Herpianti Sutikno. 

Saya salah satu dari peserta yang mendapat kenang-kenangan dari Bunda Lilis. Bahagia pun mengisi relung hati saya saat itu. Bukan saja karena akan mendapat kenang-kenangan dari narasumber tetapi karena tugas membuat resume malam itu bisa terselesaikan sehingga tidak menjadi hutang tulisan.

Lebih satu bulan menanti, akhirnya malam ini, penantian terjawab sudah. Lewat whatshaap milik Bunda Lilis, saya membaca kutipan kalimat di atas. Tak sabar ingin membaca buku yang ada dalam bungkusan bertuliskan nama penerima  pada sampul pembungkus. Nama saya ada dalam deretan ketiga nama penerima.

Untaian kalimat bunda Lilis akhirnya menjadi ide tulisan saya malam ini. Awalnya saya mendekati kebuntuan ide, tetapi ternyata tidak salah apa yang dikatakan para suhu, para penulis hebat, para senior bahwa ide tersebar di mana-mana. Contohnya saat ini, tulisan Bunda Lilis dalah whatsaap  menjadi sumber ide tulisan saya.

Bunda Lilis, sosok penulis yang memberi perhatian besar pada pergerakan literasi. Menyemangati, mendorong dan memfasilitasi para penulis pemula. Seperti itulah gambaran sekilas yang saya lihat dari sosok guru desa yang penuh karya ini. Berdiri dalam  gerakan literasi bersama Agupena NTT. 

Penghargaan-demi penghargaan yang beliau terima membuatnya makin berkibar menjadi pegiat literasi. Arti sebuah penghargaan terutama bagi penulis pemula berpengaruh besar terhadap semangat, kemauan dan kepercayaan diri sangat beliau perhatikan. 

"Jadilah pribadi yang bermanfaat bagi orang lain." seperti itu salah satu kalimat motivasi yang dapat saya kutip dari tulisan beliau

Terima kasih bunda Lilis, atas hadiahnya.

Lombok, 10 September 2020

Pentingnya Kolaborasi Pada Masa Pandemi Covid 19

 Oleh Nuraini Ahwan

Menjadi seorang pemimpin bukanlah tentang berada di baris terdepan, tetapi tentang bagaimana menjaga suatu kelompok agar selalu bersama untuk memajukan bukan untuk memecah belah.  Bagaimana ia berada di tengah-tengah rekan kerjanya untuk membangun kekuatan. Pemahaman ini penting untuk membangun kerjasama dengan rekan kerja

Seberat apapun pekerjaan pasti akan bisa selesai jika di kerjakan secara bersama-sama. Kerjasama dan sama-sama bekerja.

Prinsip inilah yang menjadi budaya sekolah kami, SDN 1 Dasan Tereng dalam keseharian seluruh pendidik dan tenaga kependidikannya di sekolah. Branding Santer Apik yang menjiwai seluruh warga sekolah menjadikan pekerjaan yang berat menjadi ringan dan terselesaikan dengan baik.

Mengulas sedikit tentang  "Santer Apik" yang menjadi branding SDN 1 Dasan Tereng dengani "Sdensa Santer Apik"nya dalam uraian berikut. Sdensa adalah singkatan dari Sekolah Dasar Negeri Satu. Santer merupakan singkatan dari Dasan Tereng. Sebuah kata, bisa berasal bahasa sasak dan  dari bahasa Indonesia. 

Di samping merupakan singkatan, dalam bahasa sasak, "Santer" berarti sangat, terlalu. Dalam hal ini kata "sangat dan terlalu" dalam konotasi yang positif berupa keinginan dan tekad yang kuat.  Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI / PUEBI atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kata santer berarti keras, kencang, hebat dan nyaring. 

Sementara kata "Apik" merupakan sebuah singkatan yang mengandung beberapa nilai karakter utama. A singakatan dari aman, aktif; P singkatan dari partisipatif; I singkatan dari inovatif dan K singkatan dari kreatif dan komunikatif. 

Dalam branding."Santer Apik" tertaman semangat kolaboratif dalam nilai aktif, partisipatif, kreatif dan komunikatif diwujudkan atau diimplementaikan  dalam masa pandemi covid 19 ini. Baik dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran pola dalamjaringan atau daring maupun luring dan kombinasi antara keduanya.  Bagaimana sekolah pada masa pandemi ini merancang pembelajaran sehingga seluruh siswa memperoleh haknya dalam pendidikan. Pembelajaran yang dirancang dieksekusi oleh seluruh pendidik.

Demikian juga pada masa transisi ini, semua bahu membahu mempersiapkan kebutuhan  atau komponen yang menjadi persyaratan untuk mendapatan izin sekolah bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka pada masa tatanan baru tinggal menghitung hari. Akankah sekolah mendapatkan izin dari pengambil kebijakan? Menunggu...

Menghadirkan komite sekolah, perwakilan orang tua untuk mendapatkan izin juga dilakukan oleh sekolah setelah merasa yakin bahwa seluruh komponen yang tertera pada instrumen verifikasi terpenuhi.

Hari ini, rabu, 9 September 2020, semua pendidik terlihat sangat sibuk menyiapkan rapat orang tua dan sekolah. Tidak satu pun pendidik yang duduk, Semua bekerja sesuai dengan tugasnya. Selesai di satu pekerjaan, mengambil pekerjaan yang lain yang belum selesai. Ke timur, ke barat, ke belakang, ke lantai atas dari bagian sekolah semua tersentuh hari ini. Mulai dari slogan covid 19, batas antar jemput, etiket di semua pintu kelas , melengkapi tissu di tempat air cuci tangan, melengkapi sabun dll,  menjadi pusat perhatian. Termasuk mengatur jalannya simulasi alur masuk sekolah untuk beberapa siswa yang ditunjuk untuk melakukan simulasi.

Ada banyak kegiatan di hari ini, menjelang 5 hari pelaksanaan pembelajaran tatap muka menurut rencana. Rapat orantua menghadirkan pemgawas pembina, sosialisasi cara memasuki lingkungan sekolah pada masa tatanan baru, mengecek kembali perlengkapan yang kurang dan menyiapkan perlengkapan lampiran surat izin pembukaan pembelajaran tatap muka. Surat  ditujukan kepada Bupati dialamatkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten. Pada hari yang sama juga, Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, Bapak H. Nasrun, S,Pd.,MM hadir memantau langsung kesiapan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka. 

Menurut beliau, yang mempunyai kewenangan memberikan izin. sekolah boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka atau tidak adalah Bapak Bupati. Sedangkan  pihak dinas melanjutkan usulan atau surat dari sekolah ke Bupati. Hasil atau keputusan Bupati terkait izin akan disampaikan kembali kepada sekolah yang bersangkutan.

Suatu kebahagiaan tersendiri ketika sekolah bisa dikunjungi oleh orang nomor satu di jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Kabupaten. Kehadiran beliau merupakan motivasi yang luar biasa  bagi semua pendidik di sekolah kami. Semua bergerak, semua bekerja, saling membantu tak satu pekerjaan yang tertinggal.   

Kolaborasi menyelesaikan semuanya. Tidak ada satu pekerjaan yang teritnggal kecuali pekerjaan yang direncanakan kembali akibat munculnya kreativitas yang baru untuk kesempurnaan persiapan masa tatanan baru nanti. 

Kolaborasi adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerjasama, saling bersinergi, beradaftasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Kolaborasi juga memiliki arti mampu menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas  secara pribadi, pada tempat kerja dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan (http://zuhriidonesia,blogspot.com 2017)

Dengan kolaborasi semua akan selesai, harapan pendidik, peserta didik dan orang tua akan terwujud. Tinggal menghitung hari untuk kembali ke sekolah.

Menghitung hari, menunggumu di rumah keduamu (sekolah)

Lombok, 9 September 2020


Tuesday, September 8, 2020

Ketika Ada Keinginan, Tapi Belum Bisa

Oleh Nuraini Ahwan

Saya membaca komentar dari salah seorang yang membaca tulisan saya. Bisa jadi komentar ini mewakili suara teman-teman yang lain. Komentar yang sama ketika saya mengajaknya untuk menulis. Memgajak mereka untuk menulis bukan berarti saya adalah penulis hebat dan handal. Tetapi saya mengajak mereka untuk bersama-sama belajar menulis bersama saya. 

Komentar teman yang mengatakan bahwa ia ingin menulis tapi belum bisa. Ungkapan perasaannya seperti ini,"Saya ingin ikut menulis, tetapi belum bisa."

Ungkapan kalimat ini dituliskan di bawah tulisan yang saya posting dalam blog, lalu saya share ke facebook. 

Sebuah komentar yang ingin saya kejar, dengan pertanyaan,"Mengapa belum bisa?

Jika saja saya bertemu dengan teman yang satu ini, maka saya akan kejar sampai ia mau mencoba.

Apa sebabnya ia belum bisa?

Apakah karena kesibukan?

Apakah karena malas?

Apakah karena ia belum tahu harus memulai dari mana?

Jika  ia tidak bisa karena kesibukan, maka saya akan mengatakan siapa yang tidak sibuk? Tinggal bagaimana kita mengatur waktu dan memberikan sedikit saja waktu untuk kegiatan yang namanya menulis. Bisa di sela-sela kesibukan dan anggap sebagai selingan. Tidak harus di latop, tidak harus di buku tetapi gunakan apa yang sedang kita pegang yang tak lepas dari keseharian kita yakni handphone. Bukankah ketika kita jenuh dengan aktivitas, kita selalu membuka handhpone untuk sekedar lihat chating di wa, buka facebook untuk melihat status orang atau membuat status sendiri atau membuka handphone untuk menonton youtube?

Kesempatan itulah sebenarnya yang bisa kita gunakan di sela-sela kesibukan kita. Gunakan istilah freewriting. Sehingga kita tidak lagi mengatakan bahwa kita tidak menulis karena sibuk. Kasihan kan, jika kesibukan selalu menjadi kambing hitam ketika kita tidak bisa melakukan kegiatan menulis. 

Lalu, jika jawabannya ia tidak menulis karena belum bisa memulai dari mana, maka saya akan mengatakan mulailah dari apa yang anda pikirkan, anda lihat, anda rasakan dan atau anda lakukan. Apakah tulisan harus banyak? Tidak juga, satu paragraf, juga tidak apa-apa bahkan satu atau dua kalimat juga tidak masalah. Yang penting tuangkan saja dulu dalam bentuk tulisan. 

Apakah tulisan harus selesai? Saya juga akan mengatakan tulisan tidak harus selesai saat sekali menulis. Simpan dulu tulisan itu, buka pada kesempatan berikutnya, lalu lanjutkan. Demikian seterusnya. Mulailah dari sekarang dan saat ini

Seperti yang dilakukan oleh salah seorang teman yang setia membaca blog saya. Pembaca yang tanpa nama dalam memberi komentar dalam blog. Kini ia punya blog dan sayalah orang pertama yang berkunjung ke blognya. Tulisannya bagus, mengalir dan suatu saa insyaaAllah ia juga akan bisa menerbitkan buku

Di blog awalnya, ia bertanya, sudahkah blog saya bisa dibuka, maka saya jawab, "Saya sudah mampir dan meninggalkan jejak." Sebuah kalimat yang sangat akrab di telinga para calon bloger bahkan bloger ternama juga tak jarang menggunakan kalimat itu.

Mari  mulai, mulai dan mulai dari sekarang, menulis dan menulis. 

Lombok, 8  September 2020


Monday, September 7, 2020

Antara Kesadaran Diri dan Peluang

 Oleh Nuraini Ahwan

Pagi ini, saya mengawali pagi dengan kegiatan yang umumnya dilakukan oleh kebanyakan orang. Khususnya yang dilakukan oleh ibu ibu. Baik sebagai ibu rumah tangga maupun ibu yang mempunyai tugas tambahan di luar rumah untuk membantu mendukung ekonomi keluarga. Karena saya menjalankan peran sebagai inu rumah tangga juga sebagai penompang ekonomi keluarga dengan tugas tambahan sebagai guru, maka tentunya setelah menyelesaikan tugas rumah, saya melanjutkan dengan tugas tambahan yakni bekerja di sebuah institusi pendidikan.

Berburu waktu tentu dilakukan setiap pagi. Apalagi jika terlambat bangun maka gerakan di rumah dipercepat, sambar sana, sambar sini. Tangan seakan ingin merangkul semua pekerjaan agar cepat kelar. Akan halnya dengan hari ini,  tidak terlambat bangun, tetapi pekerjaan rumah lumayan banyak menyebabkan sedikit panik untuk mengejar waktu ke sekolah. Sudah begitu , mendapat teguran  dari lelaki kesayangan di rumah yakni anak lelaki saya yang mengatakan kalau ibunya terlambat bangun, padahal tidak demikian adanya.

Berburu waktu sepertinya setiap hari, di samping karena memang sudah terjadwal jam berapa harus start dari rumah agar tidak terlambat, penggunaan absensi finger print membuat seakan tambah dikejar waktu setiap hari.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, perhatian terpecah sehingga kurang fokus pada keselamatan diri. Pandangan tertuju kepada pengedara sepeda motor. Menjadi perhatian saya adalah pengedara sepeda motor yang tidak menggunakan masker.  Satu, dua, tiga dan ternyata masih banyak orang yang tidak menggunakan masker. Ada rasa kesal dalam hati melihat pemandangan yang tidak menunjukkan ketaatan pada protokol kesehatan. 

Saya ingat dalam tulisan saya sebelumnya, dalam blog https://nurainiahwan.blogspot.com sebuah tulisan berjudul,"Indonesia Terserah, Pagah dan Pengkong," sebuah tulisan yang mengulas tentang bagaimana pagahnya (bahasa sasak artinya keras hati dan pengkong artinya tidak mau menurut) pada protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Kelelahan dari petugas yang berdiri di garda terdepan menyelamatkan jiwa manusia menulis kalimat." Indonesia Terserah." dan diposting di media sosial facebook. Setidaknya itu isi tulisan dalam blog saya beberapa waktu yang lalu. Saya merasa kalimat itu sah-sah saja sebagai bentuk luapan kekecewaan petugas pada masyarakat yang tak perduli pada protokol kesehatan. Sehingga pasien terpapar covid 19 terus bertambah saat itu. 

Begitulah, segelintir orang saat ini yang kita temukan. Masih harus di awasi untuk sekedar penggunaan masker.  Di saat pandemi covid 19 ini perlahan-lahan mulai menepi dari pemberitaan dan beberapa daerah sudah berada di zona kuning dan hijau. Sebuah kondisi yang memang kita nantikan. Mereka justru lalai dan abai.  Sangat disayangkan ketika keadaan sudah beramgsur-angsur membaik, masih ada yang seolah mengganggap kita sudah terbebas dari covid 19 dan protokol kesehatan hanya sebuah masa lalu. Inilah yang diantisipasi oleh pemerintah lewat aparat seperti kepolisian dengan merazia orang yang lalai dan abai dalam penggunaan masker. Orang tidak menggunakan masker adalah orang yang tidak sayang pada orang lain. 

Razia masker yang dilakukan oleh aparat kepolisian, saya temukan juga di beberapa titik dalam perjalanan menuju sekolah dan ketika mengurus keperluan di luar sekolah pada hari yang sama. Masih banyak yang kena razia karena tidak menggunakan masker. Saya jadi bertanya pada diri sendiri dan menyayangkan hal ini. Mengapa sulit sekali mematuhi protokol kesehatan? Apakah ini termasuk orang yang pagah dan pengkong?

Duduk di halaman depan sekolah yang berhadapan dengan jalan raya membuat fokus pikiran saya beralih, Dari mempertanyakan mengapa pagah dan pengkong, mengapa tidak memiliki kesadaran sedikit saja untuk sekedar menggunakan masker demi keselamatan diri dan orang lain? Pikiran dan pandangan tertuju pada ramainya lalu lintas jalan raya dan ramainya suara orang yang menjajakkan barang dagangannya di pinggiir jalan. " Masker! masker! masker! Ada razia, ada razia pak! Sambil tangannya diacung-acungkan ke jalan. Beberapa hari ini depan sekolah tambah ramai oleh  penjaja masker dan kendaraan yang berhenti untuk sekedar membeli masker. Takutpada petugas rupanya, bukan takut karena virus corona sehingga mereka abai. 

Perhatian saya terhenti ke arah jalan oleh perkataan salah seorang teman yang ikut duduk di sebelah saya,"Ini berkah bagi pedagang, Bu! Andai saja tidak ada razia, mungkin para pedagang ini tidak punya lahan bekerja. Ada yang kita harapkan dari apa yang kita saksikan ini. Berharap semoga lambat laun ada efek jera bagi pelanggar protokol kesehatan dan mereka sadar akan arti penting kesehatan. Semua patuh dengan himbauan pemerintah,  keadaan normal kembali. Para pedagang kembali bisa bekerja tidak hanya sekedar menjajakan masker. Mereka bisa kembali ke pekerjaan mereka semula. Cerita para pedagang masker ini bahwa ini bukan pekerjaan mereka, ini hanya peluang yang mereka gunakan di saat pandemi ini demi membuat dapur tetap mengepul."

Pesan untuk diri, mari  membangun kesadaran diri untuk sayang diri, keluarga dan orang lain. 

Lombok, 7 Spetember 2020

Email. ahwan.nuraini69@gmail.com

Fb, Nuraini Ahwan

Youtube. Nuraini Ahwan.


Menghitung Hari

 Oleh Nuraini Ahwan


"Menghitung Hari" bukanlah sebuah judul lagu yang akan saya tuliskan kelanjutannya. Menghitung hari akan tibanya masa tatanan baru. Sebuah masa di mana peserta didik akan kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka. Menengok kembali surat edaran pemerintah daerah kami, pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan tanggal 14 September 2020. 

Apakah ini bisa? Apakah ini tidak akan ada perubahan lagi? Tinggal menghitung hari....tinggal menunggu antara 6 September -13 September 2020,  akankah ada lagi edaran perpanjangan masa belajar dari rumah? Entahlah.... hanya menunggu dan mempersiapkan diri.

Banyak  yang harus disiapkan, yang sudah maupun yang belum diselesaikan di masa trasnsisi ini. Mulai pembentukan tim penanganan covid di sekolah atau tim satuan tugas dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan. Tim satuan tugas dilengkapi dengan koordinator Tim Pembelajaran, Psikososial, dan Tata Ruang,  Tim Kesehatan, Kebersihan dan Keamanan, serta Tim Pelatihan dan Humas.  

Jika dilihat tugas yang harus diselesaikan oleh tim ini sesuai dengan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri, maka sangat tepatlah apa yang dissampaikan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Nadiem Anwar Makarim bahwa, sekolah boleh melaksanakan tatap muka dengan ceklist yang sangat ketat.

Sementara ini, kami berusaha memenuhi tuntutan yang  tertuang dalam instrumen verifikasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai persyaratan untuk memperoleh izin melaksanakan pembelajaran tatap muka. Instrumen verifikasi tentunya merujuk kepada SKB 4 Menteri. Menurut arahan kepala UPT Dinas Dikbud kecamatan kami, yakni kecamatan Narmada, Bapak Syahrudin Saat bahwa, apabila sekolah memenuhi kreteria mencapai nilai 85 maka sekolah boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka setelah mengajukan permohonan ke Dinas Dikbud Kabupaten dengan melampirkan hasil ceklist instrumen verfifikasi. ( Instrumen tidak saya lampirkan dalam tulisan ini)

Mengapa bahu membahu memenuhi semua komponen yang ada dalam instrumen verifikasi ini?
Bukankah santai saja di sekolah tanpa murid?  Ternyata kompak guru menjawab bahwa pembelajaran daring ini lebih sibuk dari pembelajaran tatap muka. Sebagai perbandingan, jika pembelajaran tatap muka, sepulang sekolah guru bisa fokus dengan urusan keluarga meskipun tidak seluruh waktu untuk keluarga. Ada juga waktu yang diluangkan untuk persiapan esok hari. Tetapi tidak dengan pembelajaran daring. Guru-guru sepulang sekolah tidak bisa sepenuhnya mengurus keluarga, karena mengurus pembelajaran daring bisa dari pagi sampai sore bahkan sampai malam. Apalagi guru yang mengajar di jenjang sekolah dasar. 
Jadi guru-guru juga lebih memilih pembelajaran tatap muka.

Apa aktivitas guru mempersiapkan masa tatanan baru pada fase transisi ini? 

Memasang slogan kesehatan, pasti. Membuat dan memperbanyak tempat cuci tangan, paling tidak 1 kelas 1 tempat cuci tangan. Sudah melebihi. Menyiapkan thermogun, sudah siap. Memasang tanda jarak, sudah juga. Menyiapkan masker, sudah oke. Menyiapkan ruangan-ruangan sesuai kebutuhan, juga sudah. Memasang tabir pembatas?  Ini yang belum. membayangkan bagaimana rupanya jika tabir pembatas akan di pasang di setiap meja murid? 
Masih ada beberapa hari lagi. Tinggal menghitung hari. Semoga selesai.

Semua kegiatan pada masa transisi dikomandoi oleh setiap tim satuan tugas di bawah arahan kepala sekolah. Semangat ini akan menapik perasaan suuzhon dari segelintir orang yang mengatakan guru senang tidak mengajar, guru makan gaji buta termasuk orang yang mengatakan bahwa ia lebih bangga jika kami guru berani mengatakan tidak ada si covid 19. Suatu perkataan yang keluar dari orang yang sudah jenuh menjadi guru bagi putra-putrinya di rumah. 

Merencanakan bagaimana mengemas pelaksanaan pembelajaran tatap muka yang sesuai dengan arahan Bapak Menteri harus betul-betul matang.  Komite, perwakilan wali  murid juga menjadi penentu boleh tidaknya pelaksanaan pembelajaran tatap muka ini. Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menyusun Prosedur Operaional Standar (POS) atau disebut juga dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) pembelajaran tatap muka pada masa tatanan baru dan rapat bersama komite dan perwakilan wali murid.  


POS atau SOP mengatur semua kegiatan  terkait dengan pembelajaran tatap muka pada masa tatanan baru.  Hal yang diatur antara lain mulai dari bagaimana peserta didik tiba di sekolah, berada dalam sekolah, bagaimana sistem pengaturan jam belajar, bagaimana ketika belajar dan bagaimana ketika pulang sekolah dan hal-hal terkait lainnya. 

Masa tatanan baru,  pembelajaran tatap muka tinggal menghitung hari. Semoga segala persiapan bisa rampung dalam beberapa hari ke depan.  Terpenting pada masa tatanan baru nanti adalah bagaimana guru-guru bisa mengontrol dan mengawasi peserta didik, ketika berada dilingkungan sekolah agar semua protokol kesehatan bisa dilaksanakan. Dan.....tidak ada klaster baru....atau klaster sekolah. Aamin Ya Rabbal Aalamin. 

Lombok, 6 September 2020
Youtube SDN 1 Dasan Tereng atau Nuraini Ahwan.

Friday, September 4, 2020

Ambil Inspirasi, Pinjam Buku Kembali Buku

 Oleh Nuraini Ahwan

Pagi -pagi baca tulisan seorang dosen yang bukunya dipinjam oleh seorang teman dan tak kembali sampai sekarang. Buku yang penting berbahasa inggris dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.  Dilacak keberadaan sang peminjam juga tak ditemukan.  Seperti itu inti dari tulisan bapak dosen yang saya baca. 

Saya sempatkan membuka handphone pagi hari sebelum mandi.  Buka whatsaap dan tulisan itu yang saya baca pertama kali. 

Eee....saya kena cubit  oleh tulisan  Bapak dosen.  Saya jadi ingat beberapa bulan yang lalu, saya pinjam buku Pak Bos,  saat itu beliau mengatakan pada saya,"Awas, jangan sampai besok buku saya tidak dikembalikan. Buku saya sering dipinjam orang, ujung-ujungnya sering juga  tidak kembali." Begitu ucapan Pak Bos sebelum menyerahkan buku yang saya pinjam.

Saya janji saat itu, kalau saya akan kembalikan secepatnya setelah selesai dibaca.  Apalagi buku itu masih dalam bungkusan saat itu. Sebuah buku novel

Tapi karena langsung disambut corona, sampai Pak Bos pindah menjadi Kepala Dinas di suatu instansi, buku itu belum saya kembalikan. Pak Bos yang super baik kepada semua bawahan. Ramah, supel dan disayang oleh semua bawahan. 

Saya janji akan mengembalikan setelah corona berlalu atau setelah pembatasan protokol kesehatan tidak terlalu ketat. Tunggu,  saya akan menepati janji mengembalikan buku dan meninggalkan kalimat-demi kalimat yang saya rekam dari isi buku Bapak. 

Terima kasih pada  Pak dosen, yang  telah mengingatkan akan janji dan aturan pinjam meminjam lewat tulisan Bapak pagi ini, 4 September 2020.

Saya selalu membaca buku yang saya pinjam meskipun tamatnya lama. Menjadi  inspirasi tulisan saya dari beberapa kata atau  kalimat yang saya baca.

Lepas dari aturan pinjam meminjam, saya ingin menuliskan tentang buku yang saat ini belum tamat-tamat saya baca. Ada buku Bapak Much.Khoiri dan buku Bu Kanjeng.

Saat ini buku yang masih mengisi ransel saya dan di bawa ke sekolah adalah buku SOS ( Sapa Ora Sibuk)  Karena saya ke sekolah membawa ransel bukan tas cantik. Ransel laksana kantor bagi saya.

Saya  bahkan membawa buku ini saat mengantar anak ke dokter. Sambil nunggu antrean, saya baca buku *SOS* berulang-ulang pada satu sub judul. Maklum sudah usia, sulit masuk pelajarannya. 

Pada bagian tertentu dari yang saya baca, saya garis bawahi, tidak apa- apa  buku dicoret karena sudah  sudah menjadi milik sendiri. Salah satu bagian yang saya garis bawahi adalah maqam menulis seperti, *Syariat, thareqat, hakekat dan makrifat* Ini penting bagi saya untuk mengetahui saya berada pada tahapan yang mana.  Bukan mau berada pada maqam yang ke empat. Tapi paling tidak memahami dan menjadi penyemangat diri. 

Lalu diri saya dalam maqam menulis berada pada maqam yang mana?

Hanya diri ini yang tahu.


Kuota Internet yang Memikat


Oleh Nuraini Ahwan

Tulisan akan saya awali dengan pertanyaan," Benarkah  saat ini kuota       internet   memikat,  sesuai dengan judul tulisan ini?" Kuota yang saya maksud adalah kuota internet gratis bagi siswa. 

Saya pernah juga menulis pada blog yang isinya senada dengan judul di atas. Hanya saja judul pada blog sebelumnya adalah,"Benarkah Pembelajran Daring itu Mahal" Membahas tentang pembelajaran daring yang memerlukan kuota internet. Pengirman tugas siswa kepada guru menjadi tersendat karena kendala tersedianya kuota internet. Terlebih lagi bagi siswa  dari kalangan ekonomi menengah ke bawah di daerah pedesaan. Lebih mengutamakan kebutuhan pokok seperti makan dan minum daripada menyediakan kuota untuk putra-putrinya. Sebuah tulisan yang berangkat dari komentar siswa dan wali murid ketika diminta segera mengumpulkan tugas.  

Ada yang jawabannya kuotanya lock down, kuota sekarat, kuota ngadat, kuota kalah sama isi perut dan lain -lain jawaban yang menjadi alasan tidak mengirim tugas.

Termasuk pada keaktifan siswa atau wali murid yang timbul tenggelam. Ada dalam grup tetapi tidak ada dalam deretan yang mengumpulkan tugas. Sekedar hadir juga timbul tenggelam. Seperti tidak tertarik atau tidak terpikat dengan reward yang berikan guru seperti ucapan bagus, mantap atau reward dalam bentuk emotion.

Lalu bagaimana sekarang setelah ada rencana kuota intenet dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan? 

Ketika berita  tentang kuota gratis dari Bapak Menteri dirilis atau disiarkan di media televisi, media masa, dan media sosial maka sontak perubahan terjadi.  Ramai perbincangan terjadi dalam wa grup. Bahkan ketika kami melaksanakan peran sebagai guru kunjung, berita ini menjadi tranding topik dipertanyakan oleh wali murid di setiap posko yang kami kunjungi. 

Pendataan nomor handpohe siswa dilakukan oleh sekolah tanpa memberi tahu wali murid dan siswa tujuan dari pendataan tersebut. Pendataan dilaksanakan bulan Agustus akhir dan pengiriman terakhir tanggal 31 Agustus 2020. Meskipun tidak disampaikan untuk apa, tetapi wali murid sepertinya lebih tahu  tentang hal ini. Mereka justru yang menyampaikan tentang kuota gratis ini kepada kami. Termasuk berapa besaran untuk siswa,  guru, mahasiswa dan dosen.  Peka dan tanggap sekali ya.

Aduhh...dikiranya sekolah belum tahu ya ...

Keanggotaan whatsaap grup yang tadinya seperti sudah jenuh dengan pembelajaran daring ini, sontak berubah kembali menjadi menggeliat. Sampai waktu 31 Agustus 2020, masih saja ada wali murid yang mengirim nomor. Beruntung pengiriman ke pusat diperpanjang sampai tanggal 11 Maret 2020. 

Terlebih bertanya tentang pelajaran, tanya nomor yang dipakai, tanya kapan dapat kuota......aduh ampuh sekali pemantiknya.

Whatsaap grup ramai...hidup kembali. Angin segar tentang kuota gratis ternyata  sangat memikat. Bersyukur akan ada program ini, semoga kuota internet lancar dan siswa terbantu. Sehingga pembelajaran jarak jauh bisa terlaksana dengan baik.


Tugas sekolah memantau penggunaan agar tidak salah sasaran. 

Seperti apa format pemantauannya ya...

Lombok,    September 2020

Thursday, September 3, 2020

Menentukan Judul dari Tulisan Berseri

 Oleh Nuraini Ahwan


Memilih judul yang nyundul ternyata tidak gampang. Membaca seluruh isi naskah juga belum tentu menghasilkan gambaran tentang judul yang diharapkan. Apalagi menentukan judul untuk tulisan yang terdiri dari beberapa sub judul. Seperti tulisan dalam blog yang ditulis dalam bebrapa seri. Mungkin ini tidak sulit bagi penulis handal atau penulis sekaliber para penulis buku best seller. Tapi bagi saya, menentukan judul sepertinya saya harus bertapa brata atau mencari keheningan tersendiri untuk menentukan judul.

Kali ini, saya mengambil handphone dan membuka aplikasi catatan untuk membuat draf judul yang tepat. Saya memanfaatkan istilah freewriting , tulis cepat sebelum ide hilang. Pastinya ide tentang judul tulisan saya dalam beberapa seri di blog.
Saat ini, saya benar-benar terjerat pada lingkaran setan kebuntuan, seperti yang dikatakan oleh narasumber pada kelas belajar menulis bersama Om Jay.
Saya masih mencari celah keluar dari lingkaran setan kebuntuan ini. Semoga freewriting akan menjawab semuanya. Menulis beberapa calon judul, memilah dan memilih  judul yang tepat meskipun nanti tak nyundul-nyundul amat.
 
Judul bagi saya sangatlah penting artinya. Jika judul menarik perhatian calon  pembaca, maka akan tergeraklah hari calon pembaca untuk memiliki buku tersebut. Meskipun ada yang mengatakan jangan melihat buku dari covernya tetapi bagi saya judul adalah pandangan pertama. Kesan pertama ada pada pandangan pertama

Begitu saat saya sekolah sampai saya bekerja saat ini, membuat sesuatu yang menarik dari luar yakni dari pertama yang insyaAllah akan mendapat nilai plus. Jika  dari awal sudah senang atau bernilai plus maka InsyaAllah pula selanjutnya senanglah atau baiklah yang akan mengikutinya. Jika pun di dalam kurang maka kekurangan itu akan ditutupi oleh kelebihan yang di awal. Bukan berarti membohongi lho..... 

Membuat judul tidaklah mudah bagi saya
Merenung, membaca dan menyimpulkan isi dari setiap sub judul tulisan membuat kepala saya sedikit cenat-cenut. Hingga membuat penyelesaian dari tulisan menjadi sebuah buku tidak cepat tuntas.  Harus bersabar dan butuh bantuan teman.

Ataukah judul akan saya ambil darii salah satu sub judul ya?

Lombok, 3 September 2020



Kegiatan Akhir Tahun di SDN 1 Dasan Tereng

Beragam kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk mengakhiri masa pembelajaran setiap tahunnya. Kegiatan ini sepertinya merupa...